Rumah ini, tempat di mana aku tinggal sendiri. Rumah milik Bibi Lela, rumah adik Papa ini memang kosong karena ditinggal pindah ke Bali. Bibi Lela memilih tinggal di rumah suaminya sehingga menitipkan rumah ini ke Papa. Dengan begitu mudah, aku bisa mendapatkan kunci rumah ini–mencurinya. Tentu saja, Papa dan Bibi Lela sudah mengikhlaskan rumah ini dihuni olehku.
Kemarin, aku merasa begitu senang karena berhasil menemukan Bas. Dia seperti cowok keren yang dengan mudah akan meluluhkan hati banyak cewek. Itu yang kusadari sekarang. Aku tidak mungkin bisa mendapatkannya. Dia pasti illfeel denganku, cewek yang begitu menjijikkan dengan tingkahnya yang tak beraturan.
Saat membaca jawaban-jawaban di akunnya, aku tahu aku bukanlah satu-satunya orang yang dia jawab pertanyaannya. Dia merespons banyak pertanyaan dari cewek lain. Bisa-bisanya aku berpikiran bisa mendapatkannya saat aku hanyalah satu dari seribu.
Aku memeluk lutut bagaikan janin yang merengkuh di dalam rahim. Suara keroncongan di perut menyadarkanku untuk segera bangkit dan makan. Walau aku ingin mati, tetapi aku tidak suka mati kelaparan. Aku ingin mati dengan style yang keren.
***
Tangisanku sepertinya sudah habis, tidak bisa lagi mengeluarkan air mata. Memikirkan segalanya membuatku lapar. Dengan tampilan berantakan, aku mengendarai mobil ke Kafe Hujan. Itu adalah kafe milik Kak Rita, jadi di sana aku boleh makan gratis. Para pelayan sudah tahu aku siapa, sudah paham apa yang aku suka aglio e olio tuna dan lemon tea. Jadi, ketika aku bilang biasa, mereka sudah mengerti.
Sembari menunggu, aku membuka ponsel menuju ke aplikasi ask.fm. Otakku masih belum bisa enyah dari sosok Bas yang kemarin aku temui, walau asa ini sudah menyerah untuk bisa mendapatkannya, tetapi hati masih terus tertarik pada sosoknya.
Bang, obat galau itu apa, ya?
Obatnya jendela. Saat galau lihatlah jendela. Di balik sana ada ruangan lain. Ada kehidupan lain, ada keadaan lain, dan ada pribadi yang lain. Kegalauanmu hanya satu dari begitu banyak keadaan. Kenapa kamu tetap galau di saat kamu tahu kalau kamu punya kesempatan mendapatkan keadaan yang lebih baik.
Pesanan datang dan aku melahapnya perlahan sembari memikirkan jendela. Aku menoleh ke jendela kaca yang menampilkan suasana jalanan Kota Jakarta. Benar kata Bas, di sana begitu banyak keadaan. Satu orang dengan orang yang lain punya jalan yang berbeda, kondisi perasaan yang berbeda, dan nasib yang berbeda. Aku galau karena aku tidak mau melihat ke luar. Akan tetapi, aku tetap saja tidak berguna. Aku tetap saja pribadi yang menyedihkan.
"Itu Kak Lita bukan, ya?" ucapan seseorang terdengar di telingaku.
"Lah iya, samperin, yuk," suara lain membuatku langsung mengangkat wajah.
Seorang cowok tinggi, badan agak berisi, dan berambut gondrong menghampiriku bersama cewek cantik berambut lurus kecokelatan. Mereka berdua kemudian duduk di depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peka Banget! 「END」
RomansaKetika Cantika dan Karlita-dua cewek pengidap kesehatan mental-bertemu dengan sosok cowok yang peka banget. Merasa diri mereka berubah menjadi lebih baik karena dukungan dari cowok itu, apakah Cantika dan Karlita bisa sembuh? *** Cantika mengidap Ob...
Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi