"Hyung, pikirkan ini baik-baik. Kita sudah jauh-jauh kemari, berjam-jam terpapar matahari bahkan melewatkan jam makan malam. Apa Hyung akan menyerah sekarang?" Kwang Soo berusaha membujuk Jong Kook yang bersikukuh membatalkan niat untuk mencari daun dasom.
"Kwang Soo-ya, ini tak semudah yang kau pikirkan. Coba kau bayangkan rasanya berada dalam posisi Jong Kook Hyung." Haha memegang kepalanya yang pening.
"Oppa..." Semua mata tertuju pada Ji Hyo.
"Bagaimana dengan Tuan Kang? Bukankah proyek itu begitu penting bagi perusahaan? Bagaimana dengan perjuanganmu memenangkan tender tersebut? Huh?" Ji Hyo menatap Jong Kook dengan mata indahnya yang membulat.
"Ji Hyo-ya, kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi di pulau ini. Memang Spesies daun dasom yang kita cari, hanya terdapat di pulau ini. Tapi kau dengar kan yang dia katakan, hanya pasangan yang berhasil yang bisa mendapatkan daun dasom. Tiba-tiba dia mengklaim kita berdua menjadi pasangan, entah apa yang terdapat di pikirannya. Apa dia membual, mabuk atau kenyataan di pulau ini yang memang tak bisa diterima nalar." Jong Kook berkata dengan frustasi. Ia melongokkan kepalanya, sekitar 20 meter dari mereka Byung Man duduk menyendiri di dermaga sederhana.
"Oppa..."
"Ji Hyo-ya, bagaimana jika mereka meminta kita melakukan sesuatu yang diluar kemampuan kita? Bagaimana bila ka terluka? atau yang lainnya? Lebih buruk lagi, jika pada akhirnya mereka mengetahui kebenaran mengenai kita, apa yang akan terjadi setelahnya?" Jong Kook menyipitkan matanya, berusaha mencari keyakinan di manik mata wanita yang menyita perhatiannya.
"Oppa, kita akan menghadapinya bersama. Kau tak sendirian. Jae Suk Oppa, Haha Oppa, Kwang Soo, dan aku. Apapun yang ada di depan kita, kita akan melaluinya bersama." Ji Hyo merapikan rambutnya yang mulai berterbangan ke segala arah.
"Ji Hyo-ya.." Tiba-tiba angin berhembus kian kencang. Ji Hyo mendekap kedua lengannya. Melihat cuaca semakin tak bersahabat, Ia khawatir pada Ji Hyo. Kim Jong Kook segera berlari menuju Byung Man. Sepatu sneaker biru tuanya basah dan berbalur pasir putih.
"Byung Man-shi, tak bisakah kita kembali?"
"Mian, ini sudah malam. Kita baru bisa kembali besok pagi." Byung Man berdiri dan menunjuk ke langit malam yang benderang karena sinar purnama. "Kau lihat itu, Ombaknya terlalu ganas saat ini." Byung Man tersenyum sekilas.
Jong Kook menghela nafas berat. Ia mengangguk dan kembali menemui rekan-rekannya. Diperhatikannya lagi keadaan Ji Hyo, wajah cerahnya kini terlihat lelah, kantung mata mulai terbentuk disana, rambutnya begitu berantakan. Ia tak punya pilihan lain.
"Kita tak bisa kembali hari ini." Tangan Jong Kook dengan cekatan menyambar koper miliknya dan milik Ji Hyo. Ia berjalan menembus pepohonan, menyusuri jalan setapak yang tersembunyi dibaliknya. Beberapa Detik setelahnya Byung Man telah mengambil alih rombongan, Ia berjalan di depan Jong Kook. Tangan kanannya memegang lentera temaram. Sementara 4 pasang mata di belakang mereka, hanya mengikuti kedua orang di depan mereka sambil sesekali bertukar pandang.
Setelah berjalan sekitar 300 meter dari bibir pantai, mulai terlihat nyala api dari beberapa titik di depan mereka. Pepohonan pun kian melonggar. Semakin mereka mendekat, semakin terlihat jelas bahwa di hadapan mereka terdapat pos kayu sederhana.
"Anyeonghaseyo." Suara Byung Man yang tegas, meski sebenarnya cukup pelan namun mampu memecah keheningan.
"Oh, Hyung! Kau sudah lama tidak kemari." Seorang pemuda yang sedari tadi duduk pos beranjak dari posisinya. Ia memeluk Byung Man.
"Oh. Lihatlah siapa yang datang." Byung Man dengan bangga memberitahu perihal kedatangan penumpangnya.
"Ah.. arasso. Aku sungguh tidak sabar." Pemuda tersebut segera berlari kembali menuju pos jaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Of Love
FanfictionSong Ji Hyo, gadis berhati beku namun memiliki tanggung jawab moral yang luar biasa. Ia tak percaya cinta namun percaya akan kewajiban. Ia tak tergila-gila dengan harta maupun kasih sayang, satu-satunya yang dikejarnya hanyalah pengalaman. Ia berhar...