03. Mading

3.3K 225 5
                                    

Suasana pagi di sekolah membuat rasa malas ditubuh Vey bertambah. Dia telat hari ini, sebagai hukumannya harus jalan jongkok dilapangan setelah upacara bendera.

Dunia berakhir? Cuma karena satu cowok, bukan Vey namanya. Walaupun harus Vey akui, semalem kemaren dia sempet nangis karena putus sama Rendi. Tapi Vey happy kok hari ini, meskipun dia harus melewati hukuman seperti itu.


"Dingin." gumam Vey merasakan sesuatu yang dingin menempel dipipinya.

Sesuatu yang dingin itu, ternyata air mineral yang sengaja ditempelkan ke pipi Vey oleh Irma, "Nih, minum!"

Tasya menggendong tas Veyla, "Lo pasti capek."

"Yuk, ke kelas." ajak Irma, sementara Tasya membantu Vey berdiri.

Vey mengambil tisu ditangan Tasya, "Minta tisu donk!" yang dipakainya untuk mengelap keringat.

Seperti biasa para murid pagi ini berkumpul di mading sekolah. Untuk membaca artikel Lusi, si wartawan sekolah. Yang kebetulan letak mading itu berada di sebelah kelas Vey.

Vey mengibaskan tangan meminta jalan, "Minggir donk, minggir!"

Separuh dari mereka memberikan jalan, separuhnya lagi rombongan yang baru saja datang.

"Kemana Tasya?" tanya Irma.

"Gak tau, cepetan." Vey menarik Irma pergi.

Di mading terpasang foto Cinta, gadis cakep kelas 12. Dengan sebuah caption "Ditolak Prince Charming" dan tambahan kalimat "Yang perfect gini aja ditolak, sebenarnya tipe cewek Prince Charming itu seperti apa?" dan tambahan hastag #Penolakan ke-15.

"Widih! Salut gue cewek se-perfect Cinta aja ga mempan ngambil hati si Arga." kata salah satu murid.

"Cinta ditolak! Gak mungkin!"

"Gue mundur deh! Cinta aja ditolak apalagi gue?"

"Sadis banget!"

"Penasaran dia suka cewek kaya gimana sih?" beberapa murid sampai geleng-geleng kepala.

Tasya yang berada disana, ikut terkejut. Dia sampai nyempil ke dalam kerumunan. Hanya untuk melihat info teruptodate pagi ini.

"Lebih sadis dari si Rendi nih! Bidadari aja ditolak!" gumam Tasya tak percaya.

"Salut gue." Tasya keluar dari kerumunan.

"Buset! Gue ditinggalin!" Dia berlari menyusul kedua temannya.

Kerumunan murid itu malah semakin ramai, sepertinya memang hanya suara bel masuk yang bisa membubarkan mereka. Guru piket yang sedari tadi mengawasi kerumunan itu, sampai geleng-geleng kepala.

"Vey, Ma, ninggalin!!" gerutu Tasya duduk dikursinya. "Kalian tau gak? Siapa yang ditolak sama Prince charming?"

"Siapa?" Irma penasaran.

"Kak Cinta, model majalah teen!" jawab Tasya.

"Yang bener lo??" Irma tak percaya.

"Tau darimana?" tanya Vey.

"Dari gueeee!" Lusi tiba-tiba nongol.

"Kak Cinta yang curhat sama gue. Duh, perjuangan kak Cinta itu keren banget. Tapi yah, kalo hati sedingin es kaya prince charming yang udah beku stadium 4. Susah ditaklukin, kata kak Cinta. Yang berujung penolakan!" jelas Lusi tanpa diminta, membuat mereka bertiga geleng-geleng kepala.

"Pasti jadi trending topik lagi deh!" gumam Irma.

"Pastinya, siapa dulu yang nulis artikelnya? Wartawan osis gitu." Lusi membanggakan diri.

The Prince Ice And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang