Bloody Alice

515 11 7
                                    

Cerita Bloody Alice ini akan saya adaptasikan menjadi komik agar lebih mudah saat dibaca (dan supaya feeling-nya lebih dapet gitu) 

Tapi karena masalah kemalasan saya, maka saya tunda aja dulu//dibakarmassal

Untuk sementara soal illustrasi bisa dilihat di deviantart saya (ichigomameru.deviantart.com) #kalau mampir sekalian donate point juga please (hehehe)#

Yak, selamat membaca!!

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Selamat pagi, Ruri!" sapaan penuh semangat yang setiap pagi tertuju padaku itu kembali menghampiriku.

"Selamat pagi, Yuki-chan..." balasku kepada madonna kelas yang menyapaku tadi, ia adalah Yukiko Hanasaki, sahabatku.

"Oh iya, kebetulan tadi pagi aku dapat selebaran pesta natal dari klub koran..." Yuki-chan mengeluarkan selembar kertas dari tas kecil nan manis miliknya.

"Bagaimana bisa? Bukankah kamu baru saja datang dari arah luar gerbang?" tanyaku heran.

"Waktu ganti kereta tadi aku ketemu anak klub koran yang kebetulan mencetak selebaran ini. Lalu aku diberi deh!" jawab Yuki-chan dengan bangga.

"Uwaa! Yuki-chan hebat! Terkenal sampai anggota klub koran!" kataku terpana. Aku benar-benar senang karena sahabatku terkenal di sekolah ini.

"Bukannya Ruri juga terkenal?" tanya Yuki-chan.

Aku merasa sedikit tidak enak. "Tidak tuh!". 

"Apa ada buktinya?"

"Buktinya senior paling keren di klub sepakbola kenal kamu lho! Bahkan saat kamu sakit di semester satu, dia bertanya padaku tentang kabarmu!" jelas Yuki-chan panjang lebar.

"Yang benar saja! Mana mungkin hal seperti itu terjadi!" remehku. 

Apapun yang dijelaskan Yuki-chan itu sudah pasti bohong! 

Aku tak mencolok di sekolah ini!!

Ah... 

Apa mungkin karena... 

Aku menggunakan perban di mata kananku...? 

Jadi...

"Ada apa Ruri? Kok bengong?".

Hah!?

"Ma... Maaf!! Aku tidak sadar... Ng... Ngomong-ngomong..."

"Ya?"

"Kita sudah berada di depan gerbang selama setengah jam, lho!"

"Benarkah? Kok rasanya tidak lelah, ya?"

"Tapi kita sudah telat nih... Telat 20 menit..."

"Gawat..."

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Kondo Ruriko dan Yukiko Hanasaki... Ini sudah kesalahan kalian yang keberapa kalinya? Kalian datang di saat pelajaran tengah berlangsung." sensei mengomel panjang lebar hingga telingaku sudah tak tahan lagi mendengarnya.

"Berisik, deh... Padahal sensei juga salah karena datang kepagian..." bisik Yuki-chan padaku.

Aku tertawa kecil. 

Tapi aku tidak menduga bahwa sensei mendengarnya. 

Ini aib!

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sebagai hukuman, aku dan Yuki-chan harus berlari di lapangan 30 keliling.

"Duh... Lelahnya.... Aku ingin makan crepes...." keluh Yuki-chan yang terduduk di samping bendera karena kelelahan.

Sementara aku masih terus berlari walaupun staminaku sudah habis dan nafasku tidak teratur. 

Rasanya benar-benar mau mati...

"Tapi kalau tidak selesai pukul sepuluh, nanti akan ditambah hukuman berdiri di lapangan sampai pulang sekolah tanpa mengenakan baju 'kan! Ayo semangat, Yuki-chan!" Aku hanya bisa memberi dukungan dari belakang dengan cara mengancam sih...

"Baiklah, baiklah... Aku akan lari lagi!" katanya sambil bangkit berdiri dan mulai berlari lagi.

Ah, 'crepes' apaan, ya, yang Yuki-chan sebut tadi...? 

Makanan mahal?

"KYAA!"

Karena bengong sambil berlari aku tidak menyadari kalau di depanku ada seseorang.

"Ma...Maafkan... Aku..." kataku gugup. Apa yang harus kulakukan?

Aku telah menabrak senior klub sepakbola yang paling populer di sekolah... 

Dia pasti menghukumku!!

"Kamu baik-baik saja? Apakah ada yang terluka?"

Eh...?

Aku melihat ke arah senior. Kenapa ia justru tersenyum padaku?

"Aku baik-baik saja... Tetapi bagaimana dengan senior?" tanyaku.

"Tak apa-apa, tenang saja. Maaf sudah mengganggu aktivitasmu" jawabnya dengan ramah.

Ia melambaikan tangan padaku dan pergi. 

Entah kenapa rasanya aku menjadi tersipu dan wajahku terasa panas...

"Rurii!! Ruriii!! Kamu baik-baik saja!?" Yuki-chan berlari menghampiriku.

Aku mengangguk pelan.

"Senior baik sekali..." ucapku dalam hati.

"Baguslah kalau begitu! Ayo kita lari lagi!" Yuki-chan menepuk punggungku dengan keras lalu berlari.

"Yuki-chaaaan!! Tungguuuu!!" dengan kesal aku berlari mengejarnya.

Tanpa sadar kami sudah berlari melewati 30 putaran...

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"Ah... Aku ingin memberikan kue kering yang kubuat di pelajaran PKK untuk senior... Lagipula sekalian menanyakan namanya..." aku berjalan pelan ke ruang klub sepakbola.

Aku sudah memiliki kesiapan hati, tapi rasanya tetap malu...

"UWAAAAAAAAAAAAA!!! TOLOONG!"

Jeritan seseorang membuyarkan lamunanku. 

Akupun berlari ke arah suara itu berasal.

Dugaanku tepat, ruang klub sepakbola!

Aku mendobrak pintu yang memang sengaja dikunci dari dalam.

Dan saat melihat isi ruang itu, aku terkejut dan syok.

Jendela yang terbuka...

Pisau...

Dan kepala senior...

Apa yang telah terjadi?

 ___________________________________________________________________________

ToBeContinue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bloody AliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang