Vol.1 : Dance, Your Perfection, So Is My Last?

556 57 18
                                    

LAST DANCE
SVT Kim Mingyu; Twice Chou Tzuyu
Romance fiction
2016 © kimikookie

______

Pilar-pilar besar yang tersebar di dalam aula berusaha tegar. Berdiri sendiri melihat setiap pasangan berdansa di bawahnya. Denting piano romantis memanjakan setiap telinga yang mendengar, menyelaraskan pola tari yang tak terlukis di lantai.

Chou Tzuyu, gadis yang berdiri di bawah lukisan tiruan Monalisa karya Leonardo da Vinci di jaman Renaissance, tak perlu ditebak pun wajahnya sudah melukiskan kebosanan. Di tangannya ada segelas vodka, namun tak setetes pun ia minum. Dwimanik indahnya mengintai diam-diam, melihat setiap pasangan yang berdansa. Memerhatikan gaun yang dipakai si wanita, dasi yang dipakai si pria, sepatu yang dipakai keduanya dengan tatapan nyalang yang disembunyikan.

Saat di rumah, dalam benaknya hanya ada pesta sekelas punya Cinderella. Menari anggun, dan pakaian yang menawan. Namun nyatanya ia begitu menyesal sudah datang ke pesta picisan begini. Orang-orang berdansa sesukanya. Bahkan meski musik jelas bernada klasik, selalu ada cowok norak yang menari ala b-boy. Sungguh tak terkendali.

Tapi sebenarnya ini karena ia malas.

Terlebih karena ia hanya menjadi penonton.

Tak punya pasangan.

Tak jauh, seorang pria memandangnya dengan senyum yang terus dicoba untuk disembunyikan. Dalam jarak nyaris dekat, pria itu bisa melihat bagaimana tatapan Tzuyu berkilat-kilat, bagaimana pula bibirnya yang semerah cerry mendesis rendah. Pria itu Kim Mingyu, ketua tim basket sekolah yang datang ke pesta malam ini atas sebuah ajakan kehormatan dari Kepala Sekolah (karena sebenarnya Mingyu malas sekali datang ke tempat ramai dan menyebalkan sejenis pesta ini). Tapi anggapan itu sudah ia telan bulat-bulat, sebab beberapa meter dari tempatnya berdiri, ada Chou Tzuyu, siswi internasional dari Taiwan yang cowok-cowok bilang sangat cantik dan menawan (dan sialnya Mingyu harus mengakui itu) tengah berdiri sendiri dengan tangan yang menggenggam gelas berisi vodka yang sama sekali tak terlihat pernah ia minum.

Tzuyu memakai dress selutut berwarna hitam, berenda transparan dibagian pinggul. Dilehernya terikat sebuah choker bersalib. Rambutnya yang sepekat laut mediterania tampak berkilau terkena sinar lampu, bergelombang seperti ombak lembut dini hari. Oh, dan jangan lupakan eyeliner tipis di mata, blush on tipis merah muda di pipi, dan lipbalm cherry yang menggoda di bibirnya. Mingyu menelan salivanya kepayahan. Sekilas mengingatkan Mingyu akan wanita cantik sensual pengisap darah, Succubus.

"Berdansa denganku?" tanya Mingyu skeptis, mengulurkan tangan kanannya pada Tzuyu setelah ia berani berjalan mendekat. Tiada jawaban, membuat Mingyu berpikir ini adalah penolakan keras sampai Tzuyu meletakkan gelasnya dan menyambut tangan Mingyu dengan senyuman.

"With pleasure," balas Tzuyu nyaris berbisik. Percayalah, saat itu juga rasanya jantung Mingyu meledak sampai tak sadar kalau tangannya telah menggenggam tangan Tzuyu terlalu erat.

"Maaf," kata Mingyu. Tzuyu tersenyum menawan. Dalam hatinya, ia berbisik bahagia.

'Aku telah dijemput pangeranku, Tuhan.'

Mingyu merangkul pinggul Tzuyu, membawanya ke tengah aula. Dan ketika Tzuyu sampai di tengah aula, segala persepsinya tentang pesta picisan menghilang. Terganti oleh pesta negeri dongeng yang ia impikan. Mingyu menghadap Tzuyu-kentara sekali tinggi mereka. Tzuyu hanya sampai sebahu Mingyu- dan melingkarkan tangannya dipinggul Tzuyu, mendorong punggung gadis itu agar makin erat dengannya. Tzuyu bukanlah penari yang handal, namun kakinya dengan otomatis bisa mengikuti pola lantai yang tak tergambar.

"Kenapa kau datang ke sini?" tanya Tzuyu, masih menari dalam dekapan Mingyu.

"Aku? Well, mungkin gara-gara takdir mengharuskan kita untuk bertemu," jawab Mingyu nyaris berbisik. Tzuyu menunduk. Menahan napasnya dan jantungnya yang berdetak tak keruan mendengar jawaban ultimatum itu.

LAST DANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang