Kelana

22 1 1
                                    

     Namaku Kelana, awal dari semua kesedihanku adalah saat orangtuaku bercerai. Mungkin bagi sebagian orang perceraian adalah sebuah jalan terbaik untuk memutuskan tali penderitaan, tapi bagiku? Bagiku perceraian adalah sebuah tombak besar yang sekali dilontarkan dapat menusuk banyak orang yang berada di sekitarnya.

     Hidupku bagaikan ruangan kosong yang hanya di isi oleh udara, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan untuk mengisi ruang kosong menyakitkan ini.

     Ada yang pernah bertanya padaku, mengapa aku jarang tersenyum dan tak pernah bergaul dengan teman sekelas? Aku hanya terdiam, sebenarnya aku ingin sekali berteriak kepada mereka memberitahu bahwa 'aku ga bisa tersenyum duluan kepada kalian! Aku ga bisa bergaul duluan kepada kalian! Tolong bantu aku!' tapi aku hanya terdiam dan terus menanti seseorang untuk mengerti diriku

     Di saat ku bosan, aku selalu bertanya tanya dalam pikiranku. Bila teman dapat membantu mengurangi rasa sakit ini dan mengisi ruang kosong ini, lalu mengapa aku tidak mencari teman saja? Karena aku tak bisa mencairkan suana yang sudah terlanjur dingin di sekitarku. Bila senyum sapa dapat mencairkan suasana, lalu mengapa aku tidak menyapa orang yang berada di sekitar ku saja untuk mencairkan suasana? Aku pernah mencoba tapi apa yang ku dapat, hanya balasan tandatanya yang terlukis di wajah mereka. Bila canda gurauan dapat membuat orang lain menganggapku ada, lalu mengapa aku tidak bercanda saja dengan yang lainnya? Karena aku harus menjadi orang lain untuk dapat melakukannya. Aku muak dengan semua ini, dengan kondisiku saat ini, dengan semua keadaan yang melilitku.
    
     Tapi saat aku sudah tak ingin meneruskan semua ini, Tuhan memberi sebuah harapan ~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KelanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang