Satoshi's POV
Ia masih memelukku. Agak lama. Aku kemudian melepaskan pelukannya dan menatapnya.
"Beri aku waktu." Ucapku.
Ia menatapku dalam diam. Aku membuang pandanganku dengan napas yang berat.
"Aku permisi." Ucapku lalu melangkah melewatinya. Di jalanan yang gelap dan sepi.
----------------------------------------------------
You don't own me, I'm not just one of your many toys
You don't own me, don't say I can't go with other boysAku menatap langit-langit kamar mandiku dengan tatapan kosong. Masih terpikirkan yang barusan.
Aku mencintaimu
Aku menghela napas. Percaya atau tidak, kata-kata itu terdengar seperti sebuah kebohongan untukku.
Bukan berarti aku seorang yang anti dengan kata-kata seperti itu. Hanya saja...setiap kali aku bertemu orang yang berkata seperti itu, semuanya hanya berakhir dengan rasa sakit.
Aku menjentikkan jariku di air dan memperhatikan cipratan air yang kubuat.
Di sisi lain aku merasa bersalah telah memperlakukannya seperti itu, namun di sisi lain aku memang harus melakukannya.
Karena aku tidak ingin. Kau tak akan mengerti.
Aku...lelah dan takut untuk selalu disakiti. Itu saja.
Tak ingin lagi. Barang sekalipun.
Don't tell me what to do. Don't tell me what to say
Please, when I go out with you don't put me on displayAku memerosotkan tubuhku untuk menenggelamkan seluruh tubuhku ke dalam air panas.
I'm young and I love to be young and I'm free and I love to be free
To live my life the way I want
To say and do whatever I pleasedYou don't own me...
-----------------------------------------------------
Aku kembali duduk di teras belakang rumahku dan menyesap secangkir cokelat panas yang baru saja kuseduh.
Aku memperhatikan pot berisi bunga lili air yang baru saja kutanam beberapa waktu lalu.
Bunga itu mulai mekar dengan sempurna. Baunya yang khas bahkan mulai menusuk ke hidungku.
Aku tersenyum dan menyentuhnya dengan lembut.
Aku kembali menyesap cokelat panasku dan menatap langit malam yang kali ini sedikit berbintang.
-----------------------------------------------------
Aku kembali mengecek barang-barang tas travelku keesokan paginya sebelum berangkat menuju stasiun untuk melanjutkan tur pertunjukanku ke Nagoya.
Setelah selesai, aku menutup koperku dan hendak bergegas. Tiba-tiba saja handphoneku berbunyi.
Telepon dari dokter Sakurai.
Aku lalu mengangkatnya. "Halo?"
"Apa kau sudah akan berangkat?"
"Hm. Sebentar lagi aku sudah harus sampai di stasiun."
"Kalau begitu hati-hati."
"Hm."
"Soal yang kemarin..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me, Heal Me [SLOW UPDATE]
Fanfic-Sho Sakurai- Aku hanya menatap seseorang di hadapanku saat itu dengan tatapan tak percaya. Dia tampak rapuh dan begitu tak berdaya. Hanya ada kengerian dan rasa ingin mati di matanya saat itu. Dia punya masa lalu yang membuatku benar-benar ingin me...