"Hm, kalian juga berani meragukan keaselian Kay-pang-ou-kim-pay !" teriak Pat-pi-siu kay Oh Sun dengan marahnya.
Keempat tokoh Kay-pang selatan tegakkan kepala dan Pengemis-kantong nasi Su Sin, tokoh kedua dari pimpinan Kay-pang selatan serentak menyahut : "Bukan meragukan ataupun menghina Tetapi Ou kim pay itu merupakan lambang kekuasaan tertinggi dari perkumpulan kita. Bahwa saudara yang datang itu..." berkata sampai disitu ia menunjuk pada si orang desa, "berani mempertaruhkan jiwanya untuk Ou kim-pay yang dikatakan palsu itu, sebaiknya kitapun harus berani memeriksa."Pat-pi-sin-kay Oh Sun menggeram :
"Huh, ia mendengus penuh geram "jelas lencana itu tak pernah terpisah dari diriku, mengapa orang masih menyangsikannya ? Kalau kita hari meladeni setiap orang yang mengatakan lencana itu palsu, bukankah kita hanya sibuk untuk tiap kali memeriksanya saja ?"
"Tidak mudah untuk mengatakan lencana Ou kim-pay itu palsu." sambut Su Sin "tetapi kita harus mempertimbangkan siapa dan bagaimana keterangan orang yang mengatakan itu. Jelas bahwa saudara itu tadi berani mempertaruhkan jiwa dan dapat pula memberikan keterangan tentang perkenalannya dengan sucou Han-jiat-sin-kay Suma Ki am, mengapa kita tak berani memeriksa lencana itu ? Apakah jeleknya apabila kali ini dalam pertemuan besar kaum Kay-pang selatan dan utara, kita buktikan bahwa tuduhan itu tidak benar ?"
Oh Sun mendenguskan hidung.
"Dan lagi apabila pangcu menolak pembuktian itu, bukankah akan timbul desas desus di dunia persilatan bahwa lencana Ou kim-pay kaum kita, diragukan keasliannya ?" seru Pengemis-kantong-nasi Su Sin pula.
"Ho. tidak mudah untuk sembarangan mengutik-utik lambang tertinggi dari kaum Kay-pang itu." kata Oh Sun, "jiwa orang itu masih belum sepadan dengan kehormatan dari lencana kaum kita"
"Lalu apakah yang pangcu anggap memadai untuk menyetujui pemeriksaan lencana itu" desak Pengemis-kantong nasi Su Sin.
Pat pi-sin-git Oh Sun tak dapat lekas menjawab. Kemudian ia hanya menyerahkan kembali pada penanya "Cobalah kalian ajukan usul sendiri. Mungkin aku dapat menerima"
Su Sin dan ketiga pengemis pimpinan Kay pang selatan tertegun mendengar ucapan ketua Kay pang itu. Mereka saling bertukar pandang namun tak ada yang menemukan pendapat.
Adalah tiba2 sesosok tubuh telah melayang keatas panggung dan terus menghampiri kehadapan Oh Sun.
"O, engkau To samte" seru Oh Sun demi melihat pendatang itu, "apa maksudnya naik ke atas panggung ?"
"Harap pangcu suka memaafkan kelancangan Pengemis-iblis-tertawa To Hoan, apabila pangcu menganggap aku lancang naik panggung"
"Ah, tentulah sam sute akan membawa hal yang penting," kata Oh Sun, "silahkan menerangkan."
"Untuk imbalan dari persetujuan pangcu memeriksa Ou-kim-pay kita, rasanya tak ada yang lebih memadai daripada maksud rapat besar ini", kata To Hoan.
"Bagaimana maksud sam-sute?"
"Bukankah rapat besar untuk mengadakan pemilihan ketua Kay-pang yang baru ?"
"Ya"
"Bukankah fihak Kay-pang selatan akan berusaha untuk memenangkan pemilihan ini ?"
"Sudah jelas begitu"
"Beranikah mereka mempertaruhkan hasil pemilihan ini untuk memenuhi tuntutan mereka ?"
Pat-pi-sin git Oh Sun terkesiap, serunya "Maksud sam-sute suruh mereka mempertaruhkan pemilihan mereka pada hasil pemeriksaan Ou-kim- pay itu
"Benar, pangcu" kata To Hoan, "kalau Ou kim-pay itu memang benar2 Ou-kim-pay yang aseli sebagai hukuman dari kelancangan mereka mendesak diadakan pemeriksaan lencana itu, mereka harus mengundurkan diri dari pemilihan dan rnenyerahkan jabatan pangcu itu kepada toako lagi"
"Hai," teriak Oh Sun terkejut "tetapi tak mungkin mereka berani menerima hal itu !"
Tiba2 Hoan-tong sin-kau atau Pengemis-kantong-nasi Su Sin berseru : "Pangcu kami terima usul itu"
Gemparlah sekalian anakbuah Kay-pang yang memenuhi gelanggang lui tay itu. Mereka tak pernah menduga bahwa Su Sin sebagai wakil dari partai Kay pang selatan, berani mempertaruhkan itu untuk tindakan memeriksa keaslian Ou kim pay.
"Apakah ucapanmu itu resmi mewakili Kay pang selatan ?" Oh Sun menegas dengan mata ber kilat2.
Su Sin berpaling kearah ketiga sutenya. Ketiga tokoh pimpinan Kay-pang selatan memberi anggukan kepala.
"Benar, pangcu" seru Su Sin "apabila seorang lelaki dari desa berani mempertaruhkan jiwanya, masakan kami tak berani mempertaruhkan soal pemilihan saja ? Jangan kuatir, pangcu, segala tanggung jawab pada Kay pang selatan akulah yang memikul"
Setelah mendapat penegasan itu maka Pat-pi sin git berkata: "Baiklah, hal ini kalian yang menyetujui sendiri ... "
Habis berkata ia terus berseru pula kebawah lui tay ; "Hai, mana anggauta Ngo-koay-sin-git? Harap naik keatas panggung !"
Seiring dengan seruan itu maka berturut-turut melayanglah dua sosok tubuh keatas panggung Mereka lalu berjajar di sebelah Tok kak-sin-git Hong Lui dan Kui-gok-sin-git atau Pengemis tertawa-iblis To Hoan. Kedua pendatang itu yalah Lan-ha ma atau Jembel-malas Na Kok-kong dan Poan-sin-git atau Jembel gemuk Au yang Hok.
Dengan demikian lengkaplah saat itu pimpinan Kay-pang utara dan pimpinan Kaypang selatan. Hanya saja kalau pimpinan Kay-pang lengkap lima orang, adalah Kay-pang selatan hanya empat orang karena Liok ci-sin-kay Hoa Sin tak hadir. Sementara itu si orang desa yang mengatakan kalau Kay-pang kim-Ieng-pay itu palsu, pun masih berada diatas panggung.
Demikian setelah kedua fihak hadir maka Pat pi sin-git Oh Sun segera berseru : "Nah, sekarang aku hendak mulai. Biarlah seluruh anggota Kaypang maupun utara, baik dari lapisan bawah sampai pada pucuk pimpinan menjadi saksi. Benarkah Kay-pang kim-Ieng-pay ini palsu seperti yang dituduhkan oleh orang ini"
Habis berkata ia terus mencekal kim-pay dengan tangan kanan, diangkat dan disongsongkan ke muka dada : "Sekarang silahkan pimpinan Kay-pang selatan satu demi satu maju untuk memeriksa".
Pengemis-kantong nasi Su Sin segera hendak melangkah maju tetapi baru ia hendak bergerak sekonyong-konyong sesosok tubuh melambung ke udara dan melayang turun diatas panggung lui-tay itu.
