My Senior

10.9K 508 28
                                    

Dia adalah kakak kelasku. Ya, kakak kelasku yang baik dan ramah. Dan yang pasti dia ganteng. Ya, dia ganteng! Tubuhnya tinggi tegap dengan rambut coklat gelap agak keriting. Matanya biru kecoklatan. Dan senyumnya itu loh yang bisa bikin hatiku klepek-klepek.
Banyak teman-temanku yang menyukainya. Termasuk aku. Tapi aku yakin dia tidak pernah memperhatikanku. Siapa sih aku? Hanya adik kelas biasa dengan penampilan biasa. Tidak cantik, tidak seksi, tidak tinggi. Prestasi pun tidak ada. Aku hanya bisa menatapnya dari balik jendela kelasku sambil berkhayal dia menjadi pangeran berkudaku.

Seperti yang sekarang aku lakukan. Aku bersyukur tempat dudukku dekat jendela. Aku sedang duduk bertopang dagu menatap Henry, kakak kelasku yang sedang duduk ngobrol di taman depan dengan teman-temannya. Sebenarnya temannya pun keren-keren dengan tubuh tingginya. Tapi aku tetap lebih tertarik dengan Henry.

Aku terlalu asyik menatapnya hingga temannya menyadari tatapanku pada Henry. Dia menyenggol sikut Henry dan menunjuk ke arahku dengan jarinya. Mataku langsung bertatapan dengan mata indahnya. Lalu bibir tipisnya tersenyum manis padaku. Aku kaget dan melongo. Oh tidak, senyumnya!! Aku membalas nyengir dan buang muka. Wow serasa bukan dapat durian runtuh lagi, tapi serasa tertindih gajah jatuh dari langit. Rasanya malu setengah mati sekaligus senang karena ia tersenyum padaku.

"Kenapa kau?!"tanya temanku, Lucy, melihatku salah tingkah dan senyum sendiri. "Muka sampe merah kaya habis kejemur.."

Niken melirik ke arah luar jendela. Lalu ia langsung meringis. "Haha kau habis ngintip Henry ya, Anny?!"

"Hihihi...."sahutku cekikikan sendiri.

"Kenapa sih tidak coba tegur dia pas pergi sekolah? Secara rumah kalian dekat?!"

"Duh malu ah. Lagipula mana mau dia. Pasti lebih memilih cewek-cewek yang lebih cantik dariku."

Yeah, rumah kami ternyata memang berdekatan. Aku pernah mengikutinya pulang sekolah karena penasaran. Dan ternyata rumahnya hanya beberapa blok dari rumahku. Sejak itu aku selalu mengikutinya pergi ke sekolah. Aku berjalan di belakangnya sambil menatap punggung tegapnya.

------

Pagi ini aku pergi ke sekolah sambil melakukan ritual biasa. Menunggu Henry di belokan dan mengikutinya berjalan ke sekolah. Meski cuma bisa lihat dari belakang, tapi ia tetap terlihat keren. Aku berjalan mengikutinya sambil berkhayal hingga tanpa sadar wajahku menabrak sesuatu yg liat dan keras.

"Aduh!"seruku kaget sambil mengusap hidungku dan mendongak ke atas. Aku kaget setengah mati dan jantungku serasa mau copot saat tahu yang kutabrak ternyata punggung Henry.

Ia menoleh ke belakang dan melihatku. "Hai... Kau tidak apa-apa?"tanyanya dengan suara berat dan khasnya.

Aku cengegesan. "Eh i...iya...."sahutku terbata. Astaga, aku terlalu larut dalam khayalan hingga tanpa sadar aku sudah sampai di tempat penyeberangan.

"Kalau berjalan jangan melamun. Nanti tertabrak loh!"katanya tersenyum.

Oh astaga senyumnya! Cukup untuk membuat jantungku melompat-lompat di dalam. Kuberharap jangan sampai jantungku meloncat beneran.
Baru kali ini aku melihatnya dari dekat. Badannya begitu tinggi hingga aku hanya sedagunya.

"Hehehe... Aku tidak lihat jalan tadi..."sahutku nyengir.

Henry menatapku sambil tersenyum. Oh please, jangan tersenyum terus dunk! Bisa-bisa jantungku beneran loncat keluar nih!!

"Kau anak yang lucu ya. Kita satu sekolah bukan?"tanyanya sambil mengajakku menyeberang.

"Ya..."gumamku dengan wajah merah.

"Besok kita pergi bareng, oke?!"ajak Henry.

"Hah?! Apa?!"sahutku kaget. Apa tidak salah nih dia mengajakku pergi bareng ke sekolah? Kucubit pipiku dan terasa sakit. Ternyata ini beneran.

"Kau selalu jalan di belakangku. Lebih baik kita pergi bareng toh?!"kata Henry mengedipkan matanya.

