MB 1

59 7 23
                                    

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Begitu juga dengan liburanku yang akan segera berakhir. Tetapi tidak ada hal yang istimewa. Semua terlihat monoton.

Berbeda dengan yang kulihat di sosial media milikku. Teman-temanku yang memposting foto atau video liburannya. Terlihat sangat menyenangkan.

Namaku Nesya Firatha. Aku hanyalah seorang gadis biasa. Memiliki tubuh yang standar. Tidak tinggi dan juga pendek. Aku tidak memiliki wajah yang cantik. Tidak juga memiliki kulit seputih susu.

Saat ini, aku merupakan murid di salah satu sekolah menengah pertama di Jakarta. Aku tidak berstatus sebagai adik kelas maupun kakak kelas. Aku berada di antaranya.

Aku bersyukur bisa bersekolah di sana. Karena di sana banyak cerita yang akan selalu terukir dalam ingatan.

¤¤¤

Hari ini, hari pertamaku masuk sekolah. Keadaan kelas ramai karena semua sibuk bercengkrama bersama. Maklum, sudah lama kami semua tidak bertemu karena libur yang panjang.

Saat ini, aku ditunjuk untuk menjadi ketua kelas. Padahal aku tidak mau. Lagian kan pemimpin itu lebih baik laki-laki. Tetapi apa boleh buat.

Ketika kelas masih dalam keadaan ramai, wali kelasku datang bersama seorang laki-laki. Teman sebangkuku terus berbisik mengenai laki-laki itu.

"Sya, lihat deh ganteng banget masa," katanya.

"Apasih, Ra? Udah deh, biasa aja kali," balasku yang tidak tertarik akan pembicaraan itu.

"Terserah lo deh." Lalu ia terdiam.

Saat jam istirahat pun, semua murid perempuan yang berada di kelasku mendekatinya. Kecuali aku sih tepatnya.

Tiba-tiba ia mendekatiku yang sedang berbicara dengan teman sebangkuku.

"Eh, tolongin gue dong. Lo kan ketua kelas tuh, kasih tau mereka jangan kayak gitu. Risih gue," ucap Ezha.

Murid baru yang menjadi pembicaraan teman-temanku itu ya dia. Namanya Ezha Laditya. Menurut teman-temanku dia itu laki-laki yang tampan.

"Gue harus apa coba, kan mereka yang kayak gitu. Gue sih nggak," balasku.

"Karena cuma lo di sini yang nggak kayak gitu. Lo jadi temen gue ya? Biar gue nggak digangguin lagi sama mereka." Aku melebarkan kedua mataku. Dikira aku ini pengasuh dia apa ya. Datang cuma ada maunya aja.

"Ngapain sih lo datang ke gue cuma biar lo nggak diganggu mereka? Gue itu bukan pengasuh lo yang akan menjaga lo dari mereka. Lagian ngapain juga gue mau temenan sama lo kalau cuma buat dimanfaatin," ujarku lalu pergi ke luar kelas.

¤¤¤

Aku mendengar seseorang memanggilku tetapi aku tidak tahu siapa yang memanggil. Semua mulai meninggalkan sekolah. Aku pun tak menghiraukannya.

"Duh lo itu tuli apa gimana ya. Gue panggil daritadi juga. Capek nih lari ngejar lo," ujar Ezha dengan napas yang tidak beraturan.

Aku pun mengerutkan kening bingung. Ngapain juga dia mengejarku. Kurang kerjaan sekali. Lebih baik dia membantu membersihkan sekolah ini. Dapat pahala juga kan.

"Kurang kerjaan banget sih lo. Mending nih ya lo masuk ke dalam sekolah ambil sapu terus nyapu deh," tuturku dengan raut datar.

"Gue lari-lari ngejar lo gini bukan mau nyapu kali," balas Ezha.

"Lah, siapa juga yang bilang lo ngejar gue mau nyapu?"

"Tadi lo bilang gue masuk ke dalam sekolah terus nyapu."

My Bestfri(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang