Complicated

4.5K 488 16
                                    

Hari pun berlalu begitu cepat, pagi yang cerah untuk mengawali minggu yang tenang. Ku langkahkan kakiku keluar kamar dengan keadaan yang masih kacau khas orang bangun tidur, lalu berjalan untuk menuruni tangga.

Seketika aku terdiam sejenak, diujung tangga sana terdapat seorang pria yang tengah berdiri membelakangiku.

Aku mengusak mataku yang memang masih kabur karna keadaanku yang baru saja bangun dari tidur. Memastikan bahwa pria paruh baya yang tengah membelakanginya adalah pria yang seharusnya dipanggil Ayah?

Pria itu Park Yoochun tengah berdiri membelakangiku, aku tidak mengerti apa yang membuat dirinya berada disini di pagi buta seperti ini. Biasanya dirinya akan singgah dirumah tanpa sepengetahuanku lalu pergi pun tanpa pamit. Tapi hari ini terasa berbeda, dan aku mempunyai firasat bahwa itu bukan sesuatu hal yang baik.

Tidak kuhiraukan dirinya yang sepertinya ingin berbicara denganku, aku hanya terus melangkahkan kakiku menuju dapur. Mengambil segelas air, dan meminumnya.

"Jimin-ah!" panggilnya pelan, pria tersebut berada tidak jauh dihadapanku. Aku hanya melihatnya sambil terdiam, lalu kembali mengabaikannya.

"Yak! Park Jimin, bersikaplah sopan, aku ayahmu!" sahut pria tersebut, wajahnya memarah karna marah, aku sedikit menyeringai mendengar kata-katanya. Ayah dia bilang?

"Ayah?" Aku terkikik geli.

"Memang seberapa baik nya kau berperan sebagai seorang Ayah? Sehingga aku harus sopan kepadamu?!" Sahutku dengan nada yang begitu sinis.

Pria dihadapanku hanya terdiam mendengar kata-kata sindiran yang terlontar dari mulutku. Kulihat iya tengah menarik nafas pelan, tangannya mengepal menahan geramannya. Apakah dia marah ? Oh ayolah aku tak peduli dengan hal itu.

"Aku kesini bukan untuk berdebad denganmu Jimin-ah!" Sahutnya pelan, mencoba sebaik mungkin untuk tidak terlalu keras berbicara dan menekan emosinya.

"Baiklah, katakan apa keperluanmu datang kesini pagi-pagi di tengah jadwalmu yang sangat sibuk itu? Park Yoochun-ssi!" Yah sebenarnya aku sedikit penasaran, apa yang membuatnya singgah di Mansion kami pada pagi buta seperti ini ? Ini pertama kalinya.

"Kau ingat? Aku pernah menawarkanmu untuk melanjutkan pendidikan di London ?" Ucapnya membuka suara, oh tidak! Aku sangat tidak menyukai pembahasan ini. Aku hanya terdiam, tidak menjawab atau pun merespon.

"Aku sudah mengurus semua keperluanmu dan kepindahanmu kesana! Jadi setelah kau lulus SMA kau akan segera berangkat ke London!" Aku melabarkan kedua mataku. Dia gila! Bahkan aku pun belum memberikan persetujuanku! Hell yeah kenapa pria ini selalu saja bertindak sesukanya.

"Aku menolak!" Sahut ku lantang.

"Tidak ada penolakan Jimin! Aku melakukan ini untuk kebaikanmu juga." Aku berdecih mendengar perkataannya. Untuk kebaikanku dia bilang, rasanya aku ingin tertawa keras saat ini.

"Oh.. Mungkin maksudmu ini untuk kebaikan kau dan perusahaan mu yang memuakkan itu!" Sahutku sarkastik.

Plak

Dia menamparku!

"Terserah apapun katamu, yang jelas aku tidak menerima penolakanmu. Jika kau memberontak! Kau tau betul siapa aku, anakku!" Setelahnya dia pergi begitu saja dengan angkuhnya. Sialan selalu saja seperti ini, Pria itu selalu saja memaksakan kehendaknya.

Aku membencinya!

.
.
.
.
.
.

Hari masih begitu pagi sekitar pukul 8, suasana hati Jimin berubah menjadi buruk sejak Ayahnya datang dan terjadi perdebatan kecil diantara mereka. Jimin sedari tadi terus saja memikirkan perkataan Ayahnya, dirinya sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa. Dia tau betul bagaimana perangai sang Ayah yang selalu bertindak sesukanya. Jimin menghela nafasnya lelah.

Songsaenim Saranghae!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang