Chapter 17: Pandora Box & The Gatekeeper

4.6K 357 2
                                    

Sebuah mimpi dimana aku melihat diriku sendiri tertidur di dalam peti yang bertaburkan bunga Mawar. Layaknya Putri Snow White yang tertidur karena racun. Tidak ada seorang pun di sana, kecuali seorang lelaki tampan dengan rambut pirangnya yang panjang tergerai, jatuh mengenai salah satu sisi peti. Ia menatapku yang tertidur dengan muka memelas. Satu pertanyaan yang mengiang di kepalaku. Siapa dia?

"Kumohon jangan rebut dia dariku,"

Lelaki itu mengepalkan tanganku dan memeluknya. Sambil terkadang menempelkannya pada pipinya yang pucat. Terkadang ia mencium tanganku.

"Bangunlah, Reika, kumohon!"

Kali ini ia meneteskan air mata dan jatuh ke wajahku. Tak lama seorang wanita muncul dari balik pintu besar. Ia menawarkan sebuah apel.

"Kalau kau tak ingin berpisah darinya, susul dia dengan memakan apel ini," ujar wanita itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau kau tak ingin berpisah darinya, susul dia dengan memakan apel ini," ujar wanita itu.
"Aku yakin kau akan bertemu dengannya di lain dimensi," tambahnya.

Sekejap pria itu langsung memberikan tatapan marah dan menyerang wanita itu.

"Kau pikir aku bodoh? Kau pikir aku mau memakan apel busukmu itu, dasar wanita bajingan!"
Lelaki itu mengarahkan pedangnya tepat ke wajah wanita tersebut. Namun niatnya terhenti ketika melihat wanita itu tersenyum.

"Kau tak kan bisa membunuhku, karna walaupun kau membunuhku, takkan ada perubahan ataupun keajaiban yang dapat membangunkan kekasihmu yang sudah tertidur sangat lama itu,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau tak kan bisa membunuhku, karna walaupun kau membunuhku, takkan ada perubahan ataupun keajaiban yang dapat membangunkan kekasihmu yang sudah tertidur sangat lama itu,"

Lelaki tersebut kemudian mengurungkan niatnya dan pergi meninggalkan ruangan. Lagi-lagi wanita tadi hanya bisa tersenyum sinis kemudian mengarahkan pandangannya ke arah peti. Sambil memegang sisi peti, ia meletakkan sebuah bunga merah di dadaku.

"Kau memang beruntung Reika, bisa memiliki lelaki yang setia sampai mati. Ia bahkan merawatmu walaupun kau sudah di dalam peti. Lihat, kau begitu anggun dengan dress putih yang diberikannya padamu. Inilah yang membuatku sangat iri denganmu,"

Tak lama wanita itu juga meninggalkan ruangan. Aku kembali jatuh ke dalam lubang hitam. Saat sudah sadar, aku sudah berada di atas tempat tidur.

"Tadi itu apa ya? Mimpi? Atau penglihatan masa lalu?" pikirku.
.................................................................

The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang