Trus?

76 14 0
                                    

Aldan berjalan menuju kantin dengan saku yang berisi coklat pemberian pak Suki. Kantin sepi, hanya menyisakan penjaga kantin dan Aldan, Aldan langsung memesan dua porsi nasi kuning. Setelah selesai ia membayarnya dan membawanya ke UKS.

Di lorong kelas terlihat tiga orang perempuan sedang jalan menuju ke arahnya. Fanya cs pasti. Dan dugaan Aldan benar, Fanya tersenyum melihat Aldan, dan langsung berlari memegang pergelangan tangannya.

"Eh Aldan, manis banget sih. Ini makanan buat gue yaa?" Kata Fanya sambil tersenyum manis. Aldan terus berjalan, meninggalkan Fanya dan temannya yang masih menganga jengkel akibat sikapnya. Aldan tidak peduli, sekarang nasi kuning yang ada di tangannya sedang dinanti oleh 'cewe bego'nya.

Aldan sampai di UKS, disana terlihat hanya Sania yang terbaring di kasur dengan wajah mayatnya. Aldan berjalan berusaha menenangkan dirinya agar tidak gugup. Aldan duduk di samping Sania, memberinya satu porsi nasi kuning.

"Nih." Kata Aldan.

"Eh makasih Dan, sekarang lo ke kelas ajaa. Ntar lo bego ga ikut pelajaran hari ini." Kata Sania menampani nasi kuning.

"Ngusir?" Tanya Aldan sambil duduk di sebelah Sania.

"E-eh engga gitu, gue bisa di UKS sendiri. Dan gue ga mau lo mendadak bego kaya gue gara-gara bolos jam pelajaran. Lagian gue juga bisa tidur disini." Kata Sania tersenyun.

"Gapapa, gue juga tadi ga istirahat jadi gue mau istirahat di UKS-" Kata Aldan terhenti dan melanjutkannya dengan suara yang lebih pelan, "Sama lo."

Sania terdiam, matanya melambat berkedip, dia terbang karena Aldan. Rasanya ingin ia memeluk Aldan lalu menjambak rambutnya. Namun ia urungkan, lebih memilih diam dan tersenyum malu.

"Thanks." Kata Sania menundukkan kepalanya.

"Hm."

Mereka diam, sibuk dengan makanannya masing-masing. Dan saat mereka selesai dengan makanannya, Aldan meringsutkan piringnya dan piring Sania menaruhnya dimeja. Aldan beranjak mengambil minuman, satu gelas untuknya dan satu gelas lagi untuk Sania.

Sania melihat Aldan yang seperti itu merasa aneh dan juga senang, baru saja ia dibuat kelaparan oleh Aldan dan sekarang dirinya dibuat kenyang oleh Aldan. Senyum Sania merekah lebar, Aldan membalikkan tubuhnya dan berjalan membawa minuman, melihat Sania terseyum padanya cukup membuat Aldan tenang, Aldan menyunggingkan senyum terbaiknya.

"Ga usah senyum-senyum liat gue." Kata Aldan menyerahkan minum.

"Ge-er iyuh." Jawab Sania sambil menerima minum.

Aldan duduk di kasur sebelah tempat tidur Sania,"Gue liat lo."

"Trus?" Tanya Sania heran.

"Ga." Kata Aldan singkat.

"Kenapa lo mau bantuin gue di UKS?" Tanya Sania lalu meminum minuman yang Aldan beri.

"Ga tau." Jawab Aldan selesai meminum minumannya, menaruhnya di sebelah piring. Begitupun Sania.

"Okee."

"Bego!" Kata Aldan tiba-tiba.

"Biarin si!" Sergah Sania malas.

"Suara lo cempreng." Kata Aldan sambil menutup telinganya.

"Iya? Perasaan biasa aja ah. Lebay lo!" Seru Sania tidak terima.

"Emang bener." Jawab Aldan sambil menggidikkan bahu.

"Ikan makan apa hayo?" Tanya Sania tiba-tiba, pertanyaannya memang tidak penting namun Aldan ingin menjawabnya.

"Ikan." Jawab Aldan.

"Kanibal dong?" Tanya Sania lagi.

