02. Putus

3.7K 227 7
                                    

"Air mata itu berharga. Jadi dia hanya terjatuh untuk hal yang tidak percuma."
(Vey)


****

"Vey? "

"Hn? " jawab Vey, sambil meminum jus.

"Kita putus. Ak-"

"APAAAA?! KITA PUTUS?!" potong Vey, terbelalak.

"Ya, aku pikir kita ga cocok." jawab Rendi santai.

Gak cocok? Gak masuk akal!

Rendi melirik jam tangannya, dan mengernyitkan dahi, "Aku pergi duluan deh, mau jemput nyokap."

Sementara Vey masih terdiam shock, mendengar kata "PUTUS" dengan tangan kanannya yang masih memegangi gelas jus.

"Happy failed mensiv ke 11!" Rendi mengacak rambut Vey, sebelum meninggalkan restoran.

Plak, Vey menampar wajahnya sendiri. Gila, gue gak mimpi kan?

"Kemana si Rendi?!" baru nyadar.

Vey melirik makanan yang sudah dimakannya bersama Rendi.

Dia cepat-cepat mencari bayang punggung cowok itu, "Bangsat banget lu!!"

Vey menghela nafas kesal, melihat punggung Rendi yang baru saja keluar restoran.

"Lu kan, belum bayar!!" gerutunya lagi.

GILA!! Vey betul-betul jengkel mendengarnya. Bayangkan, mereka udah pacaran selama 11 bulan dari smp. Ditambah perjuangan jarang ketemu, karena mereka juga beda sekolah sekarang. Jadi mereka hanya berhubungan via suara, sms, facebook, bbm, kayak orang ldr-an gitu. Emang sih, harus Vey akuin akhir-akhir ini dia lebih sering dikacangin sama Rendi.

"Sebenarnya lo itu pacaran sama orang, apa sama hp sih??" Pertanyaan para sahabat Vey yang udah bosen dia denger.

Yang mungkin hari ini pengen banget deh. Vey denger pertanyaan itu, terus dia jawab, "kayaknya sih, selama ini gue pacaran sama hp bukan sama orang!! Kalo orang, pasti punya hati!!"

Yang bikin enek lagi, sekarang adalah mensiv ke sebelas bulan. Kan sebulan lagi juga, udah satu tahun. Terus kemaren dia ngajak ketemuan, ya otomatis Vey seneng banget donk?

Ternyata gak disangka, dia yang jauh-jauh datang ke restoran itali gini. Sampe bela-belain ngorbanin waktu hangout bareng temennya. Apa dia gak tau? Gimana susahnya pengorbanan Vey bisa ada disini? Vey sama Rendi itu udah gak ketemuan selama satu bulan, guys. Bayangkan lagi, eneknya sekali ketemu dia langsung diputusin gitu aja? Di hari mensiv pula, paling parah lagi Rendi ngeloyor aja pergi. Padahal belum bayar makanan yang tadi dia makan. Dengan terpaksakan Vey yang harus bayar?? Bangsat bangetkan cowok kaya gitu?

"Nih mbak." kasir menyodorkan uang kembalian.

"Mbak, ini kembaliannya mbak." menyadarkan Vey, yang masih ngelamun.

Vey tersentak kaget, "Ouh! Iyah."

Drrt..

Ponselnya bergetar. Vey, melihat layar ponsel, Tasya.

"Apa?"

"Lo putus, Vey?" Vey mendesis, mendengar pertanyaan itu.

Vey berjalan menuju pintu keluar, "Iyah, tau darimana lo?"

"Dari facebook lo, status lo udah ganti soalnya jadi lajang."

Tiba-tiba seseorang diseberang sana ikut bergabung, "Anjir, siapa yang mutusin? Gak mungkin elu deh, lu kan sayang banget sama dia!"

Ya kedua gadis diseberang sana, adalah sahabat Vey dari kelas satu SMA.

Brukk! Seseorang dari luar membuka pintu tanpa melihat-lihat ada orang. Hingga pintu itu dengan otomatis menabrak tubuh Vey sampai terjatuh.

Vey terjatuh ke lantai, dengan ponsel yang masih menempel ditelinganya, "Aouww.."

"Lo kenapa Vey?" tanya Tasya dan Irma bersamaan.

Vey tidak mempedulikan kedua temannya lagi, dia melepaskan ponsel itu dari telinganya tapi membiarkan telpon terus tersambung. Matanya tertuju pada tubuh tinggi yang baru saja membuatnya terjatuh. Vey memegang kaki orang itu. Orang itu menatapnya dingin, menghela nafas. Yang dipikir Vey, akan membangunkannya dan meminta maaf itu malah menghempaskan kakinya kasar. Sehingga membuat Vey melepaskan pegangannya. Vey melongo, orang itu cuek pergi begitu saja. Tanpa minta maaf, ataupun membangunkannya.

"Ish, cobaan apa lagi ini?" Vey menghela nafas kesal, pada akhirnya dia membangunkan tubuhnya sendiri.

Vey sudah berada dihalaman depan restoran, "Gak ada yang bangunin gue kek!" gerutunya kesal.

"VEYLA?? HALOO? Masih denger kita ga sih?" Tasya dan Irma menggerutu ditelpon.

Vey kembali menempelkan ponselnya, "Bentar. Tadi gue jatoh ditubruk orang!" Vey membersihkan pakaiannya.

"Yaelah cuma gara-gara diputusin aja lo lemes banget! Ditubruk orang juga jatoh, please deh Vey.." tanggap Tasya.

Vey melambaikan tangannya, "Taksi, taksi!!"

Taksi itu pun berhenti. Vey membuka pintu dan memasuki taksi itu, masih dengan ponsel yang menempel ditelinganya.

"Besok di sekolah gue curhat deh." kata Vey, yang sudah duduk di dalam taksi.

"Kesini aja gabung, gue sama Irma belum nonton kok."

"Dari tadi?"

"Ngantrii orang, makannya gue buka fb, liat status lo..terus telpon lo deh."

"Besok aja ah, tutup deh telponnya, selamat bersenang-senang buat kalian berdua! Gue capek!"

"Oke-oke, selamat bergalau Vey!" terdengar suara tawa puas mereka sebelum sambungan terputus.

Tuuut..tuuut..

Vey menggerutu, sambil menatap layar ponselnya, yang sudah tidak menyala, "Ngetawain gue? Katanya sohib."

Vey jadi benar-benar penasaran. Mereka memang sempat tukar akun facebook, apa Rendi yang mengubah statusnya? Tapi gak masalah juga sih, pada kenyataannya Vey memang lajang kan sekarang. Tapi memang bikin penasaran kalau belum liat sendiri. Akhirnya Vey memeriksanya, meskipun mungkin kalau semua itu benar akan membuatnya tambah kecewa.

"Laja-ng?" gumam Veyla shock melihat status facebooknya.

Dengan cepat Vey mengetik sumpah serapah untuk sang mantannya itu. Sebelum dia mengirim pesannya, Rendi lebih dulu mengirimkan pesan untuknya.

Rendi : Vey mulai sekarang lo hapus semua kenangan kita. Tolong hapus no gue, kalo bisa lo ganti no..jangan lupa juga hapus semua poto gue yang ada disemua akun+ponsel lo..bye.

Vey termangap. Dia menghapus draf sumpah serapahnya. Lagipula siapa yang mau mengirimkan pesan atau mengingat kenangan mereka. Dasar gak jelas, Vey melakukan semuanya. Dia menghapus semua kenangannya dengan Rendi.

Meskipun ada rasa sesak diujung sana. Sebegitu mudahnya yah, cowok move on. Bahkan Vey mencoba melihat kembali semua picture digalerinya. Lambat laun tangisnya ikut menghambur dengan kesesakkan yang menggebu sedari tadi.

"VEYLA!! VEYLA!! LO VEYLA KAN??" teriak seseorang mengejarnya dengan berlari mencoba menyetarakan dengan taksi Vey yang melaju sedang.

Vey yang sudah terbalut kegalauannya, tak mendengar teriakan orang itu. Dia hanya terus menangis, membuat supir taksi bertanya-tanya sendiri. Tapi membiarkan Vey menangis melepaskan semua beban yang memang seharusnya tidak seberat ini.

◐◑◐◑

The Prince Ice And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang