Bagian Tiga Puluh Dua

69 0 0
                                    

(Tanaya's PoV)

Latihan Paskibra hari ini tidak selesai penuh. Gue melihat jam di tangan kiri.

'jam 10 aja masih lama. Mau pulang, bosen. Andai bang Abi ada di sini, gue pasti pulang ke rumah sekarang.' Ucap gue dalam hati. Tak lama, ada suara decitan motor di belakang gue. Reflex gue menengok ke arah belakang.

"lo apaan sih ah ngagetin gue aja!" teriak ku kesal pada orang tersebut.

"hehe. Maaf ya! eh iya, lo gak pulang?" tanyanya.

"belom. Gue males mau pulang. Baru jam segini juga. Tapi gue gak tau mau kemana." Ucapan gue membalas pertanyaannya.

"yaudah. Ikut gue yuk! Gue mau ke DelJunct nih." Tawarnya kepada gue.

'ikut gak ya? tapi lumayanlah'

"hmmm.. boleh. Tapi beliin gue kopi ya!" jawab gue.

"okidoki! Buat princess Tanaya apa sih yang gak prince Mario lakuin." Jawabannya itu membuat gue terkekeh. Apa mungkin gue udah move on ya dari Agham? Gue selalu tertawa liat sikap Mario akhir-akhir ini. Tapi apa mungkin? Banyak pertanyaan bermunculan di benak Tanaya.

"woy bengong! Buruan naik. Prince mau jalan nih dengan 'kuda' hitamnya." Ucapan Mario membuat gue berhenti melamun.

"oh ini 'kuda' ya? gue kira banteng. Hahaha" gue tertawa sambil menaiki motor Mario.

Kami melaju ke DelJunct. Keadaan masih sangat sepi. Berhubung saat kami tiba, baru saja jam 10 yang menandakan bahwa salah satu mall terbesar di kota kelahiran gue ini, baru saja buka. Gue dan Mario mengitari seluruh bagian mall dan ujungnya berhenti di playzone.

"ayo main dulu! Gue bayarin!" ucapnya semangat. Gue hanya mengikuti langkah kakinya. Hampir satu jam kami bermain.

"prince, udahan yuk! Gue laper." Rengek gue kepada Mario.

"yuk makan!" jawabnya melebihi semangat gue saat mengajaknya makan. Terlihat dari raut mukanya, ia juga sudah sangat lapar. Jarak dari playzone ke foodcourt tidaklah jauh. Saat sampai di sana, kami memesan makanan masing-masing.

"princess, mau sampai kapan kita 'friendzone'?" pertanyaan yang langsung membuat gue tersedak.

"aduh maaf ya. gue masih belum bisa mastiin perasaan gue buat lo. ya, kalo boleh gue bilang sih, udah sedikit tertarik, tapi gue masih belum yakin. Maafin gue ya prince." Jawaban gue terkesan egois. Tapi, mau gimana lagi. Itu perasaan gue yang sebenarnya. Mario hanya menganggukkan kepalanya pertanda ia tidak keberatan dengan jawaban yang gue berikan. HP Mario-yang diletakkan di meja-bergetar. Gue melirik nama penelefonnya, 'Mama cantik'.

"halo, Ma" ucap Mario sangat lembut.

"..."

"iya deh mama cantik. Mario pulang sekarang."

"..."

"oke Mama! love you more, Mom! Assalamualaikum." Ucap Mario mengakhiri telfonnya.

"nyokap?" tanya gue setelah ia mengantongi HPnya.

"iya nih, gue di suruh balik. Ah iya! Beli kopi dulu deh. Gue udah janji sama lo." ucap Mario mengingat janjinya ke gue.

"kapan-kapan aja Mar. Nyokap harus diutamain." Jawab gue meyakinkan Mario.

"oke deh. Minggu depan gue beliin lo kopi! Gue dualuan ya princess." Ucap Mario sambil bangkit dari tempat duduknya dan melangkah menjauh.

Gue rasa, gue gak tau lagi harus ngapain sekarang. Jam tangan digital gue menunjukkan pukul 12.26. Dan pada akhirnya, gue memutuskan pulang daripada uang gue habis untuk jajan yang ga jelas. gue menelusuri koridor mall sampai dengan jalan raya. Saat gue menunggu angkutan umum, tiba-tiba saja...

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang