Mencari Perhatian Pt. 3

925 121 8
                                    

*Jihoon pov*

Bisa dibilang perubahan ku beberapa hari kebelakang sangat pesat.

Aku yang dulunya sangat enggan melihatnya, kini merasakan kalau diantara kami memang ada sesuatu yang belum terselesaikan.

Kenangan indah kami saat kecil dulu terngiang kembali diotak ku.

"Jihoon" aku mendengar suaranya.

Kali ini suara aslinya, bukan suara yang beberapa tahun kebelakang hanya ku dengar dalam mimpi.

Mimpi yang membuat ku bersedih ketika diriku bangun.

Mimpi yang membuatku tidak ingin mengingatnya untuk melapangkan perasaan ku.

Mimpi yang membuatku semakin lama semakin tidak menyukainya, hanya karena diriku gagal melupakan nya.

Mimpi yang membuatkubperlahan membencinya, hanya karena dia terus berkeliaran di sekitarku.

Intinya, aku membencinya karena aku gagal melupakan nya.

Ah, tidak, dia tidak salah, aku membenci diriku sendiri yangbtidak bisa keluar dari memori indah masa kecil kami.

"Hei, kau melamun?" Aku mendengar suara yang nyata itu.

Dan aku sedang membuat janji pada diriku dan hidupku, aku akan mempertahankan nya apapun yang akan terjadi.

Ya, aku tak akan kehilangan dirinya untuk yang kedua kali.

"Ji.."

"Aku sudah dengar" jawabku

"Oohh" dia hanya ber oh ria.

Hari ini kami berada dirumah sakit.

Bau ethanol tercium dimana-mana.

Aku menunggu dokter park mengobati pasien daruratnya.

Kali ini kami tidak hanya berdua, melainkan ibu juga mengantarku.

Awalnya aku ingin pergi dengan ibu saja, tetapi ide ibu terlalu cemerlang mengajak gadis ini, dengan alasan, dia menemaniku di konsultasi pertama, jadi gadis ini harus mengikuti seluruh konsultasiku yang entah akan berakhir dikali keberapa.

"Aku mau tanya sesuatu" kata (yn)

"Hm" jawabku

"Apa dokter park ini sangat sibuk?" Tanya nya.

Pertanyaan tidak penting muncul.

Bahkan dia bisa melihatnya sendiri.

Ini artinya ia sedang bosan

"Kau bisa lihat sendiri" jawabku

Ia hanya mengangguk kan kepala dan melihat ke sekeliling.

Aku mungkin betah duduk diam seperti ini, tetapi, sepertinya dia tidak.

"Kalau kau bosan, mengapa kau tidak ikut ibu membeli roti?" Tanyaku

"Aahh, tidak, aku lebih suka bersamamu" jawabnya

Deg

Deg

Deg

Dia lebih suka bersamaku?

Deg

Deg

Apa dia bercanda?

Deg

Deg

Oh ayolah, bahkan detak jantungku sangat keras

Ini konyol, hanya mendengar kalimat itu diriku berdebar?

Just "Best" FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang