Minato dan Kushina menatap sebuah rumah megah dihadapannya. Tangan mereka saling menggenggam mencoba menyalurkan sedikit kekuatan. Ketika tangan Minato terangkat untuk menkan bel, detak jantung mereka seakan meningkat.
"Kediaman keluarga Shimura, ada yang bisa saya bantu?" sebuah suara wanita dari intercom yang terpasang di samping pagar terdengar.
"Ah saya Namikaze Minato, apakah benar Namikaze Naruto tinggal di rumah ini?"
Tangan Kushina semakin menggenggam erat tangan Minato. Ia tidak sabar menunggu jawabannya. Entah mengapa perempuan tersebut menjawab begitu lama.
"Kami orang tuanya, jika memang benar Naruto tinggal dirumah ini, tolong biarkan kami menemui anak kami" Kushina berucap tak sabar.
"Mohon maaf, tetapi dirumah ini tidak ada yang bernama Namikaze Naruto"
Minato dan Kushina saling melirik. Tak percaya dengan jawaban perempuan tersebut, Kushina terus memaksa perempuan tersebut untuk menjawab sejujurnya. Mereka tak mungkin datang kerumah ini jika tidak ada bukti bahwa Naruto tinggal dirumah ini.
"Sekali lagi kami mohon maaf, tidak ada seorangpun bernama Namikaze Naruto dirumah ini"
Kushina menjadi kehilangan kontrol diri. Ia terus berteriak bohong pada perempuan tersebut. Ia bahkan menekan bel secara ganas ketika perkataannya tidak digubris.
Merasa tidak akan membuahkan hasil, Minato menarik Kushina menjauh. Butuh perjuangan keras Minato membawa Kushina. Kushina memiliki tenaga diatas rata-rata perempuan kebanyakan.
Ketika mereka sudah jauh dari rumah tersebut, Kushina berbalik memeluk erat Minato. Ia menangis sangat keras. Minato dengan penuh kesabaran membalas pelukan istrinya. Ia juga menepuk pelan punggung istrinya mencoba menenangkan.
"Kita coba lain waktu, ok?" Kushina mengangguk mendengarnya. Pada akhirnya mereka pulang dengan tangan hampa.
..
.
Sai memandang maid dihadapannya dengan tatapan tajam. Di tangannya sebuah pisau lipat ia mainkan tepat di depan wajah maid tersebut. Sejak tadi pun wajah sang maid terlihat pucat."Jadi mereka sudah datang kemari?"
"Ya tuan"
Sai melempar pisau di tangannya. Pisau itu melesat melewati kepala sang maid. Darah segar mengalir di pipi sang maid. Beberapa helai rambut terlihat jatuh akibat pisau yang dilempar Sai.
"Jangan biarkan mereka bertemu dengan Naruto, kau mengerti!"
"Kashikomarimashita" maid tersebut menunduk dalam sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Sai-kun"
Sai menoleh cepat ketika mendengar suara yang sangat ia hapal. Di sana berdiri Naruto yang menatap Sai dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Tidak sayang jangan tunjukkan wajah seperti itu padaku" Sai berjalan menghampiri dan memeluk Naruto lembut.
"Apakah mereka benar-benar datang kemari?" Naruto mendongakkan kepalanya memandang wajah tampan Sai.
Sai hanya diam. Ia tidak menjawab, lebih tepatnya tak ingin menjawab. Ia tahu apa yang dalam pikiran calon tunangannya tersebut.
Ketika melihat mata yang mulai berkaca-kaca milik Naruto, Sai menggeleng. Ia tangkup wajah Naruto. Ia kecup lembut bibir Naruto yang sangat ia sukai. Ia ingin lebih, tapi ia akan siapkan hal itu untuk acara utama nanti.
"Tidak sayang, ketika kau bertemu kembali dengan mereka. Maka aku dan kau tidak akan pernah bersatu"
Alis naruto tertaut menjadi satu. Ia berpikir sangat dalam. Hal ini menimbulkan kerutan di dahinya. Sai yang melihat itu hanya tersenyum dan mulai menunjukkan sifat jahilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Benang Merah
Fiksi PenggemarSetiap manusia diciptakan berpasangan. Mereka pasti memiliki benang merah takdirnya. Tidak ada yang mengetahui kepada siapa benang merah tersebut terhubung. Kita hanya bisa menebak-nebak saja, jadi serahkan saja semuanya pada takdir. Karena takdir i...