"Tunggu ..." seru orang itu dengan nyaring.
Sekalian tokoh2 pimpinan partai Kay-pang terkejut. Lebih terbelalak pula ketika mereka demi mengetahui siapa pendatang itu.
"Hoa toako !" teriak Su Sin serentak dengan kejut2 girang.
"Toako ..." serempak ketiga pimpinan Kay pang lainnyapun berseru dan maju menyongsong.
Ternyata yang muncul diatas luitay itu memang Hoa Sin si Pengemis-sakti jari-enam. Kemunculan ketua Kay-pang selatan yang tak terduga-duga itu benar2 menimbulkan kekagetan.
"Oh, engkau Hoa hu-pangcu" tegur Pat-pi-sin-git Oh Sun sesaat kemudian, "apakah maksudmu"
"Pangcu," kata Hoa Sin "Hoa Sin sedang mengembara ketika tiba2 teringat bahwa hari ini adalah hari yang penting bagi partai Kay-pang. Ya pemilihan ketua baru, merupakan lembaran sejarah yang penting untuk partai Kay-pang. Maka bergegas-gegaslah aku datang kemari dan untunglah belum terlambat"
"Tentunya engkau sudah mendengar apa yang telah disepakatkan pada saat ini, bukan ?" seru Oh Sun.
"Benar"
"Dan apakah engkau tak menyetujui keputusan keempat rekanmu tadi ?"
"Mengapa tidak, pangcu ?" diluar dugaan Hoa Sin memberi jawaban, "selama aku tak dapat menjalankan tugas pimpinan karena mengembara, hak dan tugas pimpinan kuserahkan kepada ji sute Su Sin dengan dibantu oleh ketiga sute yang lain. Apapun yang telah diputuskan oleh mereka tentu saja sah dan akupun harus setuju"
"O, itulah yang benar" kata Oh Sun, "lalu apa kehendakmu untuk menghentikan pelaksana pemeriksaan lencana itu ?"
"Ada sesuatu yang masih kurang" kata Ho Sin.
"Kurang ? Soal apa yang kurang?" Oh Sin heran.
"Perjanjian tadi yalah apabila Ou kim-pay itu aseli maka Su Sin sute sebagai wakil fihak Kay-pang selatan, rela menggugurkan hak pilihnya dan menyerahkan pemilihan itu kepada Kay pang utara. Artinya, kedudukan pimpinan Kaypang masih tetap dijabat oleh Oh pangcu"
"Benar dan itu sudah menjadi kehendak fihak Kaypang selatan sendiri"
"Ya, fihak Kaypang selatan tak mengingkari janji itu" kata Hoa Sin, "tetapi ingin kubertanya bagaimana kesanggupan janji Oh pangcu dan pimpinan Kay-pang utara apabila Ou-kim-pay itu ternyata memang palsu ?"
Pertanyaan itu telah menimbulkan kebingungan pada fihak Kay-pang utara. Sesaat mereka tak dapat memberi jawaban. Pat pi-sin-git Oh Sun tertegun.
Tiba2 si Kaki-satu Hong Lui melangkah maju dan berseru : "Hoa pangcu, tongkat apakah yang engkau bawa itu ?"
Memang saat itu Hoa Sin membawa sebatang tongkat besi. Pada hal selama ini diketahui bahwa Pengemis-sakti-jari-enam itu tak pernah menggunakan tongkat. Karena sedang ditegang oIeh soal Kim pay-ou-kim-pay, maka orang tak sempat menanyakan hal itu kepadanya.
"Hai, aku hampir lupa !" teriak Hoa Sin, "ya jika engkau tak menanyakan tentu tongkat ini terus kubawa saja. Seorang kakek minta tolong titip tongkat ini supaya diserahkan kepadamu.
"Siapakah kakek itu ?" teriak Hong Lui.
"Entahlah, dia tak mau menyebut namanya" kata Hoa Sin "hanya dia mengatakan ketika di rumah makan engkau telah meminjamkan tongkat ini kepadanya karena kasihan dia seorang tua supaya dapat leluasa mendaki puncak gunung ini. Nah, sekarang terimalah tongkatmu !"
Merah padam muka Tok kak-sin-git Hong Lui ketika mendengar keterangan ketua Kay-pang selatan itu. Sesaat ia tertegun kehilangan paham.
"Hong thancu, mengapa engkau diam saja?" seru Hoa Sin tertawa, "bukankah tongkat ini milikmu ? Mengapa engkau tak lekas menerimanya ?"
Melihat ji-konya terlibat dalam kesulitan, buru2 Poan-sin-git atau Jembel-gemuk Auyang Hok melayang keatas panggung. Walaupun tubuhnya gemuk tetapi pengemis itu memiliki gerak yang amat gesit dan lincah sekali.
"Mustahil engkau tak tahu siapa orang itu. Bukankah seorang tua dari desa ?" serunya ketika tegak dihadapan Hoa Sin.
"Dia hanya mengatakan bahwa sewaktu dirumah makan terlalu banyak minum, kepalanya agak pening maka ia menerima ketika Hong thancu memberi pinjam tongkat. Eh, hampir lupa sedikit", seru Hoa Sin, "diapun mengatakan bahwa rekeningmu di rumah makan itu telah dibayarnya"
Merah wajah pengemis gemuk Auyang Hok "Dengan begitu jelas engkau kenal kepada orangtua itu, bukan ? Siapakah dia?" Hoa Si balas bertanya.
"Kedua orang tua itu memang bangsat2 yang hendak mengolok kami," seru Auyang Hok geram "mereka telah menyambar tongkat Hong jiko dan mencopet uangku ... "
"Hai !" teriak Hoa Sin kejut dan keras, "Tok kaksin-git Hong Lui dapat disambar tongkatnya dan Poan-sin-git Auyang Hok dapat dicopet uangnya. Hebat, hebat ... apabila orang persilatan mendengar hal itu mereka tentu gempar ... "
"Hoa pangcu" bentak Tok-kak-sin-git Hong Lui" mengapa Hoa pangcu mengatakan hal itu sekeras-kerasnya seperti hendak menyiarkan kepada seluruh hadirin ? Apakah memang engkau bermaksud supaya hal itu diketahui orang ?"
"Tidak setitikpun aku mengandung maksud begitu " sahut Hoa Sin. "dan orang itupun menyampaikan terima kasih atas kebaikanmu. Nanti lain kali kalau dia perlu, akan meminjam lagi"
"Hoa Sin, jangan keliwat mengejek orang !" bentak si Kaki-buntung Hong Lui seraya melonjak kehadapan Pengemis sakti Hoa Sin "apabila engkau berniat hendak mengadu kepandaian, akupun bersedia melayanimu"
"Eh." Hoa Sin tertawa, "mengapa engkau naik pitam begitu ? Oh pangcu" serunya kepada Pat pi-sin-git Oh Sun, "apakah memang pendirian lui-tay ini untuk mengadu kepandaian ?"
Sebelum ketua Kay-pang itu menyahut, Pengemis-gemuk Auyang Hok mendahului berteriak; "Dimana dan bilamana saja yang engkau kehendaki, aku Poan-sin-git Auyong Hok siap akan menghadapimu !"
Tiba2 terdengar orang berseru melantang : "Auyong Hok, jangan terlalu menghina toako kami. Toako terlalu sibuk untuk meladeni tantanganmu Jika engkau memang sudah kaku tulang-tulangmu aku suka untuk menemanimu berlatih."
