"Mau pesen apa?" tanya Dafa saat mereka sudah sampai di kantin yang ramai.
"Apa?"
"Mau pesen apa?, biar gue pesenin"
"Gak usah, biar aku aja"
"Gak papa kok biar sekalian" ucap Dafa,
"yaudah deh, aku mau roti sama susu kotak kayanya. Tapi masih ada gak yah?" tanya Lira lebih tepatnya pada dirinya sendiri tapi Dafa langsung menyahut " pasti adalah, yaudah gue pesenin yah lo duduk aja" katanya.
Lira menganguk, memutar pandangan nya keseluruh penjuru kantin tapi tak menemukan meja kosong disana.
"Dafa!" panggilnya memanggil Dafa yang belum terlalu jauh membuat cowok berambut coklat itu menoleh.
"Ya?"
"Gak ada meja kosong" ucap Lira membuat Dafa mengerutkan kening tapi kemudian ikut memutar pandangan dan membenarkan ucapan Lira dalam hati.
"Kalau gitu kita makannya di rooftoop aja, lo tungguin gue disana nanti gue nyusul"
Lira menaikan alis bingung, "maksud kamu?"
"Astaga lo lemot juga yah" kata Dafa mencubit pipi Lira grmas membuat gadis itu sedikit tersipu. "Maksud gue tuh karena disini kita gak kebagian tempat jadi gimana kalau makannya di rooftoop, lo duluan kesananya nanti gue nyusul"
"Oh, tapi jangan lama yah Dafa" kata Lira membuat Dafa tersenyum, mengengelus puncak kepala Lira sekilas membuat Lira mengerjap.
"Iya"
Dan semua itu tak lepas dari pandangan seorang cowok bertubuh jangkung yang duduk di pojok kantin.
Dia tersenyum, jenis senyuman yang sulit diartikan.
***
sekarang Lira dan Dafa tengah berada di atap sekolah padahal jam istirahat sudah berakhir sejak 15 menit yang lalu, tapi untungnya kelas mereka sedang free class, karena kebetulan guru yang mengajar mereka sedang ada halangan."Dafa, dua kali dua berapa?" tanya Lira membuat Dafa mengerutkan alis dengan pertanyaan tak bermutu Lira, astaga please Lira pasti sudah tahu jawabannya bukan?
"Ya empat lah Lira, sayang" kata Dafa jail membuat Lira memalingkan wajahnya yang memerah.
"Emang kenapa?""Gak, cuma kayaknya kita kehabisan obrolan deh, masa dari tadi diem-dieman terus" gerutu Lira membuat Dafa tertawa lepas.
Tapi memang benar. Sejak mereka sampai disini sekitar 10 menit yang lalu mereka belum memulai obrolan apapun.
"Oh, jadi lo pengen kita ngobrol gitu?" kata Dafa yang tak bisa menyembunyikan senyum gelinya membuat Lira menggigit bibir bawah.
"Yaaa gak juga aku cuma--"
"Yaudah, sekarang lo mau kita ngobrolin apa?"
Tanya Dafa membuat Lira mengetuk-ngetukan jarinya kedagu, seolah sedang berpikir."Dafa kamu sukanya apa?"
"Tidur" celetuk Dafa membuat Lira menatap cowok itu dengan kedua alis terangkat.
"Tidur?"
"Iya, emang lo gak tahu kalau gue tidur mulu di kelas?" tanya Dafa tersenyum geli.
"Iya tapi tidur kan bukan kesukaan Dafa, tapi kebutuhan"
"Tapi gue suka gimana dong?"
Dafa menahan tawa melihat ekspresi kesal Lira."Ih Dafa aku serius tau" kata gadis itu memalingkan wajah, marah mungkin.
Dafa tersenyum penuh arti menarik tangan Lira dengan lembut hingga mereka berdiri berhadapan.
Dafa mendekatkan wajahnya ke telinga Lira dan membisikan kata-kata yang membuat Lira membeku beberapa saat.
"Gimana kalau gue sukanya sama lo?"
Entahlah, karena yang pasti sekarang Lira merasakan jantungnya berdetak dengan keras.
Dan Dafa tahu itu.
***
"Abaaang!" Lira melambaikan tangan dan berlari kearah Arfa yang sedang menyenderkan tubuhnya ke badan mobil.
Cowok itu tersenyum lalu mengacak rambur Lira ketika gadis itu sudah ada didepannya.
"Hai juga Ara. Gimana sekolah nya?"
Tanya Arfa sambil membukaan pintu mobil untuk Lira."Seru kok abang" ucap Lira,
"Yaudah, sekarang kita pulang atau mau makan dulu?"
"Pulang deh abang, Ara capek" kata Lira sambil berusaha memasuki mobil dan menutup pintunya.
Sedangkan Arfa hanya tersenyum. Sebelum masuk mobil Arfa sempat mendengar seseorang yang memanggilnya membuat cowok itu menoleh.
"Tunggu! Lo abangnya Lira kan?"
Arfa menatap cowok berambut coklat didepannya dengan kedua alis terangkat.
"Iya"
"Oh, kalau gitu kenalin gue Dafa., temennya Lira" ucap Dafa mengulurkan tangan sekedar berkenalan.
Arfa menjabat tangan itu dengan ragu sekaligus meneliti penampilan cowok didepannya.
Baju kusut dan tidak dimasukan kedalam celana ditambah dua kancing teratasnya yang dibiarkan terbuka, ciri khas anak-anak nakal SMA.
Bener ini temennya Lira?
"Arfa, abangnya Lira"
"Gue cuma mau balikin ini aja kok, bukunya Lira tadi ketinggalan" ucap Dafa sambil menyodorkan buku bersampul warna biru muda, warna kesukaan Lira.
"Oh ya, makasih" kata Arfa dengan wajah yang sedikit tak bersahabat lalu memasuki mobil tanpa mengatakan sepatah katapun.
Dafa mengangkat bahu acuh kemudian berjalan kearah motornya yang terparkir lumayan jauh dari posisi mobil Arfa tadi.
"Siapa bang?" tanya Lira, dia memang sempat melihat Arfa berbicara pada seorang cowok tapi tak begitu jrlas melihat wajahnya.
"Dafa, abang harap kamu gak terlalu dekat sama dia"
***
Don't forget vote and comment guys.
Thank's for reading.
Tasikmalaya, 19 oktober 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Novela JuvenilAlira bagaskara, gadis itu terlalu lugu untuk seorang Ardafa Baradewa, si bad boy sekolah yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Ardafa jatuh hati pada kepolosan Lira. Dan Lira terlena dengan janji yang diucapkan Dafa kalau cowok itu akan selalu...