Annisa Marah

1.1K 84 0
                                    

"Baik anak-anak, sampai disini dulu pembahasan materi kita hari ini. Selamat beristirahat semua," ucap Bu Farida saat jam pelajaran habis serta bunyi bel istirahat berkumandang.

Semua yang berada dalam ruangan kelas bersorak. Bu Farida keluar lebih dulu, lalu disusul beberapa murid yang lainnya untuk ke kantin mengisi perut mereka yang kelaparan.

Berbeda dengan yang lain, Prilly justru hanya berdiam diri dikelas menundukkan kepalanya sebagai tangannya sebagai pengganjal kepalanya.

Yap, Prilly semalam itu begadang jadi kayaknya masih ngantuk. Semalam gak bisa tidur gara-gara mikirin Annisa yang salah paham padanya. Bingung, mau jelasinnya kayak gimana. Gadis itu tau betul, bagaimana sifat sahabat satunya itu. Annisa kalau udah liat dengan mata kepalanya sendiri, atau bahkan cuma liat yang emang sebenarnya benar, cewek itu pasti selalu salah paham apa yang dilihatnya. Jadinya, Prilly bingung di jelasin kayak gimana lagi agar Annisa gak nuduh Prilly yang enggak-enggak lagi.

Kantin, Ali duduk sendirian sambil memainkan ponselnya. Di mejanya terdapat beberapa cemilan serta minuman botol jeruk, Floridina.

Tiba-tiba Ali mengalihkan pandangannya dari benda yang ditangannya itu, menatap seluruh isi kantin mencari seseorang.

"Prilly mana, ya? Kok gue gak liat dia daritadi?" Ali berucap pelan dengan alisnya dia naikkan satu.

Dihadapannya, lewat Annisa. Ali berdiri lalu memanggil cewek itu.

"Annisa!" Panggil Ali. Yang dipanggil pun menoleh, lalu tersenyum.

"Lo.. lo manggil gue?" Kata Annisa gugup.

Ali menatap Annisa heran. Ngapa gugup dah ni anak? Ali membatin.

"Ah, iya. Lo liat Prilly gak? Daritadi gue gak liat dia soalnya," pertanyaan Ali kontan membuat Annisa langsung mengubah mukanya jadi datar.

"Gue gak tau si pengkhianat itu dimana. Dan gue emang gak mau tau!" balas Annisa menekan kata pengkhianat, lalu berlalu dari hadapan Ali.

"Ck, itu anak kenapa sih? Tadi aja senyum, eh jadi datar gitu mukanya. Masih marah sama Prilly, kali ya? Ah, ini juga kan salahnya gue. Ali, lo dodol!" Ali berbicara sendiri. Dan sedetik kemudian cowok itu segera pergi meninggalkan kantin menuju kelasnya. Siapa tau aja Prilly ada di kelas. Pikirnya.

Dan benar saja, Ali melihat Prilly yang menundukkan kepalanya dengan tangan yang dilipat dimeja sebagai bantal kepalanya.

Ali masuk menatap Prilly kasihan. Gue yang salah, Prilly yang kena imbasnya. Dia jadi dijauhin sama Annisa. Batinnya. Cowok itu duduk di samping bangku Prilly, lalu tangannya terulur untuk mengelus kepala Prilly. Prilly sepertinya sadar akan kehadiran, Ali. Tapi dia gak mau angkat kepalanya, pusing kayaknya.

"Pril." Sahut Ali. Tidak ada respon dari Prilly.

"Gue minta maaf sama lo ya, gara-gara gue lo sama Annisa jadi musuhan kayak gini. Sumpah gue cuma iseng deh, suer." Kata Ali lembut masih dengan mengelus rambut Prilly.

Prilly yang mendengar perkataan Ali, menutup matanya. Sebenarnya ini masalah sepele aja, dan gak sepenuhnya juga Ali salah. Coba aja gue gak ketiduran, atau bahkan gue langsung lari aja ninggalin dia di caffe, pasti gak gini jadinya. Pikirnya.

Perlahan Prilly mengangkat kepalanya, lalu menatap Ali disampingnya.

"Nggak papa. Biasa mah itu," ucap Prilly. Ali mengangguk saja.

"Yaudah, kalo gitu gue ke kantin dulu, laper." Prilly bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan Ali di dalam kelas.

Sesampainya Prilly di kantin, ia mencari tempat duduk yang kosong. Prilly mengedarkan pandangannya, lalu terhenti di sebuah kursi yang tak jauh dari tempat Salsa duduk, teman sekelasnya. Prilly melangkah mendekati Salsa, lalu duduk di samping temannya itu.

"Kok lo disini? Ini kan tempatnya Nisa," tanya Prilly.

"Oh, Nisa yang nyuruh gue disini. Nggak apa-apa, 'kan?" balas Salsa.

"Ohiya, gapapa," Prilly mengangguk sembari tersenyum.

Setelah itu Prilly menolehkan kepalanya ke belakang, dan mendapati Annisa yang sedang bersenda gurau dengan teman seangkatannya juga. Sedangkan, Annisa yang dilihat oleh Prilly langsung membuang muka.

Ya ampun, Annisa beneran marah sama gue. Sampe duduk aja dia gak mau. Gue emang nggak tau letak kesalahan gue dimana. Prilly membatin.

Rasanya Prilly ingin menangis saat ini juga, bila di cuekin oleh sahabat sendiri. Prilly menghela nafas berat, lalu segera pergi dari kantin tidak kuat melihat Annisa yang cuek terhadapnya.

Di lain sisi, Ali bertanya-tanya di mana Prilly pada teman-temannya.

"Liat Prilly gak?" Tanya Ali kesalah satu siswa perempuan.

"Enggak." Jawab siswa itu.

Ini yang kesekian kalinya, Ali bertanya. Mukanya nampak frustasi. lalu tiba-tiba pandangannya melihat Prilly yang berjalan gontai menelusuri koridor sekolah.

"Pril," panggil Ali. Prilly mengangkat kepalanya. Melihat Ali yang berjalan mendekatinya, gadis itu lantas pergi ingin menghindari Ali.

Ali yang melihat Prilly ingin pergi langsung menahan tangannya.

"Apaan sih!" Sentak Prilly sambil melepaskan cengkraman tangan Ali.

"Lo kenapa, sih? Tadi perasaan baik-baik aja deh," tanya Ali.

"Nggak papa. Mending sekarang lo jauh-jauh dari gue deh. Gue gak mau, dengan lo yang terus-terusan deketin gue, malah bikin Annisa makin benci sama gue!"

Setelah berucap seperti itu, Prilly berlalu pergi meninggalkan Ali. Ali terdiam melihat punggung Prilly yang sudah menjauh.

Arrrrrgghhh!!!!

Dan Ali mengusap mukanya, frustasi.

Pendek? Kan, udah bilang gak bisa nulis panjang2!! Vomments jgn lupa, jangan jadi pembaca gelap! Gak baek, org baik jadi PG! 😂😄 *apasih

Bhay!

-isma❤

MuserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang