Jilid 12 : Banci

3.7K 49 0
                                    

Melihat tingkah laku si Blo'on, kakek Lo Kun dan kakek Keruan Putih tertawa gelak-gelak. Suatu hal yang makin membuat Bloon merah mukanya.

"Anak goblok, anak tolol " seru kakek Lo Kun "mengapa diberi hidangan lezar engkau tak mau makan ?"
"Heh. heh. heh" Kakek Kerbau Putih hanya tertawa mengekeh. "tuh, rasakan bagaimana enaknya kalau dipeluk oleh perempuan genit"
"Sia-sia," seru Blo'on, "perempuan tak tahu malu, Masakan celana orang laki mau dibuka"
'Hayo sekarang engkau pakai pakaian bujang muda itu !" seru kakek Kerbau Putih.
Blo'on kerutkan dahi.
"Ya, agar kita jadi perempuan semua dan lekas keluar dari sarang ini," seru kakek Lo Kun.
Terpaksa Blo'on menurut. Tak lama jadilah dia seorang bujang perempuan muda. Pipinyapun dilumuri kapur tembok yang tebal.
"Celaka," tiba-tiba kakek Lo Kun berseru.
"Mengapa ?" tanya Blo'on ikut kaget.
"Bujang perempuan itu memelihara rambut dan engkau gundul. Masakan ada perempuan gundul seperti engkau ?"
"Benar." seru Kakek Kerbau Putih, "ai. mengapa orang masih semuda engkau suka gundul?"
"Bukan karena suka gundul tetapi memana tak dapat tumbuh rambutnya. Inilah gara-gara orang-orang Hoa-san pay." gerutu Blo'on. "lalu bagaimana ? Kalau begitu lebih baik tidak jadi perempuan saja."
"Tidak bisa !" kakek Kerbau Putih berkeras
'"Lalu bagaimana dengan rambutku ini ?" tanya Bloon
"Beres !" tiba-tiba kakek Lo Kun berseru lalu lari menghampiri bujang muda yang masih pingsan, itu. Konde rambut bujang itu terus dipotongnya Kemudian ia menghampiri ke tempat Bloon, 'Nih pakailah rambutnya."
Blo'on terlongong-longong.
""Beginilah cara memakainya," tiba kakek Lo Kun terus memasangkan gumpalan rambut itu ke kepala Blo'on tetapi konde rambut itu meluncur jatuh.
"Eh. aneh. mengapa tak dapat melekat" kakek Lo Kun heran.
"Gob!ok" timpal kakek Kerbau Putih, "bagaimana mungkin rambut akan melekat di kepula. kalau tidak dilekatkan?"
''Bagaimana caranya?" tanya kakek Lo Kun.
"Ai. engkau ini memang seorang kakek yang bodoh. Sudah.tentu dengan perekat." kata kakek Kerbau Putih.
"Setan kerbau, jangan omong seenakmu sendiri balas kakek Lo Kun "disini mana ada perekat ?"
"Mengapa tak ada ?" jawab kakek Kerbau Putih, "bukankah tadi masih, ada sisa bubur? Nah, kita manfaatkan sisa bubur itu."