"Sehat." Jawab Aldan singkat.

"Ikan kan ga olahraga." Kata Sania menatap Aldan.

"Kan ikan banyak proteinnya." Seru Aldan menunjuk wajah Sania.

"Iya betuul! Kalau lo makan apa?" Tanya Sania ikut menunjuk.

"Angin." Jawab Aldan asal.

"Api." Seru Sania sambil merebahkan diri.

"Semut." Aldan menunjuk wajah Sania.

"Alien." Sania ikut-ikutan menunjuk wajah Aldan.

"Lo alien, makhluk aneh, makhluk asing yang nyebelin." Aldan ikut merebahkan diri di kasur sebelah.

"Lo nyebelin kaya dora." Seru Sania kesal.

"Lo kalah cantik sama dora." Aldan menurunkan tangannya.

"Lo kalah ganteng sama mamang somay." Kata Sania sambil tersenyum licik.

"Serah." Aldan mengalihkan pandangannya ke atas, lebih tepatnya ke lampu UKS.

"Jahat." Seru Sania yang hampir marah.

"Emang." Jawab Aldan santai.

"Aku suka kamu." Seru Sania yang lalu cepat-cepat menutup mulutnya.

"Trus?" Aldan menanggapi tanpa melihat Sania.

"Ga."

Sania diam, terasa sedikit sesak di dadanya, matanya mengalihkan pandangan ke bawah, menunduk ingin menangis saat itu juga. Sedangkan Aldan baru menyadari bahwa Sania menyatakan perasaannya begitu berani. Aldan tidak tahu harus menjawab apa, yang terlintas dikepalanya hanya itu. Aldan merasa bersalah, ingin ia memeluk Sania dan mengatakan bahwa perasaannya juga sama. Entah suka, sayang ataupun cinta.

"Gue ke kelas." Seru Aldan yang merasa tidak nyaman dengan keadaan.

"Lo disini aja, masalah tadi sorry gue kelepasan." Ujar Sania sambil berusaha tersenyum.

"Iya iya." Kata Aldan yang ikut tersenyum.

"Lo tau ga?" Tanya Sania sambil menatap langit-langit uks.

"Ga." Jawab Aldan.

"Ah sama gue juga gatau." Kata Sania sambil terkekeh melihat wajah Aldan yang sudah penasaran.

"Gila emang lo." Pekik Aldan malas.

"Terkadang gue harus bersikap seperti itu biar gue bahagia dan berhenti sejenak mikirin perasaan gue ke lo."

"Hm."

"Gue mau tidur." Kata Sania menarik selimut.

"Gue juga." Seru Aldan yang bersiap menutup matanya.

"Satu ranjang?" Tanya Sania.

"Ya ga lah!" Seru Aldan tidak habis pikir.

"Oiya belum nikah. Nanti ya kalau nikah boleh satu ranjang." Kata Sania sambil menunjuk Aldan.

"Serah lo bego!"

Sania dan Aldan tidur bersama di UKS dengan kasur yang berbeda namun bersebelahan. Sebelum Sania benar-benar terlelap Sania menatap Aldan yang sudah terpejam, berbisik lirih.

"Gue sayang lo Dan. Urusan lo punya perasaan yang sama kaya gue atau engga itu urusan nanti. Yang penting lo tau isi hati gue, bay." Kata Sania sepelan mungkin, Aldan mendengarnya. Dia tidak tidur sama sekali, beberapa menit kemudian Aldan membuka matanya dan menoleh ke arah Sania yang kini terpejam.

"Gue gatau apa yang gue rasain, tapi ini terlalu cepet buat mutusin apa yang gue rasain, gue ga mau salah ngambil keputusan." Gumam Aldan sambil menatap langit-langit UKS.

Aldan mulai mengantuk, ia menoleh ke arah Sania dan Sania sudah tertidur. Nafas Sania begitu tenang, mulutnya sedikit terbuka menampilkan dua gigi kelincinya. Aldan pun tidur, merasa terlalu kenyang karena nasi kuning. Sampai bel pulang, diantara mereka belum ada yang bangun. Sampai salah satu anak PMR melihat mereka tertidur dan langsung membangunkannya.

With You Babe❤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang