Jantung berdebar-debar disertai kegelisahan. Bukan hal baru bagiku setelah menyeduh lebih dari segelas kopi. Kandungan kafeinnya selalu berjaya membuatku terjaga. Melek yang tak biasa, melek yang menyiksa.
Malam selalu identik dengan kesunyian . Hanya ada manusia dan mimpi. Di saat jiwa-jiwa yang lain terlelap, maka aku terjaga. Terjaga dengan tugas kampus yang siaga. Oh... God! Seharusnya malam ini aku memikirkan tugas dan menyelesaikannya, namun yang ada otakku justru melalang buana, bercucu cicit, tertuju ke pemikiran terkecil. Jika atom merupakan unsur terkecil yang tak dapat dibagi, maka pikiranku tak kan pernah disebut atom. Aku sudah menilik bahwa kopi hanya akan membuatku tersiksa sepanjang malam, namun yang ada aku selalu kembali menyeduhnya. Seakan- akan menikmati sensasi degupan jantung dan kegelisahan. Benar-benar penganut masokisme jinak, sebenarnya sih tidak. Aku hanya tak punya pilihan amunisi agar tetap terjaga.
Jam demi jam berlalu, pikiran demi pikiran berganti. Kafein pun mulai keluar dari sitem tubuh. Degupan jantung mulai stabil. Tugas belum disambil...Dasar Desfindah yang labil. HAHAHAHAHAH o. Gaje eehhhh...
1:21, 25 Oktober 2016 Pekanbaru.