My story in elementary school.

1.1K 19 4
                                    

Kau tahu? Aku pernah menyukai sebuah drama persahabatan. Sangat suka. Dulu! Well, itu dulu dulu sekali. Aku tak ingin mengingat itu, sungguh aku sangat ingin melupakan drama itu, juga setiap scene yang aku suka atau pun enggak. Aku hanya ingin meninggalkannya dan menjadikannya sebuah simpanan yang sama sekali tak ingin aku bagi pada siapapun. Aku ingin membuangnya. Tapi sialnya sampai sekarang, entah itu otakku yang memang terprogram seperti itu atau hanya aku yang terlalu berusaha membuang ingatanku tentang hal itu.
Kau pernah merasakan? Merasakan bahwa semua orang tidak menyukaimu, menjauhimu, membuangmu, dan kau dianggap hanya sebuah sampah yang hanya akan mengotori kisah orang-orang yang kau anggap sahabat?? Orang-orang yang kau anggap keluarga! Kau bahkan lebih buruk dari sampah, kau seseorang yang sama sekali tak terlihat dan juga tak berguna. Aku mengalaminya! Kau tau? Itu cukup menyesakkan, cukup menyakitkan. Tapi aku bisa apa? Berteriak meminta keadilan? Oh itu hal bodoh. Dan lebih bodoh lagi, hingga sekarang aku mengingatnya. Aku tidak menjadi diriku, aku benar-benar sangat berhati-hati. Takut? Yah, aku takut, sangat takut hal itu terulang. Disaat semua orang, well satu kelas tidak ada yang menganggap aku ada. Aku adalah makhluk yang tembus pandang yang bahkan setan tak menerimaku. Dan itu sakit sekali, karena hingga saat ini.... Aku masih berharap! Yah, AKU MASIH BERHARAP MEREKA MENGINGATKU! Walau itu hanya karena aku gadis bodoh yang menyebalkan, setidaknya mereka mengingatku bukan? Tapi sayangnya, Aku tetap menjadi makhluk tembus pandang yang tak berguna bagi mereka.


Best friends? Ahh, I remember! Long, long ago and they never told me spells (which may now still want me to speak with them) I strongly believe that effective (it's not). "OUR FRIENDS FOREVER". Honestly I still want to say it again, with them. Well, I know because of their ignorance away! I was stupid. Well I was stupid, very stupid.
Now! I'm just a spectator who (again invisibility) about their friendship which still continues without fools like me.

Cliche. It's the story of my life too cliche. But that's what happened, and I do not want to actually live it.

From here I can only pray that they stay that way for a long time and very long. Although painful. I like to be transparent audience and always be outside the comfort zone that they make.


I'm just a spectator.
I'm just a spectator.
I'm just a spectator.
I'm just a spectator.

Will I remember what my position is. :) Forever.

My story in elementary school.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My story in elementary school.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang