Bagian Dua Puluh Lima

21 0 0
                                    

(Abi's PoV)

Sudah berbulan-bulan aku mengenyam pendidikan di kota ini. Ujianku sudah selesai kemarin. Rencananya aku akan pulang besok pagi tanpa mengabari keluargaku. Akan tetapi, hari ini perasaanku sedikit tidak tenang. Entah mengapa aku selalu memperhatikan foto keluargaku. Hampir gila aku memikirkan hal ini, sampai akhirnya aku memutuskan menelefon ke rumah ibu dan ayah. Telefon dariku diterima oleh ibu. Aku menanyakan keadaan keluargaku dan keluarganya. Ibu mengatakan tidak ada apa-apa. Akhirnya, aku menitipkan pesan kepada ibu agar Kirana menelfonku saat Kirana sudah pulang. Beberapa jam kemudian, aku mendapat telefon dari Kirana.

"..."

"waalaikumsalam. Kamu gapapa Na? Anay gapapa kan?"

"..."

"seriusan ini abang nanyanya. Jangan bercanda!"

"..."

"kabarin kalo ada apa-apa ya! Jangan sampe engga"

"..."

"yaudah deh"

"..."

Setelah menutup telefon dari Kirana, perasaanku semakin gak enak. Sepertinya ada sesuatu yang terus mengganjal di hati. Aku selalu berdoa agar tidak ada yang terjadi di keluarga besarku (read: keluargaku dan keluarga Kirana). Daripada memikirkan hal yang aneh, lebih baik aku membereskan perlengkapanku untuk kepulangan esok hari. Saat sedang beberes, fotoku dan Tanaya yang diberikan sebagai pelipur rinduku dengannya, terjatuh. Aku terhenyak beberapa saat. Hingga aku tersadar karena alunan lagu I'm Gonna Be Arround milik MLTR bordering. Ringtone tersebut ku pasang untuk panggilan dari Kirana. Dengan perasaan tak karuan, aku mengangkatnya.

"..."

"abang lagi beberes. Maaf. Ada apa Na?"

"..."

Aku tak menjawab ucapannya sama sekali. Tak ragu, aku langsung mengambil ranselku yang telah siap untuk kepulangan besok. Aku segera keluar kamar, mengunci pintu dan berpamitan dengan teman se-kontrakan. Ya, beberapa bulan lalu aku pindah dari kost ke kontrakan dengan beberapa temanku. Sambil menunggu taksi yang lewat, aku menelefon maskapai yang akan ku tumpangi besok. Beruntungnya diriku, masih terdapat bangku kosong untuk perbangan sore. Aku segera menukar tiket tersebut. Dengan perasaan kalut, aku terus menlafadzkan do'a untuk adikku. Aku tak ingin terjadi sesuatu kepadanya.

Perjalanan dari kontrakan menuju bandara yang seharusnya ditempuh dengan waktu 30menit, harus ku lalui selama lebih dari satu jam. Untung saja saat tiba di Bandara, pesawat yang akan ku tumpangi bekum take off. Hampir sejam aku berada di udara. Sesampainya di Bandara Halim Perdana Kusuma, aku langsung mencari taksi. Setelah memberi tahu tujuan kepada supir taksi tersebut, aku menelfon keluargaku. Akan tetapi taka da satupun yang mengangkat. Harapan satu-satunya bertumpu pada Kirana. semoga saja ia mengangkat telefonku.

"halo, Na, kamu dimana?"

"..."

"ICU apa ruangan?"

"..."

"yaudah abang lagi di jalan menuju RS." Tanpa ada jawaban dari Kirana, aku langsung menutup telefonnya.

"pak, kalau bisa hindari jalan yang padat ya. Saya lagi buru-buru, soalnya adik saya tadi siang kecelakaan." Ujarku pada supir taksi tersebut.

Selama di perjalanan,aku chatting dengan Nizar tentangkeadaan di RS. Tak lama, aku terlelap dalam taksi.    

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang