(Nizar's PoV)
Saat sampai di depan gerbang rumah Tanaya, aku medengar Kirana dan beberapa temannya sedang berbincang. Saat aku masuk gerbangpun tak ada yang sadar.
Oh ya, sebelumnya kenalin dulu deh. Namaku Nizar Kurnia Wiratma. Aku adalah kakaknya Kirana. saat ini aku tengah mengenyam bangku perkuliahan di Universitas Nirwala. dan aku bukan jombs macam Abi. Nilam adalah cewe yang sudah 4 tahun ini nemenin aku dalam suka dan duka. Udahlah perkenalannya balik lagi ke momen tadi.
Aku mendengar Kirana tengah menelefon seseorang yang ku dengar namanya adalah Andro. Dia pasti atasan Kirana dan Tanaya di Nobura Coffee Café.
"gimana?" tanya Tanaya kepada Kirana.
"besok jam 3an Nay. Katanya jangan sampe lupa lagi. Terus mas Andro bilang seminggu besok dia ke luar kota, jadi minta kita ke sana tiap hari. Gantian aja katanya gapapa kalo lagi sibuk." Jawab Kirana kepada Tanaya.
"girls! Ayolah kita gak paham nih kalian ngomong apa. Anybody can tell us please?" tanya seorang cowo kepada Kirana dan Tanaya.
"ehem. Jadi gini.." ucapankku menggantung beberapa saat setelah melihat Tanaya dan Kirana menoleh ke arahku "jadi Anaya udah kerja sebagai food and drink tester di Nobura Coffee Café yang ada di depan komplek. Biasanya mereka ke sana karena emang lagi mau atau ada job." Ucapku dengan nada santai.
"mas apaan sih ih pake nama Anaya. Mau manggil Ana atau Anay? Dasar labil!" ucap Kirana.
"lah sesuka mas lah. Emang peduli?" jawabku sambil menjulurkan lidah kepada Kirana dan Tanaya yang sudah terlihat kesal. Lalu aku mengacak rambut mereka perlahan dan mencium kening Kirana sebelum melangkah ke dalam rumah.
"MAS NIZAR IH KEBIASAAN!" teriak Kirana kepadaku namun berhasil ku abaikan.
"sama kesayangan sih harus lah. Haha" ucapku lalu tertawa. Aku melangkah menuju lantai atas namun terhenti karena melihat Abi dan mama sedang berada di ruang tengah.
"Assalamualaikum Ma" ucapku kepada mama.
"waalaikumsalam. Eh ada anak kedua mama. Dari mana tadi?" tanya mama kepadaku.
"ah paling pacaran ma." Jawab Abi.
"haha tau aja lo bro. btw, apa kabar bro?" tanyaku pada Abi.
"bae bro. ke kamar gue aja yuk. Udah lama nih ga olah raga tangan." Ucap Abi kepadaku.
"yaudah yuk. Ma, ke atas dulu ya." Ujarku kepada mama dan dijawab dengan anggukan darinya. Saat berjalan ke atas
"Zar, lo liat cowo yang pake baju merah tadi?"
"iya kenapa?" tanyaku
"baru jadian sama ade lo." Jawabnya santai.
"sama Kirana? serius lo? Gue gak pernah setuju Kirana pacaran. Lo tau sendiri kan alesan gue?" jawabku kepada Abi. Tepat saat sampai di kamarnya, ia tidak melihat PS tertata di kamarnya. Segera mungkin ia berlalri keluar kamar sambil meneriakkan nama adiknya itu. Seperkian menit, ia kembali dan membawa PS ke atas. Sambil memasang game yang akan kita mainkan, Abi berkata.
"gue tau alesan lo kenapa gak mau izinin Kirana buat pacaran. You're afraid that when Kirana already gone, he will fall down right?" jawab Abi penuh dengan penekanan.
"nah itu. Tap—" ucapanku terpotong
"tapi lo gak mau liat ade lo seneng sebentar aja dengan cowo yang dia sayang selain lo, ayah, papa, dan gue?"
"ya... mau sih. Tapi gimana ya Bi. Ada perasaan bersalah di diri gue kalau sampe cowo itu sakit hati dan malah berfikir engga-engga. Wait a moment. Do you tell it to Tanaya or Kirana maybe?" tanyaku takut ia kelepasan berbicara tentang penyakit Kirana.
"gue memenuhi janji gue terhadap ayah-ibu, mama-papa, dan lo. Gue ga bilang ke mereka. Santai aja mas bro." ucapnya membuat perasaanku sedikit tenang.
"salah gak sih selamaini kita gak kasih tau penyakitnya Kirana?" Ucapanku membuat Abi menunduk memikirkan jawaban danbegitupun denganku. Tak ada ucapan yang keluar dari kami berdua. Hanya suaradari kaset game yang sudah mulai. Akhirnya kami sepakat tidak memikirkan halini selama bermain. Kami sudah membuat janji untuk bermain PS malam ini yangnantinya kau akan menginap di rumah Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Terakhir
Teen FictionKirana, sahabat terbaik Tanaya harus mendapat cobaan-yang cukup- berat. Segala cara ia lakukan demi sahabatnya tersebut tanpa kenal kata menyerah. Akan tetapi, takdir berkata lain. Keadaan kini berbalik kepada Tanaya. Apa yang harus diperbuat Tanaya...