● Budayakan vote sebelum membaca ●
Calum's PoV
"Cal, kamu kenal ga sama Ashton?" tanya Michael. Sekarang kami sedang latihan futsal.
"Kenal, anak kelas 12 itu kan?" Mike ngangguk. "Kenapa emangnya" aku berbicara sambil latihan heading.
"Aku pengen deketin dia sama Alvi,"
"Haah?!"
Bruk!!
Bola yang aku sundul jatuh di atas kepala.
Shit. Aku meringis kesakitan.
"Kamu bilang apa tadi? Pengen deketin dia sama Vico?" tanyaku sambil memegangi kepala.
"Iya, menurut kamu gimana?" Mike mengambil bola yang aku mainkan tadi.
"Gimana apanya?! Maksud aku, gimana dalam hal apa?"
"Menurut kamu Cocok ga? Kira-kira Alvi bakalan mau atau ga?"
"Yaa mana aku tau, tanya aja ke orangnya langsung. Aku kan bukan siapa-siapanya Vico." aku mengambil air mineral dari dalam tas.
"Dikira-kira aja, menurut kamu dia mau atau ga?" Mike mulai melakukan kicking.
Aku meneguk air mineral itu semampu yang aku bisa teguk. Aku harap Vico ga akan pernah mau.
"Kenapa sih? Kok tiba-tiba jadi pengen deketin Vico sama cowok?"
"Ya ga kenapa-kenapa. Aku cuma kasian aja liat dia ga ada yang nemenin. Mana sekarangkan orang tuanya juga udah pisah, jadi dia ga bakalan ada yang jagain."
"Lah? Terus guna kamu apa? Dia kan sahabat baik kamu, masa iya kamu ga perduli sama dia?"
"Ya aku peduli sama dia. Tapi aku kan juga punya kegiatan lain, jadi ga bisa terus-terusan ada di samping dia buat jagain."
"Aku kan bisa kalo cuma buat gantiin kamu bentar. Bukannya sekarang Vico lagi deket sama Luke? Luke kan juga bisa nemenin dia." aku menaruh kembali air mineral kedalam tas.
"Kamu ga ngerti maksud aku Cal." Mike berhenti melakukan latihannya.
"Kalo gitu jelasin supaya aku bisa ngerti,"
"Maksud aku jagain di sini itu bukan cuma sebagai pasangan aja. Tapi juga sebagai sosok pengganti mama sama papanya dia." jelas Mike.
"Kalo sosok pengganti mama sama papanya udah dipegang sama si cowok itu, kamu bakalan jadi apa?"
Mike diam, sepertinya dia mengerti maksud dari kata-kataku.
"Kamu kenapa sih? Kok sewot gitu jadinya." Mike menatapku curiga.
"Bukannya aku sewot Mike, aku cuma ga ngerti aja sama jalan pikiran kamu. Kamu dengan mudahnya ngasih tanggung jawab yang sebegitu besar sama orang yang ga kamu kenal dekat. Harusnya tanggung jawab itu kamu yang pegang, bukannya malah orang lain."
"Aku ga ngelepasin seluruh tanggung jawab aku ke dia kok. Aku cuma pengen ada yang ikut bantu jagain Alvi aja biar dia lebih aman lagi. Dan lagi pula, Ashton itu udah deket sama aku dari kelas sepuluh. Jadi, aku udah kenal banget sama dia."
"Apa lagi sih yang kurang? Vico punya kamu sebagai sahabat terbaiknya, dia juga punya aku sama Luke sebagai temen deketnya. Semuanya udah lengkap, ga ada lagi yang kurang."
"Oke, kalo urusan jagain, emang Alvi punya kita bertiga, tapi kalo urusan hati? Vico belum punya sosok yang milikin hatinya itu."
Holly shit. Kamu ga tau sih kayak gimana perasaan aku sama Alvico. Mangkanya kamu ngira Alvico belum punya sosok itu, tapi padahal aslinya dia udah punya Mike.
"Tadi urusan jagain yang kamu omongin, sekarang urusan hati. Berbelit-belit tau ga Mike. Udahlah, terserah kamu aja maunya kayak gimana, aku mau pulang dulu."
Aku mengemasi barang-barang, kemudian beranjak pergi meninggalkan Mike yang masih memikirkan berbagai macam masalahnya Alvico.
Andai saja dia melihat perjuanganku untuk mendapatkan Alviico. Mungkin orang yang akan dia pilih untuk menemani Alvico itu bukan lah Ashton, melainkan aku. Tapi sayangnya mata Mike terlalu minim untuk melihat perjuanganku itu.
Aku memakai helm, sudah siap untuk pergi dari sekolah. Namun tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada telpon yang masuk dari seseorang.
Alvico is calling..
Aku pun menggeser layar ponser ke kanan.
"Halo Vi?"
"Halo Cal, kamu di mana? Hari ini jadi kan ngerjain Kimia?" tanyanya di seberang sana.
Astaga, aku baru inget ada janji ngerjain tugas Kimia di rumah sama Vico.
"Jadi kok Vi jadi, ini aku otw rumah,"
"Yaudah, aku tungguin ya. Buruan."
"Kamu udah di rumah aku?"
"Iya, udah dari tadi ini. Lumutan aku nungguin kamu." terdengar sedikit nada jengkel dalam suara Alvico.
"Ok Vi, kalo gitu aku jalan sekarang."
Tutt.. Tutt..
Sambungan telepon putus. Aku langsung menjalankan motor menuju rumah.
~Lmhc~
Alvico's Pov
Aku menyesal karna sudah datang ke rumahnya Calum tanpa memberi tahu dirinya dulu. Ibunya tidak ada di rumah, begitupun juga dengan adiknya. Hanya ada Ayahnya seorang di rumah ini.
Ditambah lagi, aku baru kali ini bertemu dengan ayahnya. Mau tidak mau aku harus bersiap dengan berbagai macam pertanyaan yang akan dilontarkan nanti.
"Nama kamu siapa tadi?" tanya om David -ayahnya Calum-.
"Alvico om, panggil aja Vico."
"Oh Vico, nama belakang kamu apa?"
Pertanyaan ini benar-benar malas untuk aku jawab. Jika saja om David ini adalah orang yang seumuran denganku, pertanyaan itu tidak akan pernah aku jawab.
"Watson om." jawabku dengan berat hati.
Om David duduk di sisi kanan meja tamu, untung saja tidak tepat di depanku. Bisa bahaya kalau sampai iya.
Calum mana sih?? Kok belum nyampe-nyampe juga dari tadi.
"Kamu udah lama temenan sama Calum?" tanya om David di sela keheningan kami.
"Udah dari kelas 10 om."
"Calum ga pernah macem-macem kan selama di sekolah?"
"Sampe hari ini sih ga pernah om,"
Om David mangut-mangut.
Dia kemudian mengambil cangkir teh miliknya dan mempersilahkan aku untuk minum. Aku pun ikut mengambil cangkir teh milikku dan mulai meneguk air teh yang ada di dalamnya.
"Kalian beneran cuma temenan?"
Whatt?!
"Uhukk.. uhuk.." aku tersedak air teh yang aku minum.
Pertanyaan macam apa ini??
"Atau jangan-jangan kalian ini sebenarnya pacaran, ya?" tanya om David lagi.
TBC...
-
Enak kali ya ditanyain kayak gitu sama Ayahnya doi.
Kalo aku mah jawab iya iya aja, kan mayaann. Kapan lagi coba ditanyain yg kayak gitu.
Tapi masalahnya Ayah sama Ibu doi aku udh pisah T-T . Jadi aku ga bakal bisa denger pertanyaan yg kayak gitu T-T.
Fix curhatku ga berfaedah
● Budayakan komen selesai membaca●
KAMU SEDANG MEMBACA
Let My Heart Choose [5SOS] // Edited
Fanfiction(COMPLETED) Kepergian sang Mama dari Australia membuat persahabatan Alvico dan Calum mengalami banyak ujian. Alvico kini tinggal bersama Luke dan Bundanya, karena dia lari dari rumah yg sudah tidak berpenghuni itu. Michael yg bertanggung jawab atas...