Pagi berganti siang, Prilly dan Annisa masuk ke sebuah caffe untuk menemui Ali yang sebenarnya memang dua gadis ini mengikuti Ali sedari tadi pulang sekolah, bahkan seragam putih abu-abu pun masih melekat sempurna di tubuh mereka.
Pas saat masuk Prilly dan Annisa sudah mendapati Ali yang duduk tepat dekat jendela, disertai cowok itu sibuk dengan sebuah kamus berukuran sedang di tangannya beserta buku tulis dan pulpen di mejanya.
"Nah, lo samperin gih, Pril. Suruh liat video yang gue bikinin buat dia," ucap Annisa ketika nafasnya sudah ia atur. Prilly menganga.
"Hah? Kok gue sih? Lo aja deh. Lagian, 'kan perjanjiannya gue cuma nemenin elo." Prilly memandang malas sahabatnya itu.
"Yha, ayo dong, Pril. Bantuin gue. Lo tau sendiri, 'kan kalo gue gak berani ngomong langsung sama Ali? Katanya lo mau comblangin gue sama dia, gimana sih!" Annisa memohon, membuat Prilly mendengus.
"Mau, ya-ya-ya?" ucap Annisa memegang kedua tangan Prilly serta mengeluarkan jurus puppy eyes-nya itu.
Ck, selalu aja gitu. Prilly membatin. Merasa geli Annisa terus saja pasang kedip-kedip matanya itu Prilly pun akhirnya mengangguk pasrah.
"Iya, iya, gue bantuin."
Annisa kontan memeluk Prilly.
"Aaa, makasih mpril!" Seru Annisa.
"Bangsat, gak bisa nafas gue bego!"
"Hehe, maaf sih."
Prilly memutar bola matanya.
"Yaudah, sana." Annisa mendorong tubuh Prilly yang membuat gadis itu mendengus sebal.
"Ish, iya iya!"
"Sukses, mpril-kuuu!"
Dan Prilly pun berjalan menghampiri Ali, dengan perasaan yang gak biasanya. Duh, gue ini kenapa sih. Pikirnya.
Dengan santai, Prilly langsung duduk di samping Ali. Ali yang sibuk pun tidak menyadari kehadiran Prilly disampingnya.
"Duh, ini gimana sih ngerjainnya?" Gerutu Ali. "Susah pula. Lagian juga gurunya, gak ngira-ngira banget kasih PR susah begini!" Sambungnya dongkol menatap tugas yang diberikan oleh Pak Danu, guru matematika.
Prilly yang melihat Ali pusing, menggelengkan kepalanya. Lalu ia pun kembali memperhatikan Ali yang mulai menulis.
"Itu salah," kata Prilly. Sontak membuat Ali kaget.
"Lo! Bikin kaget tau gak?!" Ali mengelus dadanya.
Prilly cengir. "Hehe, maaf sih."
"Lo ngapain kesini?" Tanya Ali.
"Gue punya sesuatu buat lo." balas Prilly lalu mengambil handphonenya di dalam tas. Ali yang melihatnya bingung.
"Nah, Annisa buatin lo video. Please, lo liat ya?" Kata Prilly memohon.
"Tapi, gue lagi sibuk. Lain kali ya?" Ali menolak secara halus.
"Liatin dulu aja, nanti baru lanjut lagi tugasnya. Ya-ya-ya? Please, please, please?" Prilly memasang puppy eyesnya. Ali yang melihatnya merasa gemas, kontan ia pun mencubit pipi chubby Prilly.
"Ihhh, gemesin banget ciii," ucap Ali yang di akhirnya katanya meniru suara anak kecil.
Sedangkan dari depan meja mereka yang agak jauh dari tempat duduk, Annisa memperhatikan Ali yang mencubit pipi Prilly. Tiba-tiba saja tangan mengepal. Annisa memandangnya malas. Lalu tiba-tiba datang seorang waiter.
"Maaf mbak, itu menunya kebalik," ucap sang waiter itu. Annisa menatap buku yang sedari tadi di pegangnya, sedetik kemudian ia menyengir. Di putarnya buku tersebut, lalu sang waiter tadi pun pergi. Annisa kembali memasang matanya memperhatikan objek saat ini.
"Awh, sakit!" Prilly mengadu sakit pipinya di cubit, dan melepaskan tangan Ali dari pipinya. Prilly mendengus, hal itu membuat Ali terkekeh.
"Oke, gue liat videonya. Tapi dengan satu syarat,"
Prilly mengangkat satu alisnya. "Syarat?" tanyanya. Ali mengangguk. "Iya."
"Apaan?"
"Lo harus bantuin gue ngerjain ini tugas, gimana deal?" Ali mengulurkan tangannya.
"Deal." Dan Prilly pun membalas uluran tangan Ali.
Klik. Video terputar.
[Gausah di jelasin, susah. Pokoknya intinya videonya itu di stopmotion, tau gak? Kalau enggak tau, di tauin aja yaaa, hehe. Soalnya gue sendiripun gak tau😢]
"Gimana, keren gak?" Tanya Prilly saat Ali sudah mempause videonya.
"Hmm, nice." Balas Ali singkat. Bukan Prilly saja yang cengo. Annisa yang gak jauh dari tempat mereka dudukpun bisa dengar respon Ali.
#?!#?!#?!. Timbul di atas kepala Annisa.
"Gitu doang?" Prilly bertanya. Ali melirik Prilly lalu mengangkat satu alisnya.
"Maunya?" Katanya bingung.
"Yang lebih panjang. Wait, gue rekamin dulu."
Ali bingung harus berkomentar apa tentang video yang dibuat Annisa. Gak mau lama-lama, cukup bilang terimakasih yang panjang pun terlintas di pikirannya.
"Oke," Prilly mulai merekam.
"Terimaaa.... Kasihhh... Terimaaa... Kasihhh..." Ucap Ali.
Prilly sih enggak pusing ya, mau responnya kayak gimana. Tapi daritadi yang memperhatikan mereka itu, yaitu Annisa merasa jengkel dengan komentar yang Ali berikan.
#?#$#@#/#!
"Udah panjang, 'kan?" Tanya Ali ketika Prilly sudah menghabiskan rekamannya.
"Makasih, btw." Ali mengangguk.
"Nah, sekarang giliran lo ajarin gue!"
"Ayo."
Selesai mengajarkan Ali, Prilly pun pamit untuk pulang karena hari sudah sore. Sempat Ali menawarkan Prilly untuk pulang bareng tadi, tapi Prilly tolak. Ntar gimana Annisa? Masa iya, di tinggal.
"Yaudah ya, dah." Prilly melambaikan tangannya dan Ali membalas dengan senyum, lantas Prilly pun segera bangkit dari duduknya lalu keluar caffe.
Berpapasan keluarnya Prilly, Annisa langsung menghampiri Prilly.
"Yha, gimana sih. Masa gitu doang responnya Ali?" Ucap Annisa terlihat sebal. Prilly dibuat terkekeh geli.
"Haha, gapapa kali. Yang penting, Ali udah mau liat video lo," kata Prilly. "Kan masih ada hari lain lagi." Sambungnya.
Annisa mengerucutkan bibirnya. Mukanya terlihat menggemaskan.
"Nggak usah cemberut gitu, ah. Jelek." Ledek Prilly tertawa geli.
"Ah, lo mah!" Annisa merengek.
"Hahah, udah-udah mendingan sekarang kita pulang. Langit mendung, Ntar keburu ujan turun. Ayo."
Dua gadis ini pun pergi meninggalkan caffe tersebut.
800+ words, panjang gak sih? Aku rasa sih iya, tapi gatau kalo menurut kalian hehe. Yaudah gapapa, panjang gak panjang pendek atau pendek yang penting selalu update! Tapi jangan lupa bintangnya di beri warna, sekalian sertakan komentar kalian di kolom, okay baby?
Bhay!
-isma❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Muser
FanfictionGausah sinopsis, langsung aja baca! Jangan lupa, vote & komen ya guys!!❤