Auyong Hok terkejut dan cepat berpaling. "Ah. kiranya Ma Kim-tong si Pengemis-sinting dari Kay-pang selatan."
"Sudahlah Ma ngo te, kita harus menghormati pertemuan besar ini. Baiklah kita menghormati tata tertib.
"Auyong ngote". tiba2 telinga Pengemis-gemuk Auyong Hok terngiang oleh sebuah suara semacam nyamuk melengking "harap bersabar. Sebentar lagi setelah pembuktian Ou kim-pay selesai, akan kuberi engkau kesempatan yang luas untuk menyiksa mereka"
Ternyata kata2 itu berasal dari Pat-pi-sin-git Oh Sun yang dengan menggunakan ilmu Menyusup suara telah membisiki kata kepada Auyong Hok Dengan ilmu itu, bibir Oh Sun memang tampak berkomat-kamit tetapi tak mengeluarkan suara. Dan yang mendengar hanyalah Pengemis-gemuk Auyong Hok sendiri. Lain orang tak mendengar apa2. "Maaf. Hong thancu, harap suka menerima tongkatmu ini" kata Pengemis-sakti Hoa Sin seraya menghaturkan tongkat itu kepada pemiliknya.
Tetapi Pengemis-kaki satu Hong Lui diam saja. Sebagai tokoh nomor dua dari Kay-pang utara sudah tentu ia merasa malu karena orang mengetahui bahwa ia sampai kehilangan tongkat. Dan kehilangan itu tentulah bukan karena ia
meminjamkan pada si kakek desa seperti yang dikatakan Hoa Sin tadi. Melainkan tentu dengan menggunakan ilmu kepandaian barulah kakek desa itu dapat merampasnya.
Karena sudah menerima pesan Pat-pi-sin-git, Oh Sun, maka Auyang Hokpun terpaksa harus menekan kemarahannya.
"Baiklah, aku yang mewakili menerima tong ji-ko" katanya seraya menyambuti tongkat itu. Tetapi begitu ia mencekal ujung tongkat seketika merahlah wajahnya. Ternyata ujung tongkat telah memancarkan suatu aliran tenaga keras seperti stroom listrik, yang secepat kilat menerjang ke lengan terus menggigit jantung.
Hampir saja Auyang Hok menjerit dan lepaskan tangannya. Ia tak menyangka akan menerima serangan Hoa Sin dengan tenaga-dalam.
Cepat iapun kerahkan tenaga-dalam untuk bertahan. Tiba2 Hoa Sin lepaskan cekalannya dan terhuyunglah tubuh Auyang Hok setengah langkah ke belakang. Mukanya merah padam seperti kepiting direbus.
Adegan itu telah berlangsung cepat sekali, hanya dalam beberapa kejab sehingga orang tak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Tetapi bagi tokoh kedua belah Kay-pang, peristiwa itu tak luput dari perhatian.
Jelas Hoa Sin telah menjajal kekuatan si gemuk Auyang Hok dan tahulah dia sampai dimana kesaktian tenaga dalam yang dimiliki oleh tokoh nomor lima yang bertubuh gemuk dari Kay-pang utara itu.
Auyang Hok tertegun kehilangan paham. Kalau hendak menyerang, ia takut melanggar pesan Oh Sun. Dan memang tak ada alasan mengapa ia harus mengamuk. Namun untuk
diam saja, ia merasa terhina. Sesaat ia termangu tak tahu apa yang harus dilakukan.
"Hm." dengus Pat-pi-sin-git Oh Sun yang tahu juga akan peristiwa itu. "Ngo-te silahkan mundur agar persoalan kita ini lekas selesai"
Setelah Pengemis-gemuk mundur, maka Pa pi-sin git Oh Sun berseru : "Hoa pangcu, apakah maksud ucapanmu tadi ?"
"Maaf. pangcu, aku pengemis Hoa Sin hanya ingin mohon keadilan" sahut Hoa Sin "sebagai wakil Kay-pang cabang selatan, Ji te Su Sin telah berjanji akan melepaskan hak pilihnya pada rapat besar ini apabila lencana Ou-kim pay itu benar2 aseli. Tetapi bagaimana kalau lencana itu ternyata benar2 palsu ?"
"Kalau lencana yang kubawa ini palsu, aku bersedia mundur sebagai ketua Kay pang. Akan kucari dan kuhancurkan manusia yang berani mengambil lencana kita itu !" seru Oh Sun dengan semangat yang menggelora.
"Terima kasih pangcu" sambut Hoa Sin, "soal kelanjutannya apabila lencana itu benar palsu baiklah kita serahkan saja kepada sidang rapat untuk memutuskan"
Demikian setelah kedua fihak saling memberikan janji, maka merekapun bersiap untuk mulai menguji keaselian lencana Ou kim pay.
Sambil menyongsongkan lencana itu kemuka berkatalah Pat pi-sin git : "Hoa pangcu, silahkan memeriksa lencana kita"
Hoa Sin maju menghampiri. Dipandangnya lencana berwarna hitam itu dengan tajam. Beberapa saat kemudian, ia mengangguk.
"Bagaimana, Hoa pangcu, apakah benar palsu? tanya Pat-pi-sin-git Oh Sun.
"Lencana berwarna hitam itu memang menyerupai dengan yang aseli. Begitu pula surat2 tulis pada permukaan lencana itu memang dilakukan dengan jari tangan yang memiliki tenaga-dalam yang luar biasa. Tulisannya benar berbunyi Kay-pang-kim leng pay ... "
"Jika demikian bukan palsu" kata Oh Sun,
"Jangan terburu-buru menarik kesimpulan dahulu sebelum pembuktian yang terakhir kita lakukan" cepat Hoa Sin menyusuli kata2 "disamping itu pun masih ada sebuah hal lain yang perlu diselidiki mana yang benar. Menurut saudara itu ia menunjuk ke arah orang desa yang masih berdiri di atas panggung luitay, "lencana yang aseli bertuliskan Kay pang-kim seng pay. Sedang yang berada ditangan pangcu. tulisannya berbunyi Kaypang kim leng-pay. Mengenai tulisan itu saja sudah berbeda dan perlu dibuktikan mana yang benar"
"Karena lencana yang berada ditanganku ini aseli. sudah tentu tulisannya pun benar begitu. Bukan Kay-pang-kim-seng-pay tetapi seharusnya Kay pang kim-Ieng-pay !" seru Oh Sun.
"Ya, mudah-mudahan begitu," sambut Hoa Sin, "tetapi hal itupun masih harus dibuktikan dahulu kebenarannya"
"Apalagi yang harus dibuktikan ?" seru Pat-pi sin-git Oh Sun dengan geram.
"Sudah tentu tentang bahan daripada lencana itu, pangcu" sahut Hoa Sin tenang2, "menurut Hian jiat-sin-kay Suma Kiam lo cousu, lencana Kay- pang itu terbuat daripada batu bintang yang jatuh digurun pasir Mongolia. Kerasnya bukan kepalang. Kecuali pedang pusaka yang luar biasa tajamnya, tak mungkin pedang dan lain2 senjata tajam dapat membelahnya.
Sekarang tinggal membuktikan benarkah lencana itu terbuat daripada batu bintang atau hanya dari logam hitam biasa"
"Hm." dengus Oh Sun, "bagaimana engkau hendak membuktikannya ?"
"Terpaksa kita harus gunakan senjata tajam untuk memapas ujungnya sedikit" kata Hoa Sin "kalau terpapas, jelas lencana itu bukan dari batu bintang tetapi dari logam biasa"
"Kalau tidak mempan ?" tanya Oh Sun.
"Berarti lencana itu aseli !"
Sejenak berdiam diri barulah Oh Sun menyetujui : "Oleh karena engkau yang mengusulkan, silahkan engkau yang menguji lencana itu"
Hoa Sin melangkah maju dan menyambuti lencana Ou kim-pay. Dengan sekuat tenaga ia segera memencet ujung lencana itu. Ujung lencana lekuk sedikit tetapi tak sampai hancur.
Hoa Sin menyerahkan kembali kepada Oh Sun dan ketua Kay pang itu segera minta keempat pengemis pimpinan Kay-pang selatan untuk maju menguji.
Tetapi keempat tokoh pengemis daerah selatan itu tak mau. Mereka menyadari bahwa tenaga dalam dari Hoa Sin itu lebih hebat dari mereka. Kalau Hoa Sin tak mampu menghancurkannya, jelas mereka pun tentu tak mampu juga.
"Oh pangcu" tiba2 orang desa itu berseru, "boleh aku ikut menguji ?"
Oh Sun berpaling menatap wajah orang itu. Orang desa itu berani mempertaruhkan jiwanya untuk mendukung anggapannya bahwa lencana itu palsu. Sudah tentu diapun
harus mendapat hak untuk ikut menguji. Dan Oh Sun pun tak kuatir. Karena kalau tokoh sesakti Hoa Sin sudah tak mampu menghancurkan lencana itu, bagaimana mungkin seorang desa akan dapat melakukannya?
"Silahkan", serunya seraya memberikan lencana itu.
Setelah menyambuti, orang desa itu lalu mencabut sebatang pedang pandak dari dalam bajunya Ketika dilolos keluar, pedang itu memancarkan sinar kehijau-hjauan yang menyilaukan mata.
Creiss . , .
Pedang berayun dan putuslah ujung lencana.
Tring ... kutungan ujung itu berhamburan jatuh keatas panggung, mengeluarkan dering suara yang tajam.
Sekalian tokoh2 Kay-pang terbelalak kaget menyaksikan peristiwa luar biasa itu. Lebih2 Pat- pi sin-git Oh Sun.
"Pangcu, bukti telah kulakukan. Adakah pang cu masih ada kesangsian lain lagi ?" seru si orang desa.
Setelah termenung beberapa jenak, Pat pi-sin git Oh Sun segera berseru : "Apakah nama pedangmu itu? Dari manakah engkau memperolehnya!
"Inilah pedang Naga hijau atau Ceng-liong-kiam," seru orang desa itu" milik Han-jiat-sin-kay Suma Kiam yang diberikan kepadaku sebagai rasa terima kasihnya atas bantuan yang kuberikan padanya"
"Pedang Naga Hijau nyata sebuah pedang pusaka. Sudah tentu dapat memapas lencana ini."! kata Oh Sun "bukankah engkau juga mengatakan begitu ?"
Orang desa mengiakan.
"Dengan begitu, pembuktian dengan pedang pusaka itu tak berlaku !" seru Oh Sun.
"Apa? Apakah pangcu hendak mengingkari janji ?"
Oh Sun marah sekali; "Siapa yang ingkar janji. Kesimpulan yang kurangkai ini juga berdasar pada keteranganmu sendiri. Bagaimana sekarang engkau menuduh aku ingkar janji ?"
Orang desa itu terdiam.
"Hm," tiba2 Pengemis-kaki-satu Hong Lui mendengus geram, "dari manakah engkau memperoleh pedang pusaka Naga Hijau itu ?"
"Dari Suma Kiam cianpwe," sahut orang desa itu dengan sejujurnya.
"Engkau tahu siapakah Suma Kiam lo-cianpwe itu ?" seru Hong Lui pula.
"Ketua yang terdahulu dari Kay-pang"
"Bagus" seru Hong Lui, "oleh karena dia adalah ketua kami maka pedangnyapun adalah milik partai kami"
'Maksudmu ?" seru orang desa itu.
"Berikan pedang Naga Hijau itu kepada Oh pangcu yang menjadi ketua Kay-pang!" seru Hong Lui
Orang desa itu tertawa mengejek : "Tidak semudah itu saudara !"
"Apa ?" Hong Lui deliki mata, "engkau hendak melalap pedang pusaka milik partai Kaypang".
"Pedang ini adalah pemberian peribadi dari Suma Kiam cianpwe kepadaku. Tidak dikatakan bahwa aku harus
mengembalikan pedang ini kepada partai Kay-pang ataupun kepada siapa lainnya".
"Ho, engkau jelas hendak memiliki pedang Itu ...".
"Bagiku seorang desa, tiadalah kepentingannya untuk memiliki sebuah pedang pusaka. Aku tak mempunyai keinginan untuk menjadi pendekar besar atau tokoh persilatan ternama. Aku lebih suka hidup tenang sebagai rakyat desa . , "
"Tetapi mengapa engkau enggan menyerahkan pedang itu kepada kami ?" seru Pengemis-kaki satu Hong Lui.
"Bukan enggan" jawab orang desa itu, "tetapi aku harus menghormat pusaka dari seorang pendekar besar seperti Han-jiat sin-lay Suma Kiam Hendak kuserahkan pedang itu kepada seorang ksatrya yang benar2 berjiwa luhur dan perwira"
"Hm, engkau hendak menghina bahwa tokoh dari Kay-pang itu bukan bangsa yang luhur dan perwira?" Hong Lui menggeram.
"Aku belum mengetahui seluruh tokoh2 Kay pang" sahut orang desa itu, "tetapi apa yang kulihat disini memberi kesan bahwa ksatrya yang kudambakan itu memang belum ada"
"Lekas kembalikan pedang itu !" tiba2 Pengemis gemuk Auyang Hok membentak dan maju menghampiri kehadapan orang desa itu.
"Apakah engkau hendak memaksa aku ?" sahut orang desa itu.
"Ya, terpaksa harus begitu apabila engkau masih berkeras kepala tak mau menyerahkan" seru Auyang Hok.
Orang desa itu pucat mukanya.
"Jika tahu begini kesudahannya, tak perlu aku tampil keatas panggung ini. Padahal dengan menunjukkan bahwa lencana Ou-kim-pay itu palsu, tujuanku agar pimpinan Kaypang segera mengetahui hal itu dan segera bertindak untuk mencari si pencuri. Ha, ha tetapi bukan terima kasih yang kuterima malah pedang yang kuperoleh dari Suma-Kiam cianpwe hendak direbut secara paksa".
Habis berkata orang desa itu terus berputar tubuh : "Cukup tuan2, lebih baik aku pulang saja"
Orang desa itu hendak loncat kebawah panggung tetapi secepat itu Pengemis-gemuk sudah loncat menerkam dengan sebuah jurus Harimau lapar menerkam-korban.
Hoa Sin terkejut. Ia hendak memberi pertolongan tetapi sudah tak keburu, lagi.
Uh ... terdengar mulut Pengemis-gemuk mendesah kejut ketika kedua tangannya menerkam papan panggung, crekkkk ....
Nyata terkaman dari Pengemis-gemuk itu menggunakan tenaga-dalam yang hebat sehingga jari2 tangannya sampai masuk kedalam papan.
Sedang orang desa itu ternyata sudah berada di samping dan membelalakkan mata, berseru : *'Hai, mengapa engkau menyusur ketanah? Ah, maaf, aku tak dapat menyerahkan pedang ini walaupun engkau meminta dengan begitu hormat"
"Hm, jangan menghina suteku," tiba2 Pengemis-kaki-satu maju tusukkan ujung tongkat ke punggung orang desa itu. Hebat dan cepatnya bukan kepalang.
Pengemis-Kaki-satu Hong Lui adalah tokoh kedua dari Kay-pang utara. Walaupun kakinya hanya tinggal satu, tetapi kepandaiannya luar biasa saktinya.
"Jangan ... " teriak Pengemis-sakti Hoa Sin ketika mengetahui serangan yang berbahaya itu mengancam siorang desa. Namun ia hanya dapat berteriak tetapi tak berdaya untuk menolong karena sudah tak keburu lagi.
Tring .....
Tiba2 ketika ujung tongkat si Kaki-satu Hong Lui hampir mengenai punggung, tanpa berpaling kepala dan berputar tubuh, orang desa sabatkan pedang Naga hijau kebelakang dan kutunglah ujung tongkat Hong Lui ... ,
Karena malu hati maka Hong Lui tetap menggunakan sebuah tongkat lain yang terbuat dari besi. Tongkatnya yang dikembalikan oleh Hoa Sin tadi tetapi menggeletak dilantai panggung. Andaikata dia menggunakan tongkatnya yang aseli mungkin dia takkan menderita malu yang sebesar itu.
Tetapi hal yang tak terduga-duga itu telah terjadi dan berpuluh-puluh anakbuah Kay pang dari kedua belah pihak
yang menyaksikan di bawah panggung, telah melihat peristiwa itu.
Dan merah padamlah wajah Pengemis-kaki satu Hong Lui karena tongkatnya terpapas kutung.
"Bangsat, engkau berani menghina jiko-ku !' Pengemis-gemuk loncat menerjang orang desa itu Tetapi terpaksa ia menyurut mundur lagi ketika orang desa itu membolang-balingkan pedang Naga hijau untuk menyambut.
Pengemis-gemuk Auyang Hok menyambar tongkat yang dikembalikan Hoa Sin lalu diberikan kepada si Kaki satu Hong Lui : "Pakailah jiko dia memiliki pedang Naga-hijau yang sakti"
Dalam pada berkata itu, Pengemis gemuk Auyang Hokpun sudah mencabut senjatanya. Sebatang ruyung yang disebut Kiu-ciat-kui-thau-pian atau ruyung sembilan ruas yang berkepala setan. Setiap ruas berbentuk kepala setan sehingga jumlah kepala setan pada ruyung itu, pun sembilan biji.
Tring, tring, tring .....
Terdengar dering melengking nyaring ketika Pengemis gemuk Auyang Hok menebarkan ruyung itu. Seketika ruyung itupun bertebaran memantul sembilan sosok bayangan kepala setan. Dan yang mengerikan kepala setan itu berhias dengan gigi caling yang panjang dan runcing.
Menghadapi senjata yang mengerikan itu tampak siorang desa tenang2 saja. Dan dikala ruyung menyerang maka iapun memainkan pedang pusaka Naga-hijau.
Segulung sinar warna hijau kemilau segera membungkus tubuh orang desa itu. Dan gulungan sinar hijau itu menaburkan deru angin yang dingin.
Badai-menyambar-batang liu demikian jurus yang diserangkan Auyang Hok untuk mengarah pinggang orang,. Tetapi gulungan sinar hijau kemilau itu bagaikan dinding baja yang rapat dan kokoh. Terdengar berulang ulang bunyi berdering dari dua senjata yang beradu. Dan beberapa kali itu pula kesembilan kepala-setan dari ruyung Auyang Hok gagal untuk menerobos lingkaran sinar pedang.
Diam2 Hoa Sin memperhatikan permainan pedang orang desa itu. la terkejut.
"Suan-hong-kiam," serunya dalam hati setelah jelas akan ilmu pedang orang desa itu.
Suan hong kiam berarti ilmu pedang Angin-lesus. Tak mengherankan karena taburan pedang orang itu menghamburkan deru angin yang keras.
Pengemis gemuk Auyang Hok penasaran. Segera ia robah gerakan ruyungnya dalam jurus Pah ong-pauting atau raja Pah-ong-membanting-tempat pedupian. Laksana hujan mencurah dari langit, ruyungpun menabur kearah kepala orang desa.
Orang desa itu juga hentikan permainan ilmu pedang Angin-Iesus dan berganti dengan jurus It cu-keng thian atau Sebatang-tonggak menyanggah-langit.
Kembali terdengar berpuluh kali dering memekak telinga ketika kepala-setan dari Auyang Hok itu tersanggah dan tertutuk oleh ujung pedang Naga-hijau.
Pat-pi-sin-git Oh Sun dan si Kaki-satu Hoj Lui terkejut menyaksikan permainan pedang orang desa itu. Pada hal mereka tahu bahwa sam-te mereka yalah Pengemis-gemuk Auyang Hok telah membenam diri selama berpuluh tahun
untuk menciptakan senjata ruyungnya yang aneh dan menciptakan pula ilmu permainannya yang luar biasa .
Hoa Sin dan tokoh2 pimpinan Kay pang selatanpun terkesiap kagum.
Pengemis-gemuk Auyang Hok merah padam mukanya. Benar2 ia merasa malu sekali karena dihadapan kedua toakonya dan tokoh2 Kay-pang selatan ia tak mampu mengalah seorang desa yang tak bernama.
Seketika timbullah hawa pembunuhan pada dahi Pengemis-gemuk Auyang Hok. Untuk mengembalikan gengsinya dan kewibawaan Kay-pang utara, ia harus menghancurkan orang desa itu.
Rupanya perobahan airmuka Auyang Hok itupun tak lepas dari perhatian siorang desa. Diam2 ia berjaga jaga lebih waspada.
"Hm, berkat pedang pusaka Naga-hijau, permainanmu bertambah hebat." seru Auyang Hok, "tetapi jangan engkau buru2 bergirang dulu. Sambutlah seranganku yang ketiga ini.... "
Soh jut-cian-kun atau Menyapu-bersih-ribuan tentara, demikian jurus ruyung yang ditaburkan oleh Pengemis-gemuk dalam serangannya yang ketiga itu.
Sembilan benda berbentuk kepala setan berhamburan menabur ke arah siorang desa, Kesembilan senjata aneh itupun menghamburkan suatu bunyi aneh macam setan bersuit tajam sekali.
Orang desa itupun segera memutar pedangnya dalam ilmu pedang Boan-thian-hong-u atau Hujan-angin-mencengkam-angkasa, Segera ujung pedang Naga hijau dari orang desa
itupun berhamburan laksana titik2 hujan yang mencurah dari langit. Hanya titik2 sinar pedang itu tidak mencurah ke bumi melainkan mencurah kearah taburan ruyung kepala-setan dari sembilan penjuru.
Tring, tring, tring ...
"Saudara, awas senjata rahasia ... !" tiba2 sesosok tubuh melayang keatas panggung.
Tetapi tokoh2 diatas panggung itu tak sempat melihat pendatang itu karena saat itu mereka terkejut mendengar siorang desa terhuyung dua tiga langkah sambil mendekap tangan kanannya. Dan lebih terkejut pula mereka ketika melihat Pengemis gemuk Auyang Hok tegak kesima dan ruyung nya terlepas jatuh ketanah .....
Adalah Pengemis sakti Hoa Sin yang lebih dahulu menyadari apa yang telah terjadi. Cepat ia memburu siorang desa dan menegurnya: "Saudara apakah engkau terluka ?"
Orang desa itu pucat wajahnya.
"Ya," ia mengangguk "dia curang menggunakan jarum beracun"
Habis berkata orang itu terus mencabut sebatang jarum yang halusnya seperti bulu roma.
"Kepala setan dari ruyungnya itu telah menyemburkan ratusan jarum racun begini," katanya pula.
"Kalau begitu saudara tentu terkena banyak sekali ?" Hoa Sin bertanya cemas.
"Untung aku sudah berjaga-jaga sebelumnya dan hanya terkena sebatang ini" sahut orang desa itu.
Hoa Sin segera mengeluarkan botol obat, menuang beberapa butir pil merah dan diberikan kepada orang desa itu : "Minumlah pil penolak seribu racun ini . , . "
"Terima kasih." sahut siorang desa 'aku membekal obat juga"
Ia segera mengeluarkan sebungkus pil lalu dituang kedalam mulut.
Dalam pada itu Hoa Sinpun berpaling ke arah Pengemis gemuk Auyang Hok. Ia hendak menegurnya atas tindakannya yang begitu memalukan. Tetapi pandang matanya tertumbuk akan kehadiran seorang tua berpakaian serba putih di atas panggung itu, Dan teringatlah ia akan seruan memberi peringatan kepada orang desa tadi.
"Adakah lo-jin-ke yang memberi peringatan kepada saudara itu tadi ?" tanyanya kepada orang tua itu. Lo-jin-ke sebutan untuk menghormat siorang tua.
Orangtua itu mengiakan kemudian menegur pengemis-gemuk Auyang Hok : "Tidak selayaknya kalau engkau sebagai salah seorang ketua Kay-pang bertindak begitu curang terhadap seorang lawan?"
Pat-pi-sin-git Oh Sun dan Pengemis-kaki-satu Hong Lui terkejut ketika melihat peristiwa itu. Keduanya mengira sutenya itu (Auyang Hok) tentu akan marah dan meminta pertanggungan jawab kepada orangtua yang lancang naik keatas panggung. Tetapi diluar dugaan Auyang Hok diam saja. Matanya mendelik kepada orang tua itu tetapi tak mengucap sepatah katapun juga.
Pat pi-sin-git Oh Sun dan Kaki satu Hong Lui terkejut heran. Tetapi setelah memandang dengan seksama kepada sutenya
itu, cepat Pat-pi-sin iit Oh Sun tahu apa yang telah terjadi pada diri jitenya itu. Cepat ia menghampiri Auyang Hok.
Dalam pada itu Kaki-satu Hong Luipun mengetahui juga apa yang diderita Auyang Hok. Karena Oh Sun sudah memberi pertolongan maka ia maju menghampiri orangtua yang datang itu "Siapa engkau ?" bentaknya dengan geram.
"Namaku ?" ulang orang tua itu. "ah, engkau tentu muak mendengarnya"
"Lekas katakan !" Hong Lui makin marah.
"Karena engkau minta sendiri, baiklah, "kata orang tua itu, "dengarkan :
"Datang tiada terduga,
Pergi tiada berbekas
Tiada bayangan tapi ada,
Ada tetapi tanpa bayangan.
"Bu ing-kui!" serentak Hong Lui berseru kaget. Bu ing-kui artinya Setan-tanpa-bayangan.
"Bukan!" balas orang tua itu. "aku bukan setan tanpa bayangan"
Belum hilang kaget Hong Lui iapun sudah tersambar kaget lagi ketika mendengar jawaban orang tua itu.
"Didunia persilatan tiada orang yang menggunakan nama Bu ing kecuali Bu-ing-kui !" serunya kemudian.
"Siapa bilang ?" sahut orang tua itu. "aku inilah orangnya. Dan aku bukan setan melainkan orang !"
"Bu Ing lojin" tiba2 Hoa Sin berteriak kaget. Ia serentak teringat akan cerita Ang Bin tojin ketua Bu tong-pay dalam laporannya di Wisma Perdamaian yang lalu.
Orangtua itu berpaling memandang Hoa Sin tak berkata apa2.
Kaki-satu Hong Lui terkejut, Memang ia pernah mendengar bahwa pada waktu akhir2 ini didunia persilatan telah muncul pula seorang kakek aneh yang memakai nama Bu Ing lojin.
Namun karena sudah terlanjur menegur, tokoh kedua dari Kay-pang selatan itu tak mau mundur.
"Mengapa engkau mencampuri urusan ini ?" serunya.
Kakek itu tertawa hambar, "Urusan siapakah ini ?"
"Partai Kay-pang !"
"Tidak," sahut kakek itu, "dalam soal pemilihan ketua, memang urusan kaum Kay-pang. Orang luar tak berhak mencampuri, tetapi orang yang dicelakai kawanmu tadi, bukan orang Kaypang. Karena itu setiap orang yang memiliki hati keadilan tentu akan ikut campur" .
"Engkaupun mencelakai suteku, jangan menepuk dada sebagai orang baik" teriak Hong Lui,
"Hmm" dengus kakek itu; "sutemu curang lalu menderita kecurangan dari orang lain. Bukankah itu sudah adil? Mengapa engkau masih penasaran?."
"Engkau tahu mengapa suteku menyerang oning itu ?" seru Hong Lui makin ngotot.
"Ya, soal pedang pusaka Naga-hijau itu"
"Itu milik ketua Kay-pang yang terdahulu, Han-jiat-sin-kay Suma Kiam. Seharusnya kembali pada Kay-pang"
Kakek itu mendengus pula: "Dalam soal itu harus dipisahkan antara milik peribadi dan milik perkumpulan. Kalau pedang itu milik Suma Kiam pribadi, dia berhak memberikan kepada lain orang. Tetapi kalau pedang itu milik partai Kay-pang, dia harus mengembalikan kepada Kaypang"
"Han-jiat-sin-kay Suma Kiam adalah ketua Kay pang, Segala yang dilakukan adalah sebagai ketua Kay-pang bukan sebagai peribadi Suma Kiam" seru Kaki satu Hong Lui.
Belum Bu Ing lojin menjawab, tiba2 Pat-pi sin-git Oh Sun menghampiri dan berkata: "Bu Ing lojin. adakah engkau benar2 hendak menghina partai Kay-pang ?"
"O, sama sekali aku tak mengandung maksud begitu Oh pangcu" kata Bu Ing lojin.
"Tetapi mengapa lojin ikut campur dalam urusan disini ?" desak Oh Sun.
Bu Ing lojin menerangkan : "Kebetulan aku sedang lewat di gunung ini dan iseng2 akupun menonton rapat besar partai Kay-pang yang hendak mengadakan pemilihan ketua baru. Kay-pang termasuk partai persilatan yang ternama dan berpengaruh dalam dunia persilatan. Sudah tentu pergantian ketua partai itu, menarik perhatian kaum persilatan pada umumnya. Ketua adalah pimpinan partai. Bagaimana ketuanya bagaimana pendirian partai itu. Dan hal itu sudah tentu mempunyai pengaruh langsung pada dunia persilatan"
"Dan karena itu maka lojin merasa berhak untuk ikut campur urusan yang terjadi di panggung pemilihan ketua ini dan berhak pula menutuk jalandarah suteku itu ?" tukas ketua Kaypang itu tajam2.
"Jangan salah paham" kata Bu Ing lojin, "terpaksa kulepaskan ilmu menutuk dari jarak jauh untuk menghentikan tindakannya hendak membunuh orang itu"
Bu Ing lojin melirik kearah Pengemis-gemuk Auyang Hok yang saat itu masih tegak diam.
"Bukankah pangcu sudah membuka jalandarahnya" tanya kepada Oh Sun.
Merah muka ketua Kay pang demi mendengar pertanyaan itu. Karena betapapun ia hendak membuka jalandarah sutenya, namun tak mampu. Diam2 ia terkejut menyaksikan ilmu tutuk Bu Ing lojin yang luar biasa anehnya itu.
"Nah, dia sudah bergerak lagi." kata Bu Ing lojin sembari menuding kearah Pengemis-gemuk Auyang Hok
Selama tertutuk jalandarahnya, mata dan telinga Auyang Hok masih dapat melihat dan mendengar apa yang dibicarakan Bu Ing lojin dengan kedua toakonya. Maka begitu dapat bergerak. Auyang Hok terus merogoh kedalam baju, maju, menghampiri Bu Ing lojin dan .....
"Setan tua, enyahlah engkau !" serunya menampar.
"Aii, jangan mengusir begitu kasar, bung !" Bu Ing lojin balas berseru dan mengibaskan tangannya macam orang menghalau nyamuk.
Dan tahu2 Pengemis gemuk Auyang Hok itupun loncat kesamping.
Memang sepintas gerakan kedua orang itu mirip dengan orang mengusir dan yang satu menolak, tetapi bagi tokoh2 Kay-pang yang berada diatas panggung lui tay itu, tahu apa yang sebenarnya telah berlangsung.
Ternyata Pengemis-gemuk telah menaburkan segenggam jarum Soh-hun-mo ciam atau Jarum rambut-pencabut-nyawa. Jarum beracun ganas yang sehalus rambut.
Jarum yang begitu halus dan ditaburkan sedemikian cepatnya, sudah tentu mata orang takdapat melihatnya. Jarum itu lemas, terbuat daripda emas murni. Hanya orang yang memiliki tenaga dalam tinggi, barulah dapat menaburkannya.
Tetapi Pengemis-gemuk Auyang Hok belum tahu siapa Bu Ing lojin itu. Kakek tua yang sudah hampir mencapai umur seratus tahun tetap wajahnya masih segar itu, memiliki tenaga-dalam Bu-kek-sin-kang yang sakti. Ia sudah menguasai tenaga dalam itu sehingga dari jarak beberapa tombak ia dapat melancarkannya kepada lawan.
Curahan hujan jarum halus itu bagaikan awan yang terhembus angin, berhamburan jatuh kesamping. Bahkan Bu kek-sin-kang itu masih mempunyai daya kekuatan untuk melanda Pengemis gemuk Auyang Hok sehingga itulah sebabnya maka pengemis gemuk itu harus menghindar kesamping.
Pat-pi-sin-git Oh Sun menyadari akan kelihayan kakek itu. Buru2 ia mencegah sutenya : "Auyang ngote sudahlah. Biar kuselesaikan urusan ini"
Kemudian, ketua Kay-pang itu berpaling arah kepada Bu Ing lojin, katanya: "Bagaimana maksud lojin sekarang ? Apakah lojin hendak memperpanjang urusan ini ?"
"Sama sekali tidak," kata Bu Ing lojin tertawa "asal pangcupun membebaskan orang itu supaya pergi tanpa diganggu"
"Tidak semudah itu," tiba2 Kaki-satu Hong Lui menyelutuk, "asal dia mau mengembalikan pedang Naga-hijau kami tentu akan melepaskannya dengan hormat."
Pat pi sin-git Oh Sun seorang yang cerdik dan licin. Ia cepat dapat menguasai setiap situasi dan kondisi.
'Jite", serunya kepada Kaki-satu Hong Lui, "baiklah kita jangan mengungkat soal ini agar kita segera dapat menyelesaikan persoalan pemilihan ketua ini."
Kaki-satu Hong Lui terkejut. Tetapi ketika ia memandang wajah toakonya, tahulah kalau ucapan toakonya itu mengandung maksud tersembunyi.
"Baik, terserah pada toako," sahut Hong Lui.
"Baiklah" kata Oh Sun kepada Bu Ing lojin "karena lojin yang meminta maka kamipun dengan senang hati akan meluluskan"
"Pangcu, walaupun lojin telah memintakan kebebasanku, aku tetap tak mau pergi dari panggung ini" tiba2 orang desa itu berbangkit dari semedhinya dan berseru nyaring. Dari nada suaranya jelas kalau tenaga-dalamnya sudah pulih kembali.
Diam2 tokoh2 Kay-pang utara itu terkejut. Jarum beracun yang tersimpan dalam kepala-setan senjata ruyung Pengemis-gemuk Auyang Hok. bukan olah2 ganasnya. Mengapa dalam waktu yang singkat, orang itu sudah sembuh dari lukanya?
"Hm. apa maksudmu ?" tegur Oh Sun.
"Soal pedang pusaka Naga hijau sudah selesai. walaupun untuk sementara" kata orang desa itu setengah menyindir, "tetapi masih ada soal Iain lagi yang belum. Yalah mengenai palsu atau aselinya lencana partai Kay-pang tadi. Bukankah untuk itu aku sudah merelakan jiwaku ?"
Pat-pi sin-git Oh Sun terkesiap.
"Jadi engkau masih hendak menyelesaikah soal itu ?" taryanya menegas.
"Soal itu sudah terlanjur diketahui seluruh hadirin. Baik dari kaum Kay-pang sendiri, maupun dari tokoh2 persilatan yang datang kesini. Tidak kah kita akan ditertawakan apabila hal itu kita simpan atau bekukan ?" sahut orang desa itu,
"Bagus, bagus." seru Bu Ing lojin memuji, "engkau sungguh seorang ksatrya yang bertanggung jawab. Nyata bukan didesa atau dikota tempatnya bukan kaya atau miskin keadaannya, bukan pula tinggi rendahnya pangkat atau kedudukan penilaiannya. Bukan keturunan jago silat atau orang biasa yang menentukan peribadinya. Jiwa ksatrya tumbuh di mana2 dan dalam keadaan apa saja"
"Terima kasih lojin." seru orang desa itu. "tidakkah lojin akan memaksa aku harus pergi dari sini lagi ?"
"Tidak bung" seru Bu Ing lojin "silahkan engkau membereskan persoalan yang engkau anggap belum selesai itu sepuas-puasmu"
Kini perhatian orang kembali pada persoalan lencana Kay-pang-ou-kim-pay lagi.
"Apa yang harus diselesaikan lagi ?" tanya Pat-pi-sin-git Oh Sun kepada dang desa itu, "bukankah jelas bahwa lencana Ou-kim-pay itu memang aseli? Memang tadi dapat engkau papas rompang karena engkau menggunakan pedang pusaka yang luar biasa tajamnya. Tetapi dapatkah engkau melakukan hal itu dengan senjata biasa ?"
"Berikan aku sebatang pedang biasa." kata orang desa itu "dan aku tentu dapat membuktikannya."
Pat-pi-sin-git Oh Sun memberi perintah kepada Auyang Hok supaya meminjam pedang dari seorang anakbuah Kay-pang.
Setelah menerima pedang maka Oh Sun lalu menyerahkan kepada siorang desa : "Silahkan, inilah pedang yang engkau minta"
Belum orang desa itu menerima, tiba2 Pengemis-sakti Hoa Sin maju : "Pangcu, harap berikan pedang itu kepadaku. Akulah yang akan menguji lencana itu"
Orang desa itu terkesiap.
"Mengapa harus engkau ?" tegur Oh Sun.
"Hoa Sin adalah anggauta Kay-pang bahkan diangkat juga sebagai ketua Kay-pang selatan. Dan lencana itu adalah lencana lambang kebesaran partai Kay pang, Apabila aku, Hoa Sin, yang memapas kutung, nama baik Kay-pang tidaklah sampai tercemar. Tetapi kalau orang luar yang melakukannya, Kay-pang tentu akan menjadi bahan ejekan kaum persilatan"
Orang desa itu kerutkan alis.
