Beberapa tahun kemudian..
Arga mengetuk pelan meja di cafe itu. Dia tengah menunggu seseorang dengan secangkir kopi hangat yang baru saja ia pesan.
Drrrtt..
Tangan kanannya merogoh saku. Dia membuka sebuah pesan bersamaan dengan duduknya seseorang dihadapannya tanpa Arga sadari.
Zahra : Maaf kak, aku lupa ada eskul hari ini.
Arga berdehem. Mengejutkan seseorang yang duduk dihadapannya itu. Seorang gadis dengan rambut panjang semampai tampak terdiam kaku saking kikuknya. Arga sih, santai aja. Lagipula, dia gak tertarik sama hal kaya gini bukan levelnya. Perjodohan itu menjijikan bagi Arga, seolah-olah dia tidak bisa mencari tipenya sendiri.
"Hai Arga! Gue Laura.." cewek itu angkat bicara, meskipun jelas dari raut diwajahnya dia begitu gugup.
Arga memalingkan wajahnya ke luar jendela, dia malas. Tak ada sedikitpun niatan untuk merespon cewek cantik itu. Laura memang cantik, dia juga memiliki perawakan yang siapapun jika melihat cewek yang satu ini, tidak akan punya alasan untuk menolak.
"Gue gak tau kok, mau ketemu lo disini..tante yang mau janjian disini, tadinya gue sama tante mau belanja bareng.." Laura hampir kehabisan kata-kata, Arga selalu mencuekkannya seperti ini.
Arga tidak merespon. Pandangannya dibiarkan menetap keluar ruangan, tanpa sedikitpun melirik Laura. Laura tau, Arga pasti mengira dia sekongkol dengan ibunya lagi. Tapi serius, kali ini Laura tidak berbohong. Ada apa dengan cowok ini? Cowok yang sekali lihat saja dapat mengguncang jantungnya itu, tak pernah sedikitpun mencoba meliriknya.
"Mbak, mau pesan apa?" dengan terpaksa, Laura memanggil pelayan cafe untuk menghilangkan gugupnya.
"Spaghetti.." Laura melirik Arga yang sama sekali tidak menyentuh lembaran menu.
"Lo mau pesan apa?"
Daripada memberikan jawaban, Arga malah melempar tatapan tajamnya ke arah Laura.
Membuat cewek itu mengerjap, "sama katanya."
Setelah pelayan cafe itu mulai meninggalkan mereka. Arga melipat kedua tangannya di dada, dia melirik Laura dari atas sampai bawah dengan tatapan meledek,"kata siapa gue mau pesan?"
Laura gelagapan, dia juga tidak mau terus ditinggalkan Arga dikencan buta mereka. Laura ingin menahan cowok itu untuk stay bersamanya, makan adalah satu-satunya cara diotak Laura.
Drrrtt.. ponsel Arga bergetar.
Arga mengabaikan Laura yabg tak tahu harus menjawab apa, dia malah lebih memilih membuka pesan ancaman di ponselnya itu. Laura menghela nafasnya, lagi-lagi dia di cuekkin.
Alex : Lorong belakang sekolah. Dateng atau gue ..
Pesan itu dilengkapi sebuah foto seorang gadis yang sedang ditutup mata dan mulutnya dengan dasi.
Alex : Lo pasti ngerti maksud gue.
Arga menyeringai tentu saja dia mengerti, maksud Alex yang mencoba menantangnya itu. Tapi dia melirik Laura sekilas sebelum beranjak dari duduknya.
"Mau kemana?"
"Maaf, gue duluan."
"Kemana?" Laura memajukan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince Ice And I
Fiksi RemajaCerita tentang penyesalan, rahasia, ketertarikan, dan pandangan tentang cinta. ______________________________ Arga Irawan seorang senior cakep juga menawan. Merupakan the most wanted sekolah, yang sulit diincar. Dengan julukan "Prince Charming "...