Kakek Kerbau Putih terus menghampiri ke tempat mangkuk. Memang masih terdapat sisa bubur. Ia mengumpulkan sisa bubur itu lalu menghampiri ke tempat Blo'on lagi.
"Duduklah, dan jangan goyang," perintahnya kepada Blo'on. Ketika anak itu duduk, kepalanya terus dilumuri sisa bubur, diusap-usap sampai rata. Setelah itu ia mengambil konde rambut lalu dipajangkan di kepala Blo'on.
"Setelah kering konde rambut tentu akan melekat " kata kakek Kerbau Pulih dengan bangga. Demikian setelah masing-masing berdandan dan menyaru seperti ketiga bujang perempuan, mereka terus keluar.
"Eh, bagaimana kalau ketiga bujang itu bangun" tanya Blo'on.
"Sudah, keikat semua" kata kakek Kerbau Putih
Sebelum pergi, mereka menutup pintu batu dahulu. Setelah itu mereka berjalan menuju ke sebuah bangunan. Mereka tak tahu keadaan tempatitu, Sambil berjalan, mereka memandang kian kemari.
Tiba-Tiba mereka dikejutkan oleh munculnya seorang perempuan yang terus meneriakinya : "Hai mengapa kalian bertiga enak-enak jalan-jalan ? Hayo. lekas bantu aku menyediakan arak."
Dan tanpa menunggu jawaban, perempuan itupun terus menuju kebelakang gedung. Blo'on dan kedua kakek terpaksa mengikuti,
Ternyata mereka tiba dibagian dapur. Perempuan itupun salah seorang bujang perempuan markas Partai Melati,
"Malam ini empat orang nona kita, hendak bersenang-senang. Kita diperintah untuk mengantarkan hidangan dan arak wangi," kata bujang perempuan itu.
'O." kakek Kerbau Putih mendesah singkat "lalu bagaimana?"
"Engkau ci Bwe" kata bujang perempuan itu kepada kakek Lo Kun yang menyaru sebagai bujang perempuan tua yang bernama Gu Bwe, "mengantarkan arak ke ruang Lok-hun
tong."
"Uh," kakek Lo Kun mendesuh, "siapa disitu,?"
"Eh, ci Bwe, mengapa malam mi suaramu berobah parau?" tiba-tiba bujang perempuan itu bertanya "Anu , . a . . entah .. mungkin masuk angin" cari alasan.
"Oh, minum arak. supaya badanmu hangat dan sembuh dari masuk angin," kata bujang perempuan itu.
"Ya, benar," kata kakek Lo Kun terus menyambar sebuah guci arak ialu diteguknya sampai habis.
Blo'on dan kakek Kerbau Pulih terkejut. Hendak mencegah tetapi sudah tak keburu lagi.
"Eh, ci Bwe hebat benar minummu malam ini." seru bujang perempuan itu, "biasanya secawan saja engkau sudah pusing, mengapa malam ini engkau dapat menghabiskan seguci ?"
Lo Kun gelagapan : "Anu . . badanku meriang sekali dan kepingin minum arak . . "
Untunglah bujang perempuan itu tak mau bertanya lebih lanjut. Ia berkata : "Dan engkau ci An" katanya kepada kakek Kerbau Putih. "Engkau yang mengantar ke ruang Bi hun-tong. Disitu nona Sui Kim-han hendak merayu anakmuda bagus yang ditawan kemarin."
"Ya." sahut kakek Kerbau Putih singkat.
"Nanti dulu." kata kakek Lo Kun tiba-tiba. "Siapa yang harus diantari arak itu ?"
"Nona Ting San-hoa bersama putera tihu dan Hong-yang-hu. Rupanya nona San-hoa jatuh hati dengan pemuda itu. Sejak pemuda itu dibawa kemari, selalu nona San hoa saja yang menemani yang lain tidak diperkenankan.
"Uh" Lo Kun mendengus.
"Uh bagaimana ?" tiba-tiba bujang perempuan itu menegas. "Tidak apa-apa" jawab Lo Kun.
"Mengapa engkau mendengus ?"
"Apa tidak boleh ?" balas Lo Kun,
"Eh, ci Bwe. mengapa malam ini engkau berobah galak? Biasanya engkau ceriwis dan genit, mengapa malam ini engkau begitu benci? dan dingin?"
"Masuk angin!" karena jengkel Lo Kun membentak.
"Ya, ya, sudahlah, jangan galak-galak "' kata bujang perempuan itu tertawa. "dan engkau A moy antarkan arak kepada nona Siu-lan diruang Hui-hun tong Dia sedang akan menundukkan Seorang guru silat yang bekerja pada tihu Hong-yang-hu,"
Tiada penyahutan sama sekali.
'Hai. engkau dengar tidak A-moy ?' tiba-tiba bujang perempuan itu memandang Blo'on.
"Siapa ??' Blo'on terbeliak kaget,
"Siapa lagi kalau bukan engkau ? Bukankah engkau bernama A-moy ?"
"Uh. ya, ya " Blo'on menyeringai.
"Eh. A-moy, mengapa malam ini engkau jadi aneh" tegur bujang perempuan itu.
"Aneh ? Apa yang aneh ?"
'"Engkau seperti orang tolol. Masak kupanggil namamu, engkau diam saja. Apa engkau juga sakit ?"
"Ya, tadi telingaku kemasukan semut. Sampai lama semut itu baru mau keluar," kata Blo'on sekenanya saja.
Bujang perempuan itu tertawa : "Hi, hi. salahmu sendiri mengapa menaruh telinga disembarang tempat."
"Dan engkau sendiri mengantar kemana ?" cepat kakek Kerbau Putih bertanya agar bujang perempuan itu jangan mendesak Blo'on dengan macam-macam pertanyaan, ia kuatir anak itu tak dapat menjawab dan ketahuan belangnya.
"Aku ?" bujang perempuan yang berumur tigapuiuhan lebih itu tertawa, "aku akan mengantar arak ke ruang Biau-hun-
tong."'
"Siapa yang berada disitu ?'
"Nona Hun-hun ... " kata bujang itu, "ah kasihan nona Hun-hun. Dia yang mendapatkan seorang pemuda tampan, tetapi pemuda itu masih disimpan oleh nona San-hoa. Dan sebagai penghibur, nona Hun-hun diperbolehkan melayani seorang imam tua ... "
"Imam tua " kakek Kerbau Putih terkejut.
"Ya, imam tua yang datang bersama guru silat kantor tihu Hong-yang Itu ,dan seorang pemuda cakap."
"Mengapa engkau memilih mengantar arak kesana ?" tanya kakek Kerbau Putih pula.
"Biarlah, aku kasihan pada nona Hun-hun" sahut bujang perempuan itu, "hayo, lekas antar..Nanti nona-nona itu marah kalau menunggu terlalu lama".
Bujang perempuan itu terus membawa sebuah, penampan berisi guci arak, cawan dan manisan. Ia tak menghiraukan ketiga kawannya itu. terus mendahului keluar.
Kedua kakek dan Blo'on bingung, Mereka segera mencari penampan dan tempat simpanan arak "Hola. rejeki nomplok," seru kakek Lo Kun ketika mendapatkan tempat simpanan arak itu penuh dengan guci arak. Ia mengambil seguci arak membuka sumbatnya dan : "Amboi , . . sungguh wangi benar arak ini , , . " terus diteguknya dengan nikmat sekali.
"Wah. kalau begini naga-naganya, memang lebih enak jadi bujang perempuan disini." kakek Lo Kun masih mengoceh.
"Setan pendek" tiba-tiba kakek Kerbau Putih berseru cemas "jangan gila-gilaan. Kalau engkau sampai mabuk, engkau tentu ketahuan dan tentu akan dijebloskan dalam tahanan lagi. Hayo, lekas kita mengantar arak."

Pendekar Blo'onTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang