"Apa kau menyukai Yunho?"
Entah apa yang ada dipikiranku hingga kalimat itu tercetus begitu saja. Aku mencoba menahan diri, menahan rasa penasaran yang menggerogoti pikiranku setiap melihat kedekatan mereka berdua.
"Ke-kenapa ti-tiba-tiba kau bertanya seperti itu Jae?"
Lihatlah, bahkan tanpa perlu kau menjawab pertanyaanku, wajah mu yang memerah sudah menjawab semuanya. Cih, rasanya aku ingin menertawakan diriku sendiri karena kebodohanku menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya ku ketahui dengan jelas.
"Tak apa, hanya penasaran. Lagipula sepertinya..." ia menunggu lanjutan ucapanku. Apa benar jika kukatakan yang sebenarnya? Ini baik untuk mereka kan? Bagaimana denganku? "Sepertinya... dia juga menyukaimu."
Bola matanya membulat. Senyuman angelnya merebak seakan mendengar hadiah jackpot.
"Benarkah?"
Aku hanya tersenyum simpul lalu ia memelukku.
"Meskipun begitu, aku belum berani mengatakan duluan. Tapi setidaknya ini sebuah awal yang baik. Terima kasih Jae, kau memang sahabatku."
Kim Jaejoong kau sudah melakukan yang terbaik. Kau berbuat kebaikan dengan menyatukan dua insan.
Kim Jaejoong kau tak memiliki sahabat, kau tak percaya dengan kepercayaan.
Dia bukanlah orang yang kau percayai, dia musuhmu. Tak hanya dia, semua orang musuhmu kau harus ingat itu Kim Jaejoong.
Hanya kata-kata ini yang terngiang di kepalaku. Diriku mengingatkan ku akan hal-hal itu.
Ya... mereka musuhku bukan sahabatku.
...
...
"Baiklah, pelajaran hari ini sampai disini. Jangan lupa tugas yang saya berikan dikerjakan. Sampai jumpa besok."
"Yeyyyy!."
Terdengar riuh-riuh setelah guru kelas 8-4 keluar dari kelas. Pelajaran hari ini telah berakhir. Ada yang langsung meninggalkan kelas, ada yang masih berbincang-bincang dan ada juga yang mulai tugas membersihkan kelas.
Lain halnya dengan seorang siswa bernama Kim Jaejoong. Ia berjalan keluar kelas dengan wajahnya yang tak bergitu banya berekpresi menuju salah satu ruangan di lantai 3. Sebuah ruangan club musik yang diikutinya selama dua tahun terakhir ini.
Cklek..
"Kau sudah datang Jae hyung, sendirian saja? Tidak bersama Junsu hyung dan Yunho hyung?"
Seorang siswa dengan tinggi badan melebihi Jaejoong menyantap snack di hadapannya menyapa Jaejoong yang baru saja datang.
"Mereka sedang ada tugas piket." Jawab Jaejoong santai lalu mengambil beberapa lembar partitur yang dipastikan itu bahan latihan mereka hari ini.
Changmin nama siswa selain Jaejoong itu menghentikan kegiatan makannya dan menatap Jaejoong intens.
"Ada apa memandangiku seperti itu Min?"
"Hyung, ada masalah? Kau terlihat sangat tidak bersemangat hari ini?"
Satu hal yang dibenci Jaejoong pada Changmin adalah pemuda itu selalu bisa membaca wajahnya dengan sangat jelas. Dan hal yang paling membuatnya membenci sifat Changmin adalah dia tau kelemahan terbesar milik Jaejoong.
"Masih belum bisa mempercayaiku hyung?"
Changmin tau penyakit kejiwaan Jaejoong dengan jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Switch
FanfictionKim Jaejoong kau tak memiliki sahabat, kau tak percaya dengan kepercayaan. Dia bukanlah orang yang kau percayai, dia musuhmu. Tak hanya dia, semua orang musuhmu kau harus ingat itu Kim Jaejoong. Hanya kata-kata ini yang terngiang di kepalaku. Diriku...