Bagian Tiga Puluh Satu

30 0 0
                                    

(Kirana's PoV)

Sesampainya di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar dan mengunci diri. Aku langkahkan kaki ke kamar mandi, cuci muka, lalu mengambil wudhu. Setelah solat maghrib, perasaanku lebih tenang. Aku hanya berdiam diri di kamar dan memeluk boneka kesayanganku. Aku tak memperdulikan HP yang entah berapa notifikasi bermunculan. Setelah agak lama, aku mengambil HP di tas, membuka semua akun sosmed dan menulis

'I think this is the best thing I did. I'll never be disappointed with my choice. I'll do my options with sincerity'

Ku simpan kembali HP di tas dan tak memperdulikan notifikasi yang mulai bermunculan dan semakin banyak. Ku pererat pelukanku dengan boneka kesayanganku. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

Tok.. tok.. tok..

"dek, aku masuk boleh gak?" itu suara mba Nilam. Aku gak yakin kalau dia sendiri. Namun, tetap ku langkahkan kaki untuk membuka kunci kamar.

"dek.." panggilan mba Nilam dengan pelan, "ada yang mau kamu ceritain?" tanyanya lagi kepadaku. Sebenarnya, aku malas menjawabnya sehingga aku hanya mengatakan "gak".

"yaudah, mba masih di sini kalo kamu mau cerita. Udah solat?" aku hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaannya.

"makan yuk. Ibu kan tadi siang masak ayam bakar. Ada lalapannya juga. Kamu kan biasanya seneng banget kalo ibu masak ayam bakar." Ucapan mba Nilam membuatku melihatnya sekilas. Ku palingkan mukaku menghadap tembok sambil mengeratkan pelukan kepada bonekaku. Cukup lama kami saling berdiam diri, hingga akhirnya..

"dek.." panggil mba Nilam.

"GAUSAH BAWEL! KALO MAU DI SINI DIEM AJA GAUSAH MANGGIL AKU!" teriakku seketika hingga membuat mba Nilam cukup shock dan langsung memelukku erat. Aku menangis sejadi-jadinya dalam dekapan mba Nilam. Aku tak kuat harus seperti ini. Tapi, ini pilihanku sendiri. Beberapa menit sudah berlalu, akhirnya aku melepaskan pelukanku dari mba Nilam.

"aku liat kamu udah aga tenang setelah nangis." Ku akui, ucapan mba Nilam ada benarnya. Perasaanku sedikit tenang setelah menangis di pelukannya. Aku mengambil HP dan membuka aplikasi Line lalu mengirim rekaman percakapanku di telfon dengan Agham tadi sore ke mas Nizar. Setelah memastikan aku tidak apa-apa, Mba Nilam bangun dari tempat tidurku dan berpindah ke kursi.

"udah adzan Isya dek. Solat Isya dulu gih." Ucapnya mengingatkanku solat. Aku langsung berdiri dan melangkah menuju kamar mandi. Mba Nilam masih menungguku di kamar sampai aku selesai mengambil air wudhu. Selepas aku mengambil mukena, ia berjalan menuju pintu.

"bilangin mas, liat Line" ucapku saat mba Nilam akan membuka pintu. Ia mengacungkan jempol ke arah ku lalu menutup pintu kamarku. Aku langsung mengunci kamar dan melaksanakan solat isya.

Selesai solat, aku menyalakan komputer. Entah apa yang akan aku lakukan dengan komputer. Ku lihat ke arah jam dinding, masih menunjukkan pukul 19.43. aku teringat dengan banyaknya notifikasi yang masuk di HPku. Segera ku ambil HP di tas, membuka kunci layar, lalu ku turn off, dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Tepat saat aku memasukkan HP ke dalam tas, layar desktop memperlihatkan foto ku bersama dengan Tanaya dan kedua kakak kami. Segera ku cari folder film favorite ku 'Fruit Basket' dan menontonnya.

Aku rasa hari ini akusudah gila. Dari siang saat di rumah sakit aku tak henti menangis. Sekalinyaberhenti, tatapan mataku selalu saja kosong. Kalau ada orang yang berbuatjahat, mungkin aku sudah jadi korbannya. Beruntungnya tidak ada yang berbuatjahat terhadapku. Sampai di Nobura, aku nangis lagi. Setelah itu, aku pulang,di kamar, nangis lagi. Hingga akhirnya aku lelah menangis, malah dilanjutkandengan menonton film favorite ku yang berepisode 26. Dan aku menontonnya sampaiselesai. Ya! aku baru mematikan komputer ku saat 26 episode Fruit Basket selesai dan itu tepat pukul05.05. Setelah aku mematikan komputer, kumandang adzan subuh terdengar. Aku bangundan melangkah menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu. Aku melaksanakansolat subuh, lalu berjalan mematikan lampu kamar, dan terlelap di bawah selimutku.Cuaca terasa-sangat-dingin. Padahal, aku tidak menyalakan AC sama sekali. Kipasangin pun tak ku nyalakan.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang