Ting tong
Bel rumah Alana berbunyi. Alana yang sedang menonton televisi beranjak dari tempatnya untuk membuka pintu.
Ting tong
Alana melangkahkan kakinya hingga sampai di depan pintu. Tangannya meraih knop pintu dan menariknya ke bawah. Ia menatap laki-laki yang berdiri di hadapannya saat ini sambil mengulas senyum.
"Hai," sapa Arnes.
"Hai juga. Aku kira kamu lagi istirahat, kan baru sampe kemarin."
"Udah cukup istirahatnya. Kan mau ketemu kamu."
"Mau duduk disini atau di dalam?" tanya Alana.
Arnes memandang sekelilingnya sebentar. "Di sini aja, cuma sebentar kok."
"Oh," Alana membulatkan bibirnya lalu mengangguk. "Ayo duduk."
Arnes mengangguk seraya duduk di kursi yang ada di sebelah Alana. Sebelum bicara, Arnes menyugar rambutnya lalu menatap Alana.
Alana tersenyum simpul. Ia suka saat Arnes melakukan hal tadi. Ia suka model rambut Arnes yang akan jatuh ke depan dahinya setiap kali ia banyak bergerak, seperti saat Arnes main basket, misalkan.
"Mau minum? Biar aku minta tolong mbak bikinin."
"No, thanks." Arnes menggeleng. "Papi kamu ada?"
"Papi udah berangkat, Nes. Mau ketemu papi?" ucap Alana sambil balik bertanya.
"Enggak juga. Kalo Om Alex ada, bisa sekalian, tapi yang penting kamu dulu."
Alana mengangguk sekali. "Ada apa emang?" Ia mengerutkan keningnya.
"Gini, Al.. Eng—mama aku mau ajak kamu ketemuan nih, dinner gitu. Kamu mau nggak? Bisa nggak?" Sejujurnya jantung Arnes saat ini sedang berdegup lebih cepat dari biasanya.
"Oalah..." Alana tersenyum lalu tertawa kecil. "Hm... Aku mau kok, kapan?"
Arnes bernaoas lega. "Malam ini."
"Malam ini bisa."
"Bener?" tanya Arnes sumringah.
Alana menjawab dengan senyum dan anggukan cepat.
"Nanti aku jemput ya," ucap Arnes yang tidak terdengar seperti permintaan.
"Oke!" Ia mengacungkan ibu jarinya. "Kalo misalkan papi belum pulang nanti aku kabarin aja."
"Hmm... Aku pulang dulu ya." Sebelum Arnes bangkit dari duduknya, ia mengusap pipi Alana dengan ibu jarinya.
Alana menyusul Arnes berdiri. "Hati-hati ya, jangan ngebut di jalan." Ia memperingatkan Arnes, walau ia tahu, Arnes tidak akan ngebut di jalan.
"Iyaa, Sayang. See you later," Arnes mengusap kepala Alana sampai belakang, lalu mengusap lagi pipinya dengan gemas.
Alana memandangi punggung Arnes yang melangkah menuju mobilnya. Sebelum benar-benar masuk ke mobil, Arnes berbalik dan melambai singkat pada Alana.
***
Sampai di halaman rumahnya, Arnes memarkirkan mobilnya dan melangkah ke dalam rumahnya. Ia segera mencari Winna, ingin memberitahu bahwa Alana bisa bertemu dengan ibunya itu.
"Ma," panggil Arnes. "Mama," ulangnya sambil melihat ke sekelilingnya.
Winna keluar dari kamarnya dengan senyuman lembut dan menghampiri putranya itu. "Ada apa, Sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Like Yours
Roman pour AdolescentsAlana, murid baru dengan perawakan yang kalem, penyuka musik dan puisi, juga mampu menarik hati Arnes. Arnes merasa yakin untuk memberikan hatinya lagi kepada seorang gadis. Menjadikan Alana bintang di hidupnya. Tapi ketika mereka berpacaran, ada s...