Bagian Dua Puluh

22 0 0
                                    

    (Kirana's PoV) 


Seusai Magrib aku melesat menuju rumah Tanaya bersama bang Abi. Saat berjalan menuju rumah, aku berbincang dengan bang Abi yang telah sempurna melingkarkan tangannya di pinggangku.

"Na, cowo yang kamu cerita lewat Line itu kaya gimana? Kenalin dong. Atau liat fotonya." Ucapnya terhadapku.

"kayanya masih ada di rumah bang. Soalnya dia satu kelompok sama Anay. Eh iya bang, tapi abang jangan bilang sama Tanaya ya, soalnya Tanaya juga suka sama cowo itu. Jadi aku ga pernah cerita sama siapa-siapa kecuali abang." Ucapku lalu tertunduk merasakan persaan bersalah kepada Tanaya.

"oke siap! Nanti kasih tau ya!" ucapnya saat tepat sampai di depan pintu rumah.

"Assalamualaikum!" ucapku bersamaan dengan bang Abi lalu melangkah masuk ke dalam rumah.

Saat masuk di ruang tamu, Mario dan Agham terlihat masih berusaha mengerjakan tugasnya.

"eh lo masih di sini?" ucapku kepada mereka yang dilanjutkan dengan anggukan secara bersamaan.

"waalaikumsalam. ABAAAAAAAANG!!! GUE KANGEN SAMA LO!" teriak Tanaya "tapi bohong! Wahaha" ucapnya lalu tertawa terbahak-bahak.

"ade kurang ajar lo ye! Untung aja gue masih punya ade cadangan." Ucap bang Abi lalu menjulurkan lidah kepada Tanaya.

"waalaikumsalam. Akhirnya abang pulang juga. Na, makasih ya udah jemput abang." Ucap tante Tantri yang biasa ku panggil Mama.

"iya Ma, sama-sama. Yaudah sono lo bang masuk istirahat. Eh buka koper dulu deng, oleh-oleh buat gue jangan lupa. Haha" ucapku dengan tatapan jahil.

"yeuh sama aja ya punya ade dua-duanya gak ada yang waras. Yaudah ah cari ade baru lagi kalo gitu." Ucapnya sambil melengos pergi ke dalam rumah.

"JANGAAAAN!" teriakanku dan Tanaya terdengar seperti koor.

Setelah bang Abi melangkah naik ke lantai atas, aku menyakan soal mana yang masih belum mereka pahami. Saat sedang menjelaskan, aku melihat Agham dan Mario sibuk dengan Hp masing-masing.

"woy lo bedua dengerin gue gak sih? Ih males deh jadinya!" ucapku setengah berteriak kepada Agham dan Mario karena kesal.

"eh? Iya, kita dengerin kok. Tapi gue masih ga mudeng kenapa ini bisa begini?" tanya Agham beralibi untuk meyakinkaku bahwa ia mendengarkan.

"ah alesan aja lo kaya bajaj. Bilang aja daritadi gak dengerin Kirana" ucap Tanaya.

"kalo gue lo mau jelasin kaya gimana juga masih gak paham Kir. Kan gue rada bego sama matematika." Jawab Mario polos. Aku hendak tertawa mendengarnya namun berhasil ku tahan.

"hhh dasar nyebelin! Yaudah nih gue jelasin lagi. Tapi nperhatiin jangan main HP! Kalo engga HP gue sita." Ucapku tajam.

"mapus aja lo berdua haha" ujar Tanaya santai sambil tertawa. Hampir setengah jam kemudian, aku selsai menjelaskan kepada mereka tentang apa yang tidak di pahami. Selepas itu, aku mengambil HP yang ku simpan di samping kanan kakiku. Ada 5 notifikasi Line yang berasal dari bang Abi.

AbiRG : dek..

AbiRG : Agham yg mn?

AbiRG : woy baca woy.

AbiRg : ade gue bolot nih. Buruan ketiduran ntar gue

AbiRG : lbh lm nunggu jwbn lo drpd jomblo lo Na. haha

Gue mengernyitkan dahi saat membaca pesan yang terakhir di kirim oleh bang Abi.

KiranaLW : anjir ngeselin bat lu. Males ah ngasih taunya. Haha :P

AbiRG : baper gila lau wkwk

KiranaLW : haha gak lah bang. Agham yg td pake kaos merah.

AbiRG : emg skrg udh ganti baju?

KiranaLW : belom lah gils-_- kan blm plg tuh anak-_- abang gue pe'a juga ye trnyt

AbiRG : lau ege yg pe'a.

Tiba-tiba saja..

"ke depan yuk nyari udara. Bosen gue di dalem terus." Ujar Tanaya lalu bangkit dan memainkan HPnya.

Sesampainya di halaman depan, aku langsung duduk di lantai dan memandang langit. Begitu pula dengan Tanaya yang kemudian diikuti oleh Agham dan Mario.

"bintangnya ketutupan awan..." ucapannya berhenti begitu saja.

"tapi, pancaran cahayanya tetap saja terlihat." Ucapan Agham membuat gue bingung.

'apa Agham mau nembak Tanaya ya?' ujarku dalam hati.

"Kir, ada yang mau Agham omongin sama lo." Ucap Tanaya yang berhasil membuatku menatap Agham.

"eh.. mm.. anu.." ucapnya dengan nada yang tak beraturan.

"bintangnya ketutupan awan, tapi, pancaran cahayanya tetap saja terlihat. Seperti lo yang selalu tertutup di setiap sisinya, namun, gue masih bisa melihat pancaran cahaya lo." Agham menggantungkan kalimatnya. "Kir, gue sayang sama lo. Will you be my girlfriend?" ucapan Agham berhasil membuat aku langsung menatap wajah Tanaya dalam-dalam tanpa berkata apapun.

"ikuti apa kata hati lo. Apapun keputusan lo, persahabatan kita ga akan pernah bubar kok." Ucap Tanaya dengan fake smile yang bisa aku rasakan dan berhasil membuatku bingung harus menjawab apa.

"gue bahagia liat lo bahagia walaupun hati gue merasa sakit Kir." Ucapannya membuatku menunduk dan kemudian, menatap dan langsung memeluk sahabat terbbaikku. "udah sana buruan jawab. Kesian tuh yang nembak udah nungguin." Ucapnnya begitu tulus terdengar di telingaku.

"yes, I'll" balasanku begitu singkat. Lansgung saja aku menoleh kepada Tanaya yang aku yakin perasaannya sudah hancur karenaku aku tak kuasa untuk menahan pelukan kepada Tanaya. Pelukanku adalah pelukan terima kasih dan sayang dari ku untu Tanaya. Ia tetap melukiskan senyum terbaik di wajahnya walaupun aku sudah menghancurkannya.

"cie jadian, PJ jangan lupa ya!" ujar Tanaya sambil tertawa di sambut dengan tawa Mario.

"tau sendiri bos, honor belum tu... eh! Janji sama sama mba Re tester resep barunya hari ini jam.." ucapku terpotong melihat jam.

"mampus kita Kir! Janji jam setengah 8 dan sekarang 8 lewat!" dengan sigap aku dan Tanaya mengambil HP. Suasana penembakan Agham yang tiba-tiba ternyata memakan waktu lebih dari 30menit dan selama itu pula kita tidak melihat HP.

"mas Andro nelfon gue 20 kali." Ucapku pada Tanaya.

"mas Bim juga Kir! Aduuuuh mampus kita potong honor deh." Ucap Tanaya panik. Agham dan Mario hanya bengong melihat tingkah kita berdua yang panic. Dan saat itu pula, mas Andro menelefon.

"halo, mas"

"..."

"iyaa kita lupa tadi ngerjain tugas soalnya. Terus gimana dong?"

"..."

"ya ampun maaf banget mas beneran kita lupaa. Yaudah besok mas janji ga boong."

"..."

"iya mas Andromeda terganteeng ga lagi-lagi deh kita lupa gini."

"..."

"oke sip jam 3an"

"..."

"siaplah! Ga potong honor kan? Hehe"

"..."

"oke bos besar! Malam juga mas. Salam buat anak-anak"

Diputusnya sambungan telefon ku dan mas Andro.

"gimana?" tanya Tanaya.

"besok jam 3an Nay. Katanya jangan sampe lupa lagi. Terus mas Andro bilang seminggu besok dia ke luar kota, jadi minta kita ke sana tiap hari. Gantian aja katanya gapapa kalo lagi sibuk." Jawabku kepada Tanaya.

"girls! Ayolah kita gak paham nih kalian ngomong apa. Anybody can tell us please?" tanya Agham kepadaku dan Tanaya.

Dan tak di sangka adaseseorang yang menjawab pertanyaan dari Agham.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang