Part 19

93 10 5
                                    

Arga Pov,-

"Udah bener gak sih aku ninggalin dia?"

"Kalau dia gak tau jalan balik ke perkemahan gimana?"

"Kalau dia di makan binatang buas gimana?" Berbagai pertanyaan terus mengusik kepalaku. Sial, kenapa aku jadi cemas sih?.

Bodo ah, ini hukuman buat dia. Lagian dia kan udah gedde, gak mungkin dia gak tau jalan. Dan disini gak mungkin ada binatang buas kan?

Ku edarkan pandanganku di sekitar hutan.
"Aman kok aman. Gak ada apapun yang mencurigakan." batinku mencoba meyakinkan diriku sendiri.

Gresek... Gresek...

Suara apaan tuh?
Ku intai lagi sekitarku, mencoba mencari sesuatu yang menimbulkan suara aneh barusan.

Cresssst.... Cressst.....

Damn! Itu ular kobra.

Author pov,-

Setelah hitungan ke dua puluh Swan membuka matanya. Tapi yang di lihatnya hanya jalan setapak panjang dan ribuan pohon tinggi di sekitarnya.

Cicitan burung terdengar kencang di sela kesunyian ini. Matanya mulai meremang, mulutnya terkatup rapat.

"Dia ninggalin aku? Disini? Sendiri?" Swan melontarkan pertanyaan untuk dirinya sendiri. Perlahan senyum simpul tercetak di bibirnya yang mulai bergetar menahan tangis.

"Aku takut Ga." Ucapnya, dan setelah itu air matanya mulai turun di pipinya. Menatap kosong jalan setapak panjang di tengah hutan itu.

"Swan... Swan... lari... lari...." mata Swan yang tadinya memerah kembali berbinar, saat melihat Arga tengah berlari kearahnya.

"Hey bodoh! Dengar! Aku kembali bukan karena gak jadi ngehukum kamu. Aku... aku..." Arga berhenti lari tepat di depan Swan. Menunjuk-nunjuk wajah Swan saat ia bicara. Dengan nafas tersengal-sengal dia mencoba terus bicara. Dan mulai gugup di akhir katanya, wajahnya nampak begitu pucat dan ketakutan.

Sesssst..... Sesssst... Srekkk... Serekk...

Suara ular itu kembali terdengar. Arga menoleh ke belakang, dan matanya membulat saat menemukan ular itu semakin dekat dengannya.

"Bodoh, ayo lari!" Arga menarik tangan Swan, memegang erat pergelangan tangan gadis itu.

"Ada apa Boss?" Tanya Swan. Pertanyaan bodoh tepatnya.

"Hey Bodoh! Kita di kejar ular. Lihat tuh di belakang!" Swan menoleh ke belakang mereka. Dan ia melihat ular kobra hitam yang kini tengah beleok-leok di tanah sambil berdesis.

"Boss! Itu ular Boss." Arga hanya berdecak sebal melihat kebodohan pengurusnya.

Mereka berlari begitu cepat. Berliuk-liuk di antara pepohonan. Kata orang sih, kalau di kejar ular tuh jangan lari lurus. Jadi beginilah mereka, berjalan berbelok-belok gak karuan di antara pepohonan.

"Kesini!" Arga menarik pergelangan Swan ke balik pohon besar, mendekapnya erat di dadanya. Swan bisa merasakan degup jantung Arga yang begitu kencang. Nafasnya juga tidak beraturan.

Arga tampak celingukan resah, berharap ular tadi tidak menemukan mereka. Sedangkan Swan malah menikmati pelukan orang di depannya.

Pelukan yang sudah lama tidak di rasakannya. Pelukan yang dulu selalu berhasil membuatnya tenang. Pelukan yang dulu jadi tempat satu-satunya untuk ia bersandar. Pelukan itu begitu terasa hangat untuknya saat ini, Swan bahkan memejamkan matanya. Menghirup aroma tubuh Arga, lalu menyimpannya di dalam sebuah kotak yang ada di hatinya. Karena nanti dan esok, mungkin sudah tidak akan terulang lagi. Swan berharap dapat mengingat aroma ini di dalam hatinya.

Take Cover Me 🌸 Complite 🌸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang