//ini book kedua gue (disini, di wattpad) yang lumayan niat. yang kemaren -codename- cuma niat covernya doang, sisanya gue copas dari pc, dan kelihatannya itu bakal lama selesainya karena gue lupa -_- (udh gue apus) sementara ini cerita udah ada di otak gue semenjak kemarenkemaren QAQ jadi semoga kalian suka ya, ada kritik bisa bantu komen! :3 btw maaf jepangjepangan, ini awalnya buat komik tapi karena gambar gue jelek yaaudah cerita aja jadinya T-T//
****
".........."
Yuka mematung di depan pintu apartemen nomor 312. Miyazawa, begitu bunyinya. Nama belakangnya memang sama seperti nama belakang Paman Miyazawa, kerabat jauhnya tetapi sangat dekat dengan orangtuanya. Tetapi seingat perempuan berambut panjang itu, dia beberapa kali menceritakan mengenai rumahnya, bukan apartemennya. Dia dan istrinya sangat kaya juga baik. Ketika mereka berkunjung, mereka selalu membawakan mainan dan hadiah lainnya untuk Yuka yang masih kecil. Rasanya tidak mungkin dia tinggal di apartemen, apalagi mereka pernah bercerita memiliki tiga orang anak. Tetapi dia sangat baik padaku dan sangat dekat dengan aku dan kedua orangtuaku, jadi mana mungkin dia membohongiku? Yuka mulai ragu-ragu tetapi pada akhirnya perlahan dia memberanikan diri untuk menekan bel apartemen tersebut dan...
BRUGH!
"Urgh..." Perlahan perempuan itu membuka kedua kelopak matanya sambil menahan sakit karena jatuh. Tetapi ketika dia membuka matanya, yang dia lihat adalah wajah laki-laki berambut berantakan yang tidak dikenali sedang meringis kesakitan. Wajah laki-laki yang kira-kira sebaya dengannya itu kini hanya berjarak beberapa senti dengan wajah Yuka yang sedang berbaring karena terjatuh. Mata laki-laki itu kemudian terbelalak.
"H-HHHUAAA!!" Seru laki-laki itu, dengan cepat bangkit dari posisinya, membersihkan celananya dengan muka memerah. "M-Maaf telah membuatmu terjatuh dan menimpamu, maaf telah berlari ke arahmu, a-aku ssecara tidak sengaja(?) t-terpeleset, mma-" Lanjutnya sambil mengulurkan tangannya kepada Yuka.
Yuka menyambut uluran tangan lakilaki itu, yang membuat wajah laki-laki itu semakin memerah. (agak kaget juga cewek udah ditabrak sama cowok ga dikenal gitu masih biasabiasa aja). "Gapapa." Katanya singkat sambil bangkit berdiri. "Ngomong-ngomong, apakah kau tau tentang orang yang tinggal di-"
"Haruki, kau apakan gadis itu? Jangan buat keributan di lu-" Tiba-tiba seorang remaja yang lainnya yang wajahnya mirip dengan laki-laki tadi, hanya saja dia memakai kacamata dan memiliki rambut yang lebih tertata rapi keluar dari dalam ruangan apartemen itu. "Ah, jangan-jangan kau Shinoda Yuka, ya?"
Perempuan itu kemudian mengangguk, sementara laki-laki yang menabraknya tadi malah terlihat terkejut.(bagaimana dia bisa tau namanya?)
"Ah, jadi ini Yuka-chan!" Seru seorang lagi yang ikut-ikutan keluar dari dalam dan ternyata memiliki wajah yang serupa juga tetapi memiliki rambut yang lebih pendek. "Lebih imut dari yang di foto!" Lanjutnya sambil nyengir, menunjukkan gigi-giginya yang putih bersih.
Hah? Foto?
"Pasti ibu dan ayah belu memberitahumu," Seakan bisa membaca pikiran perempuan itu, laki-laki dengan kacamata tadi mulai membuka mulutnya lagi sambil menghela nafas. "Ayo masuk dulu, Shinoda-san. Barang-barangmu sudah tiba tadi, biar kami jelaskan di dalam."
Mau tidak mau, Yuka mengikuti kedua laki-laki tadi masuk ke dalam apartemen tersebut, diikuti dengan si penabrak di belakangnya. "Pe-permisi," salamnya pelan sambil memperhatikan bagian dalam apartemen tersebut. Besar juga ya, ternyata yang dinamakan apartemen itu. Kemudian dia perlahan duduk di sofa yang berada di sana sambil kembali memperhatikan sekelilingnya. Untuk pertama kalinya dia mengunjungi sebuah apartemen.
