Bagaimana mungkin, saat aku sakit, kamu orang pertama yang aku ingat. Sementara kamu, tidak peduli sama sekali. Jangankan menjenguk, menanyakan keadaanku saja tidak.
Kamu yang selalu ku sebut dalam doa, tanpa kamu minta. Aku, yang selalu berharap kesehatanmu, kebahagiaanmu, dan keberhasilanmu sama sekali tidak pernah kamu pedulikan. Tidak! Aku tidak terluka karena kamu abaikan. Aku hanya menyesal pernah lebih mencintaimu daripada diriku sendiri.
Aku seorang pemalu. Tapi karenamu, aku memaksakan diri untuk tidak malu mendekati laki-laki terlebih dahulu. Aku punya duniaku sendiri, cuek dengan ini dan itu. Tapi kamu, membuat seluruh perhatianku tertuju padamu. Aku? Hampir tidak pernah peduli dengan penampilan. Tapi kamu, berhasil membuatku berubah banyak meski tidak seratus delapan puluh derajat. Dan aku, jarang sekali bisa jatuh cinta. Tapi kamu, berhasil melakukannya. Sekaligus sukses membuatku patah hati dalam satu waktu.
Sayap-sayapku patah. Puing-puingnya terhempas kemana arah angin membawanya. Menyebar di bumi. Entah arah Utara, Timur, Barat, Selatan, atau kombinasi dua arah, tiga arah, atau semuanya. Hal itu, benar-benar membuatku lupa cara terbang.
Esok lusa, jika kedua sayapku telah tumbuh kembali, aku akan belajar terbang lagi. Aku tidak kapok. Karena meski jika suatu hari nanti sayapku patah lagi, aku sudah lebih kuat. Rasanya tidak akan sesakit hari kemarin. Dan tidak peduli seberapa sering sayapku patah, dia akan terus tumbuh. Lebih indah dan lebih kuat dari sebelumnya.
Aku ucapkan terimakasih kepadamu yang telah mematahkan sayapku untuk kali pertama. Dan yang telah membuatku mengerti bahwa aku tidaklah terlalu berharga, jadi aku tidak boleh sombong. Namun aku harus terus menghargai diriku sendiri untuk kemudian menjadi kuat dan indah agar seseorang di masa depan merasa beruntung memilikiku.
Selamat tinggal kamu. Setelah pergi, aku lupa cara kembali. Tidak sama seperti terbang, aku tidak mau belajar pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
General FictionSelamat tinggal kamu. Setelah pergi, aku lupa cara kembali. Tidak sama seperti terbang, aku tidak mau belajar pulang~ Aku tidak marah karena kamu tidak peduli. Aku hanya sedikit menyesal pernah lebih mencintaimu daripada diriku sendiri~ Terbanglah d...