Jam beker diatas meja sudah berdering sejak 30 menit yang lalu, namun seseorang yang masih terlelap diranjang bermotif Elmo itu tidak terbangun juga. Seorang gadis terlelap dengan bantal menutupi wajahnya dan selimut yang sudah berantakan di lantai.
Kreekk..
Seorang wanita paruh baya, namun berwajah seperti wanita berusia 25an, berkulit putih dan bermata sejuk, perlahan membuka pintu kamar itu dan menggeleng melihat kebiasaan buruk putrinya. Ngebo.
"Nja, Anja. Bangun, hari ini kamu libur ya?" Suara lembut itu perlahan berhasil membuat gadis itu membuka matanya. Gadis itu tersenyum kecil. Matanya masih sayu. Ia menoleh ke arah jam bekernya, dan sontak terkejut melihat waktu yang tertera disana.
Pukul 06.45
Lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi.
TIDAK. INI SALAH. IA TERLAMBAT BANGUN. LAGI.
"Bundaaa... Kenapa nggak bangunin dari tadi? Anja udah telat ini. Arggg." Gadis itu bergegas berdiri dan tergopoh-gopoh bersiap mandi.
Seragam sudah terpasang di tubuhnya. Semua sudah rapi. Di pojok kanan atas, terpampang jelas nama si pemakai. Senja Alkhaira.
Ya, nama gadis itu Senja. Dan "Anja" panggilan dari ibunya.
Senja mengambil motornya di garasi dan melaju dijalanan kota yang ramai.
Pukul 07.15
Gerbang sudah akan ditutup oleh satpam. Ah, Senja sudah mengenal lama satpam itu. Namanya Pak Amil.
"Ehh, ini jam berapa? Kamu kira ini masih pagi buta? Kamu telat 15 menit!!" gertak Pak Amil, satpam tua berjenggot tipis serta bertubuh gembul.
"Bapak yang baik, aku kan sudah telat, nah maka daripada itu, izinkan aku masuk biar nggak tambah telat masuk kelas. Oke??" Senja memelas. Dan anehnya, wajah manis kucing yang dibuat-buatnya saat memelas ini dapat meluluhkan hati siapa saja, termasuk preman galak sekalipun.
"Masuk sana!!"
Setelah memarkirkan motor, Senja berlarian menuju kelasnya yang terletak di pojok dekat ruang guru. Ia mengendap-endap dan menyelinap masuk kelas.
Beruntungnya, hari ini jam pertama adalah pelajaran Bu Asih, guru Bahasa Inggris.
Dengan mudahnya, Senja melenggang masuk dan menaruh tasnya di bangku tengah. Ia sudah tau tas siapa yang sudah ada disampingnya. Ara. Gadis berwajah lucu dengan satu lesung pipit disebelah kanan. Sahabatnya sejak kelas 10 SMA.
"Kebiasaan buruk lo emang nggak bisa berubah ya, Nja. Molor mulu. Payah." celetukan itu berasal dari ujung bangku belakang.
Si pria jangkung. Berbadan tegap dan bergigi putih. Namun kulitnya tak seputih giginya. Hahaha.
Aresta Renanda. Ketua kelas XI IPA 3. Panggil saja Ares atau Aren atau juga Coren. Disini "coren" artinya Coklat Aren. Mengapa dipanggil "Coren"? Yah, kalian pasti tau sendiri alasannya.
"Heh, woles aja bang. Yang penting kan selamat dari guru piket, hehehe." Senja terkekeh kecil lalu mengerjap menatap ke arah luar.
*********
Pagi ini, dikelas XII IPA 1, seseorang menatap ke arah langit, menengadahkan tangannya ke luar jendela, merasakan desiran udara dingin menyergap, dan mencium wangi tanah dan bunga yang berpadu apik nan segar. Hujan mulai turun. Diiringi awan hitam berkelebat dan tetesan air yang statis turun satu per satu dari langit. Rasanya indah. Ia menyukai suasana hujan. Sangat.
Hujan Satria Dirgantara.
Itulah namanya. Seperti namanya, ia lahir pada saat suasana hujan dan ditemukan saat hujan oleh ibu angkatnya. Panggil saja dia, Hujan. Dia sangat suka bilang orang menyebut nama depannya daripada bagian namanya yang lain. Menghirup udara saat hujan adalah kegemarannya. 'Menurutku, suasana hujan adalah surga bagiku.' Itu pendapatnya.
"Jan, lo udah ngerjain PR biologi belum?" tanya Arga, sohibnya sejak mereka masih sama-sama bayi telanjang.
"Udah lah, emang kayak lo. PR aja di duain, apalagi pacar. Parah lo bro." Hujan terkekeh geli pada sohibnya itu. Tragis.
Tiba-tiba, dari arah pukul 1, seorang gadis menghampiri meja mereka. Gadis itu tersenyum manis. Hujan tersenyum balik.
"Jan, gue boleh ke rumah lo nggak nanti? Gue mau main sama Tisa."
Hujan sebenarnya tahu persis niat gadis itu, ia tahu gadis itu tidak ingin bertemu Tisa-adik tiri Hujan- melainkan ia ingin mencuri pandang pada Hujan dirumahnya. Ia tahu semua itu. Terlalu sering gadis lain beralasan sama.
"Umm, maaf banget nih, Ta. Kayaknya hari ini Tisa ada latihan orkestra deh. Tita mending tanya langsung aja ke Tisa nya," Hujan tersenyum tipis dan kembali menatap luar. Tak ingin memperdulikan apa yang akan dikatakan gadis itu lagi. Ia bosan. Semua gadis hanya ingin mencari perhatiannya.
Sebenarnya pasti ada cewe yang beda dari yang lain. Cewe yang akan menarik perhatiannya karena kepolosan, bukan dibuat-buat. Cewe yang akan membuat seorang Hujan jatuh hati padanya. Cuma tuh cewe belom ketemu aja. Dimana ya dia?
Hujan tersadar dari lamunannya setelah guru biologinya datang, dan menertawakan wajah Arga yang terlihat kumal karena lupa tak mengerjakan PR.
"Makanya, jadi orang tuh nggak cepet pikunan. Kebanyakan macarin anak orang sih lo."
"Sialan lo, Jan." gerutu Arga sambil meninju bahu kanan Hujan.
And I will be find you in the thousand of people in universe. Just one, it's you.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN DAN SENJA
Teen FictionLangit sudah menghitam. Matahari sudah tertutup awan kelabu. Hawa dingin menyergap. Orang-orang berkata, "Wah, hujan akan turun!" Hujan. Nama itu. Namamu. Indah dihiasi rintik air yang statis membasahi tanah. Hujan. Senja Senja. Hujan. Hujan dilang...