Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memaafkan sebuah kesalahan?
KUCURAN air berhenti kala Aries memutar keran. Selama beberapa detik, dia memandangi air yang tersedot masuk ke dalam lubang wastafel. Kemudian, Aries mengambil kacamata, membersihkannya dengan lap sebelum memasangkan tungkainya ke sela-sela telinga.
Pandangan Aries kini terpusat ke cermin. Pantulan wajahnya tampak lebih pucat-entah karena pencahayaan toilet yang terlalu terang atau darah di dalam tubuhnya belum mengalir ke tempat semula. Dari balik lensa, kedua bola matanya balas menatap dengan sorot ketakutan yang terpancar begitu kuat.
Aries enggan memejamkan matanya. Dia khawatir bayang-bayang tadi tiba-tiba muncul di tengah kegelapan. Lalu, apa yang harus dia katakan kepada Winona nanti? Gadis itu pasti masih ada di dalam teater; antara kian tenggelam dalam film yang sedang dia tonton atau cemas karena dia tak kunjung kembali.
Aries beranjak dari wastafel saat seorang pria dan anaknya masuk ke dalam toilet. Awalnya, Aries ingin menunggu di depan studio tempat Winona sedang menonton, tetapi kursi dan sofa di sepanjang lorong nyaris penuh. Tidak ada pilihan selain mencari berdiri atau jalan-jalan ke tempat lain sampai Winona keluar dari teater.
Lantas, Aries mengirimkan pesan singkat kepada Winona.
[Aries] Can't go back.
[Aries] Bilang kalau sudah selesai.
*
Pada Sabtu malam, Cihampelas Walk sama ramainya dengan tempat-tempat wisata di Bandung. Dari balik jendela panjang di salah satu kedai kopi, Aries mengamati pengunjung yang hilir mudik; keluar-masuk ke toko dan tempat makan di sekitarnya. Gumaman obrolan dan lagu-lagu yang diputar tumpang-tindih di udara. Membuat Aries semakin tidak nyaman meski dia sudah memilih kursi paling pojok.
Tak lama berselang, Winona muncul dari arah pintu dan langsung menghampiri Aries. Raut wajahnya menunjukkan kecemasan-terlalu cemas sampai gadis itu tidak fokus dan nyaris menyenggol pengunjung yang membawa beberapa cup kopi.
"Kamu kenapa? Sakit?" Tanpa aba-aba, Winona memeriksa keningnya. "Maaf lama. Kalau enggak enak badan, kita pulang aja sekarang."
"Makan malamnya dibatalkan juga?"
"Daripada kamu nanti muntah-muntah atau pingsan?" Winona kali ini menarik tangannya. "Kalau perlu, aku yang bawa mobil."
"Winona-"
"Mana kunci mobilmu?" Jika sudah begini, Aries hanya bisa patuh. Dia menyerahkan kunci mobilnya kepada Winona dan membiarkan gadis itu menyeretnya sampai tempat parkir.
Semestinya, malam ini mereka menikmati kencan yang sebenarnya relatif standar: menonton film, makan malam di restoran, jalan-jalan sebentar ke acara culinary night di Braga. Meski terdengar biasa, bagi Aries kencan ini tetap spesial karena mereka jarang menemukan hari yang tepat untuk menjalankannya.
Ironisnya, Aries juga yang menghancurkan kencan ini sebelum mereka sempat menyentuh puncak acara.
Karena film.
Kondisi jalan yang macet pun membuat perjalanan ke Ciumbuleuit semakin panjang. Winona yang mulanya sanggup menjaga emosinya, malah ikut terpancing membunyikan klakson gara-gara mobil di sekitar mereka yang kian 'rewel'. Baru sekitar setengah jam kemudian, mereka berhasil melepaskan diri dari kemacetan. Tanpa pikir panjang, Winona menaikan sedikit kecepatan mobil; menyusuri jalan menuju apartemen Aries.
"Mau aku buatkan sesuatu?" tanya Winona sesampainya mereka di lift apartemen. "Enggak akan sebaik kamu, sih, tapi kalau bikin oatmeal atau mi rebus, aku masih bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nights with Aries
RomanceAries menyodorkan empat pak pembalut kepada kasir. "Buat istrinya, ya, Mas?" "Iya." Aries punya kehidupan normal dari pukul enam pagi sampai enam sore. Di luar jam itu, ada kisah-kisah tak terduga menantinya setiap malam. *** © 2016 Erlin Natawiria