"Lo dari mana aja, Ra?" tanya Tasya setelah Lira duduk dengan sempurna di kursinya.
Ya, setelah jam istirahat berakhir Lira memang kembali ke kelas sendiri, tidak bersama Dafa karena memang tadi cowok itu bilang ada urusan.
"Dari rooftoop" jawab Lira singkat sambil membolak-balikan buku matematikanya.
"Rooftoop?, sama siapa?"
Tanya Tasya. Ditanya seperti itu sontak membuat Lira gelagapan.Astaga, Tasya pasti akan ngadu pada Arfa kalau tahu yang sebenarnya. Karena memang Tasya dan Arfa cukup dekat, mengingat kalau gadis berkacamata bulat itu sudah bersahabat dengan Lira dati kecil.
Lagian Tasya juga mungkin gak akan percaya kalau akhir-akhir ini Lira dan Dafa jadi dekat.
"Sendiri kok" jawab Lira berbohong tapi hebatnya dapat dipercayai Tasya, walau gadis itu sempat mengerutkan alis karena memang selama ini Lira tak berani kemanapun sendirian apalagi ini sampai ke rooftoop.
"Eh minta perhatiannya sebentar dong..." Kevin maju kedepan kelas, kelas yang tadinya berisik pun menjadi tenang, siap mendengarkan apa yang akan dikatakan si ketua kelas.
Ya, walaupun Kevin termasuk cowok tengil tapi dia cukup bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya.
"Ada apa sih vin?" tanya Dylan, salah satu murid pintar di kelas Lira.
"Jadi gini, basket lagi ngadain perekrutan anggota baru, dan buat kalian yang minat bisa daftar dan bisa langsung latihan nanti sore" jelas Kevin tapi yang jelas Lira tidak benar-benar mendengarkannya karena yang ada di otaknya sekarang ini adalah kenapa Dafa belum juga kembali kekelas? padahal jam sudah menunjukan pukul 11:30 dan itu artinya sudah tiga puluh menit semenjak cowok itu pamit.
Urusan apa sebenarnya?
Kenapa selama itu?
Lama tercenung. Akhirnya Lira memilih keluar kelas untuk mencari Dafa karena kebetulan kelasnya juga sedang tidak ada guru.
"Izin keluar bentar ya, Vin"
***
Ruang musik, lab komputer, lab fisika, kantin. Bahkan Lira sudah kembali ke rooftop untuk mencari Dafa tapi Lira belum juga menemukan cowok itu.Alhasil, disinilah Lira sekarang. Duduk dengan lesu didepan ruang osis yang hari itu terlihat sepi.
Dafa, kamu kemana sih?, batinnya merengek. Persis seperti saat ia memohon pada Arfa untuk dibelikan ice cream.
"Ra, kamu ngapain disini?" kata seorang cowok yang baru saja keluar dari ruang osis, dan bisa ditebak itu siapa?
Yap, Adlan.
"Lira lagi nyari temen Lira kak" jawab Lira dengan wajah menunduk.
"Siapa?" tanya Adlan lalu duduk di sebelah Lira.
"Dafa, Ardafa baradewa" jawab Lira dengan wajah penuh harap, semoga Adlan tahu dimana Dafa.
"Oh, yang temen sekelas kamu itu?" Adlan menyeringai, ia yakin kalau ia tak salah orang.
"Kakak lihat tadi ada di lapang"
***
"Dafaaa!!" Teriak Lira senang sekaligus kesal saat menemukan Dafa.
Dafa yang saat itu sedang mendrible bola basket membiarkan bolanya menggelinding entah kemana saat mendengar suara Lira.
"Aku cariin ternyata kamu ada disini?" Lira berkacak pinggang, menatap Dafa dengan bibir yang dimajukan membuat Dafa gemas dan secara refleks mencubit pipi Lira.
"Ish Dafa lepas, sakit tahu" rengeknya sambil mencoba menepis tangan Dafa yang masih bertengger dipipinya.
"Gak mau" kata Dafa lalu tersenyum puas saat melihat Lira yang malah tambah cemberut.
"Kamu jahat ih" Lira mendelik saat Dafa melepas tangannya dan meninggalkan jejak kemerahan di pipi tirus gadis itu.
Dafa hanya terkekeh lalu menarik Lira untuk duduk di kursi samping lapang.
"Kenapa nyariin?, kangen?"
Tanya nya menaik-turunkan alis menggoda, Lira memutar bola matanya bosan."Aku gak kangen, cuma takut kamu diculik aja karena gak balik-balik ke kelas" jawab Lira sekenanya yang membuat Dafa tertawa kecil.
"Khawatir, huh?"
"No, aku cuma--"
"Kenapa gak jujur aja sih, Ra. Gue juga gak akan marah kok" ucap cowok bermata biru itu jail, "malah gue seneng" lanjutnya sambil menatap mata Lira saat gadis itu mendengus pelan.
"Iya iya aku kangen sama kamu, puas?!!" sungut gadis itu. Dafa tersenyum puas lalu mengambil bola basketnya yang menggelinding kearah gawang sepak bola.
Dan,
Shoooot.
Dengan sekali dorongan masuk kedalam ring dengan sempurna, membuat Lira berdecak kagum.
"Dafa, kamu bisa main basket sejak kapan?" tanyanya menghampiri Dafa antusias.
Dafa melirik Lira sekilas sebelum kembali memasukan bolanya kedalam ring.
"Sejak Sd, dulu gue sama sepupu gue selalu main basket bareng di belakang rumah" kata Dafa dingin, matanya memandang lurus kearah ring dan lagi-lagi memasukan bolanya tepat kesana.
"Oh, kamu suka maen basket ternyata"
"Iya suka, sama lo juga gue suka" ucap Dafa tersenyum kecil.
Sedangkan Lira, gadis itu bahkan sudah memalingkan wajahnya yang dipastikan berwarna merah.
***
Alhamdulillah, selesai juga part 10, gue tau kok cerita gue masih jauh dari kata sempurna so, makasih banyak buat kalian yang mau nyempetin baca.
Tasikmalaya, 25 oktober 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Girl
Teen FictionAlira bagaskara, gadis itu terlalu lugu untuk seorang Ardafa Baradewa, si bad boy sekolah yang terkenal dingin dan tak berperasaan. Ardafa jatuh hati pada kepolosan Lira. Dan Lira terlena dengan janji yang diucapkan Dafa kalau cowok itu akan selalu...