"Nah, ijinkan kami memperkenalkan diri dulu. Miyazawa Rika, Bibi jauh(?)mu itu adalah ibu kami bertiga. Aku Miyazawa Kaito, bisa dibilang aku anak tertua karena aku lahir duluan," mulainya. Hah, maksudnya apa? Tentu anak tertua pasti lahir duluan. "Nah, kalau yang bersamamu tadi, Miyazawa Haruki. Dia lahir setelahku. Dan yang terakhi-" "Aku Miyazawa Shoui! Dan kami bertigaa~~~ kembar!"
Hah, kembar tiga!? Mata Yuka terbelalak, tidak dia sangka untuk pertama kalinya dia bisa melihat anak kembar secara langsung, ada tiga pula. Kenapa aku tidak menyadarnya sedaritadi? Maksudku, wajah mereka sangat mirip meskipun model rambut mereka berbeda!
"Ehm, Aku Shinoda Yuka. Untuk waktu ini kelihatannya aku akan mulai tinggal di sini. Ehm... Mohon bantuannya!" Secara spontan Yuka berdiri dan membungkukkan badannya dihadapan mereka bertiga.
"Santai saja, Yuka-chan!" tanggap laki-laki yang seingat Yuka bernama Sou. itu, sambil tersenyum lagi. Kelihatannya dia benar-benar suka tersenyum. "Orangtua kami sudah memberitahu tentang kedatanganmu sebelumnya, bahkan memberikan kepada kami fotomu agar kami tidak salah orang. Em, sekarang kan kau disini, bisa ceritakan hal-hal tentang dirimu? Misalnya, kenapa kau pindah ke sini?"
"H-Hush, Shou!" seru anak tengah yang kalau tidak salah bernama Haruki, kemudian diikuti dengan tangannya memukul pundak Shoui, sampai cowok itu kehilangan keseimbangannya. "Jangan seenaknya bicara!"
Melihat tingkah mereka berdua, Yuka tersenyum kecil, dan membuat wajah kedua laki-laki itu memerah. "Gak apa-apa, kok. Pekerjaan orang tuaku membuat kami harus hidup berpindah-pindah. Maka sejak dulu, aku selalu hidup berpindah-pindah. Karena aku sudah mau SMA dan aku tidak ingin pindah-pindah lagi, akhirnya aku memutuskan untuk hidup sendiri, meski pada akhirnya orangtuaku memaksaku untuk tinggal bersama kalian. Ngomong-ngomong, kemana Paman dan Bibi? Dan kalian tahu nggak SMA Y?"
"S-SMA Y? K-kami juga akan bersekolah disana!" Jawab Haruki dengan muka memerah dan pandangan matanya entah kemana. "S-Sebenarnya, kami disini juga tinggal sendiri, karena rumah kami yang sebenarnya letaknya jauh dari Kota. Dan akhirnya kami dipindahkan ke sini oleh orangtua kami agar dapat bersekolah di SMA Y."
Eh? J-jadi mereka tinggal sendiri juga? Bukannya seperti remaja putri biasanya--akan tinggal satu atap bersama tiga cowok tak dia kenali, dengan umur kurang lebih sama dan tanpa adanya orang dewasa, pasti rasanya gimana gitu(?)-- Yuka malah terkagum-kagum.
"Eh, nggak apa-apa kan, Shinoda?" Tanya Kaito. mungkin dia mulai berpikir seperti remaja putri biasanya(?).
"Nggak apa-apa apanya? Ini keren, loh! Aku tidak menyangka akan tinggal bersama tiga anak kembar yang hidup sendiri di apartemen, sebaya denganku, bahkan nantinya kita akan satu sekolah!" Mata Yuka berbinar-binar, kelihatannya dia sudah mulai terbiasa (cepet banget ya). "Sekali lagi, mohon bantuannya yaaa!"
"Mohon bantuannya juga, Yuka-chan! ini pasti akan sangat menyenangkan!" Tanpa disangka Shoui yang duduk di sebelah Yuka langsung merangkul perempuan itu, diikuti dengan seruan Haruki. "Oi, Shou! Jangan menyerang dia!!" Haruki kembali memukul laki-laki itu, kali ini di kepalanya, sambil ngomel-ngomel.
Kaito hanya bisa menghela nafas melihat mereka bertiga. "Hah, apa-apaan sih kalian..." katanya pelan, kemudian tersenyum. Kelihatannya apartemen ini akan semakin ramai.
((ini masih bersambunggggXDDD))
YOU ARE READING
Flat No.312 [DISCONTINUE]
Teen Fiction[DISCONTINUE!] on progress mau remake. Doakan sj!! Karena orangtuanya selalu berpindah-pindah, pada akhirnya Shinoda Yuka memutuskan untuk tinggal sendiri ketika SMA karena tidak ingin kerepotan lagi. Tetapi ternyata bukannya tinggal sendiri, dia ma...