Apa?! Dia tahu aku selalu mengikutinya dari belakang? Oh astaga, rasanya malu setengah mati hingga aku ingin memasukkan kepalaku ke dalam tanah. Ia mengetahuinya. Bagaimana bisa ia tahu aku jalan di belakangnya selama ini.

"Ok, baiklah..."kataku sambil meringis.

Dan hari ini aku jalan bareng ke sekolah dengannya. Sampai sekolah banyak anak-anak yg melihat kami dengan heran dan iri. Dan kami berpamitan saat sampai sekolah.

"Sampai jumpa besok ya!"kata Henry tersenyum sambil berjalan menuju kelasnya.

"Bye...."sahutku sambil tersenyum manis dan bahagia.

Rasanya ingin aku terbang melayang ke langit. Tiba-tiba aku teriak kaget karena ada yg menarik tanganku. "Kyaaa.... Lucy... Ngapain sih?!!!"

Lucy menarikku sampai ke depan kelas dan menatap aku dengan mata melotot. "Hei, kenapa kau bisa jalan dengan Henry??!!!! Apa yg terjadi? Kalian sudah jadian?!"

Aku tertawa. "Hahaha mana mungkin sih, Lucy! Aku bertemu dia tadi dan jalan bareng.." Aku ceritakan mengenai tadi pagi. Dan aku hanya bisa pasrah saat ia menertawakanku.

"Astaga, bisa-bisanya kau menabraknya. Untung kau tidak sampai terjatuh!"kata Lucy tertawa sambil memegang perutnya.

"Yah tertawalah sana. Yang penting besok aku pergi bersamanya lagi, hehehe....."

-----

Sejak itu kami selalu pergi bersama ke sekolah. Henry akan menungguku lewat di depan rumahnya dan kami jalan bersama sambil ngobrol. Ia orang yang ramah dan baik. Aku jadi tahu dia anak ke empat dari lima bersaudara dan semua saudaranya cowok semua.

Lama kelamaan kami jadi dekat dan akrab. Ternyata ia tahu kalau aku sering memperhatikannya diam-diam selama ini. Aku sudah pasrah akan diledek olehnya. Tapi ternyata tidak. Ia hanya tersenyum yang membuatku makin menyukainya.

Waktu cepat berlalu hingga tanpa terasa ia lulus melanjutkan studinya ke universitas. Itu berarti aku tidak akan bertemu dengannya lagi. Hatiku terasa sedih bila mengingat hal itu. Tapi aku harus bersyukur karena aku bisa akrab dengannya. Sesuatu yangg biasanya hanya bisa kumimpikan.
Dan akhirnya tibalah saat aku harus berpisah dengannya.

"Selamat ya atas kelulusanmu!"kataku sambil menyalaminya.

Ia menyambut tanganku dengan tangannya yang besar dan hangat. "Thanks, Anny!"

Aku tidak kuat menahan sedih sampai tanpa sadar air mata mengenangi mataku. Henry kaget melihatku.

"Hei kau kenapa?!"

"Hahaha tidak apa-apa..."sahutku mengusap mataku. "Hanya sedih karena tidak akan bertemu denganmu lagi tiap pagi..."

"Hei jangan sedih. Kita masih bisa bertemu. Ini bukanlah perpisahan bagi kita."kata Henry.

Mendadak aku menabrak lengannya saat ia berhenti berjalan dan menatapku. 'Aduh kenapa dia berhenti mendadak sih', batinku dalam hati sambil mengusap hidungku yangg sudah pesek. Lalu aku diam terpaku saat melihat Henry menatapku dengan pandangan mata aneh.

"Anny, maukah kita bertemu lagi setelah aku masuk kuliah?"

Aku melongo lalu nyengir. "T...tentu saja...."ujarku malu-malu.

"Aku menyukaimu, Ann. Kau gadis yang lucu dan manis."kata Henry tersenyum. "Maukah kau menjadi gadisku?"

Hah,apa?! Apa aku salah dengar?! Apa yg dia bilang tadi? Dia menembakku? Ini mimpi atau bukan ya? Rasanya ingin aku menjedukkan kepalaku ke pohon.

"Anny.."ujar Henry melihat aku yang hanya diam melongo.

"Hah... Oh... Anu... Boleh kutahu kenapa kamu bisa menyukai aku? Bukan anak lain yang lebih cantik dariku?!"

Henry tertawa. "Hm kenapa ya? Mungkin aku menyukaimu karena hidung pesekmu."

"Apa!"seruku lalu berjalan lebih dulu karena kesal mendengar jawabannya.

Henry tertawa lalu ia menyusul dan merangkulku. "Kuanggap itu sebagai jawaban kau menerima lamaranku."

Aku tertawa. Hari ini boleh menjadi hari sedih karena berpisah dengan kakak kelasku, tapi sekaligus juga menjadi hari yang membahagiakan bagiku. Kenapa? Karena kakak kelas yang selama ini kusukai ternyata menyukaiku juga.

The end....

My Senior (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang