Giovanni: Hey there.
Ester mengernyit pada layar ponsel miliknya yang tengah menampilkan chatroom baru. Digiring oleh notifikasi yang tertera di bagian atas, jarinya reflek mengetuk sebaris tulisan yang menyembunyikan penampakan bar sinyal dan baterai. Dan, jadilah ia memandangi chatroom yang baru dihuni satu balok itu. Nama Giovanni tertera sebagai pengirimnya.
Tidak, Ester tidak masalah kegiatan gaming pokernya terganggu. Lagipula, dia sudah nyaris menang. Sejatinya, bukan kepingan koin yang Ester berusaha kais, melainkan keputusasaan lawan yang dirasakannya mengaliri pembuluh darah, membuatnya kegirangan dan merasa jadi raja. Masalahnya yang mengusik pikirannya sekarang adalah: Ester belum pernah mendengar nama itu selama ini.
Giovanni Prasetyo.
Giovanni? Siapa Giovanni?
Ester mengernyit. Dia merasa punya kenalan bernama Gio, tapi bukan Giovanni. Cukup Gio. Ester lupa nama lengkapnya, tapi yang jelas bukan berembel Prasetyo. Jemari Ester menggosok dagunya, berusaha mengingat-ingat siapa sosok Giovanni yang barusan menyapanya ini. Display picture-nya yang bergambar cowok anime tidak membantu Ester mengingat apa pun. Sama sekali.
Jemari ester berpindah ke layar ponsel. Dia menyerah pada ingatannya yang mendadak payah.
Ester: Gie!
Giovanni: Gie?
Ester meringis. Bukan, ya?
Giovanni: Bisa minta tolong untuk share info dari grup, nggak? Aplikasi chatku trouble, entah kenapa, jadi nggak bisa buka untuk sementara waktu.
Ester menjentikkan jari. Sialan. Kenapa dia bisa lupa kalau Gio ini kenalannya di salah satu organisasi funding ilmu pengetahuan yang ada di internet?
Ester: Iya, Gie. Abis kalo Gio kesannya pasaran. Is it okay? Or should I call you with another nickname?
Ester: Yang baru di grup sih nggak ada. Masih bahas masalah overlay foto buat semarak share di sosmed untuk first gathering kita. Bahas tempat dan makanan udah kelar dan fix, semua setuju.
Sebelum jari Ester sempat membuka aplikasi poker untuk bermain lagi, notifikasi dari Giovanni sudah muncul lagi. Ester nggak ingin membuat kesan buruk pada orang yang terutama belum dia temui, jadi cepat-cepat dia sentuh sebelum notifikasinya hilang.
Giovanni: Oh, it's okay, really. Cuma baru kali pertama dipanggil begitu, jadi belum kebiasaan.
Giovanni: Bukannya kita sudah sepakat untuk voting, ya?
Ester: Okay, Gie. So, I'm the first, then?
Ester: Yup. Deadline pengumpulan desain overlay-nya sudah ditutup tadi sore, dan Detha janji bakal kirim semua yang sudah disetorkan ke dia nanti di grup. Dia janji jam delapan, sih. Sepuluh menit lagi.
Giovanni: Yes, you are. And what should I call you there?
Giovanni: Ach, so. Aku nggak tahu kapan aplikasiku bakal bener, so daripada terlambat vote bahkan akhirnya golput, bisa minta tolong kirimin overlay-nya nanti lewat sini?
Ester: Ester would be fine.
Ester: Okay. Five minutes to go.
Notif baru masuk dari aplikasi chat yang lain. Rupanya foto overlay yang sudah di-grid dan dibubuhi nomer pada masing-masing desain dikirim ke grup chat mereka. Ester mem-vote untuk dirinya sendiri, kemudian gambar itu dia simpan untuk diteruskan ke Gie.
KAMU SEDANG MEMBACA
H2H
Teen FictionApakah kamu percaya kalau kata-kata memiliki nyawa? ❏ Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, latar, dan alur cerita, itu hanya kebetulan semata. Selamat membaca.