"Bung, jangan kecewa," seru Bu Ing lojin kepada orang desa itu, "memang demikianlah adat kaum persilatan yang masih kemati-matian menjungjung gengsi partainya. Apakah engkau juga menjadi anggauta salah sebuah partai persilatan ?"
"Aku?" orang desa itu mengulang, "ah, aku hanya seorang desa. Mana layak diterima menjadi anggota partai persilatan yang manapun juga?"
"Bagus." seru Bu Ing lojin tertawa, "kalau begitu masuklah kedalam partai perguruanku saja".
Sekalian orang terkejut mendengar Bu Ing lojin itu mempunyai partai perguruan.
"O, lojin juga anggauta partai persilatan ? Apakah nama partai persilatan lojin itu?" rupanya tertarik juga perhatian orang desa itu kepada ucapan Bu Ing lojin.
"Bu tong- pay ... "
"Astaga, lojin dari partai Bu-tong-pay ?" teriak orang desa itu terkejut.
Pun sekalian tokoh2 pimpinan Kay-pang utara maupun selatan terbelalak kejut.
"Benar, bung"
'Eh, bukankah ketua Bu-tong-pay itu seorang imam bermuka merah yang disebut Ang Bin tojin ? Apakah lojin ini juga seorang imam ?" seru orang desa itu makin terangsang.
"Benar, memang partai Bu-tong-pay itu ketuanya Ang Bin tojin siimam muka merah" kata lu Ing lojin tertawa, "tetapi partai Bu tong-pay yang kuanut ini, tiada ketuanya"
Pengemis-sakti Hoa Sin terkenal seorang tokoh yang gemar berolok-olok. Tetapi pada saat mendengar kata2 Bu Ing lojin itu, benar2 ia kebinlgungan.
"Lojin, adakah Bu-tong pay itu berjumlah dua?" akhirnya ia tak dapat menahan keheranannya lagi.
"Ya, memang ada dua"
"Bu-tong pay yang diketuai Ang Bin toj itu markasnya digunung Bu-tong-san," kata Hoa Sin "lalu Bu-tong-pay yang lojin ketuai itu dimana markasnya ?"
"Salah ucapanmu itu," sanggah Bu Ing lojin, "Bu-tong pay yang kukatakan itu tiada ketuanja. Setiap orang yang suka, dapat menjadi anggauta bahkan dapat pula merasa dirinya sebagai ketua.
"Ah, harap lojin jangan berolok-olok ... berkata sampai disini, mendadak Hoa Sin berhenti dan tiba2 pula ia berseru tertawa : "Benar, benar, memang Bu tong-pay yang lojin maksudkan itu terdapat di mana2 dan tiada ketuanya, ha. Ha.."
Tokoh2 Kay-pang utara tercengang. Bahkan tokoh2 Kay-pang selatan sendiri juga heran dan bingung mendengar kata2 Pengemis-sakti Hoa Sin.
"Engkau sudah mengerti ? Ah, sungguh cerdas sekali otakmu" seru Bu Ing lojin, "tetapi karena muka kawan kawanmu itu masih mengerut heran, cobalah engkau jelaskan apakah Bu-tong-pay yang kumaksudkan itu "
"Bu-tong-pay yang lojin maksudkan itu adalah berarti Partai Tak berpartai Bu artinya tiada, Tong artinya partai dan Pay artinya perkumpulan atau partai persilatan. Benar atau tidak lojin?"
"Ha, ha, baru kali ini aku bertemu dengan orang yang dapat menangkap isi hatiku, "Bu Ing lojin tertawa.
"Lojin" kata Pengemis-sakti Hoa Sin "aku hendak membetulkan ucapanmu tadi bahwa orang persilatan selalu mengutamakan soal gengsi. Memang pada umumnya benar demikian. Tetapi aku pengemis-Hoa Sin merasa tak memiliki perasaan begitu. Sudah sejak lama Hoa Sin tak memikirkan soal gengsi"
"Bukankah engkau ketua Kay-pang selatan ?" tegur Bu Ing lojin.
"Ya, karena menyetujui pendirian dan tujuan Kay-pang" sahut Hoa Sin.
"Apakah itu bukan soal gengsi ? Bukankah seorang ketua partai persilatan itu harus memiliki gengsi ?"
"Kita harus dapat memisahkan antara jabatan dan peribadi. Karena partai Kay pang mempunyai peraturan2 tertentu maka sebagai ketua aku 'menjalankan semua hal yang sesuai dengan peraturan itu. Tetapi aku Hoa Sin, peribadi bukan manusia yang mengutamakan hal itu. Karena gengsi atau tidak gengsi. Hoa Sin itu tetap seorang pengemis ..."
"Orang yang mengikatkan diri kepada sesuatu peraturan, akan terikat pada gengsi. Tidaklah sama dengan diriku, yang bebas laksana burung terbang di udara" kata Bu Ing lojin.
"Jika semua burung terbang di udara, lalu bukankah hutan akan kosong dengan penghuni bangsa burung? Bukankah tidak semua burung akan terbang melayang layang diudara saja. Ada pula yang tinggal dibumi ?"
Bu Ing Lojin terkesiap.
"Di udara raya bebas lepas, tiada peraturannya. Tetapi dibumi walaupun didalam hutan tetap mempunyai peraturan tertentu. Bahkan bukankah kita mendengar perihal hukum rimba ? Siapa kuat menang, siapa lemah kalah. Berdasarkan keadaan itulah maka mahluk2 dalam hutan itu berkelompok dan membentuk himpunan jenisnya. Untuk menjaga diri dan menyelamatkan hutan dari bencana pembunuhan. Aku masuk kedalam Kay pang karena menganggap bahwa masih banyak hal2 didunia ini yang ganjil dan tidak adil ... ".
"Adil ? Kalau adil, masakan tikus takut kepada kucing?" seru Bu Ing lojin.
Karena merasa dirinya tak dihiraukan oleh kedua orang itu maka Pat pi-sin git Oh Sun berseru menukas : "Hai, harap kalian berdua ingat pada tempat ini. Panggung luitay didirikan
karena hendak mengadakan pemilihan ketua Kay-pang Dan pemilihan itu harus berjalan langsung, tak boleh membicarakan hal2 yang tiada kepentingannya dengan tujuan lui tay ini"
"Baiklah, pangcu" sahut Hoa Sin.
Karena di atas panggung itu hadir juga Bu Ing lojin, Oh Sunpun tak berani berayal lagi. Ia meletakkan lencana Ou-kim-pay dilantai panggung.
Pengemis Hoa Sinpun segera bersiap-siap. Setelah mengerahkan tenaga-dalam ke tangan kanan, segera ia mengayunkannya.
Tring ...
Terdengar dering lengking yang dahsyat. Pedang kutung dua tetapi Oh-kim-paypun terpapas ujung bawahnya.
"Palsu!" serentak orang desa berteriak.
"Ngaco" bentak Pat pi sin git Oh Sun.
Hoa Sin pejamkan mata. Rupanya ia telah memancarkan tenaga-dalam keliwat banyak hingga amat letih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Blo'on
Random"Hai, sekarang aku tahu namaku!" bukan jawab pertanyaan tetapi blo'on itu malah berteriak semaunya sendiri. "Siapa?" seru dara itu yang tanpa disadari ikut terhanyut dalam gelombang keblo'onan. "Wan-ong-kiam !" Walet Kuning terkejut, hampir tertawa...