CT - 00

15 0 0
                                    

Aghata

Aku berjalan sepanjang koridor kelas XI dan diikuti tatapan kagum oleh siswa/i yang ada.

Ck,

Aku berdecak kesal menyadari tatapan itu.

"Aghata!" teriak Sabrina dari kejauhan. Tanpa pikir panjang aku langsung berbalik dan berjalan santai mendatangi Sabrina.

"Apa?" tanyaku santai.

"Ayo ke kelas."

WHAT?! Itu aja?

Aku berjalan disepanjang koridor ke kelas bersama Sabrina yang sibuk merapikan rambutnya.

Sebagian cewek muslim yang berjilbab memberi tatapan aneh ke aku dan Sabrina—bukan aku dan Sabrina saja, cewek muslim tak berjilbab lainnya pun ikut ditatap. Ck, terlalu sibuk dengan urusan orang.

Aku dan Sabrina bukan tipikal cewek muslim sok alim yang harus berjilbab kemanapun aku pergi. Ya, terdengar aneh. Menurutku dengan berjilbab aku gak bisa bebas menyesuaikan kemauan kelakuanku.

Ah, gak usah dipikir.

"APA LO LIAT LIAT?!!!" amuk Sabrina melihat tatapan aneh dari siswi berjilbab.

"Biarin aja, " ucapku sok tenang. Yap, memang aku tenang. Aku cukup jaga image dengan menjadi the Most Wanted.

Sabrina dengan kesal menunjuk cewe itu sebelum melanjutkan langkah ke kelas yang artinya 'urusannya belum selesai'. Ya Tuhan...

Sabrina berjalan masuk mendahului ku. Aku hanya bisa memutar bola mata terhadap temanku itu, ah, ralat, sahabat.

Cuma satu?

Tentu saja, karena orang orang dikelas ini semua munafik! Hanya selalu memanfaatkanku. Lihat saja.

Aku berjalan menuju ambang pintu, lalu mendengar anak anak penggosip kelas sedang berkerumun dalam satu meja.

"Eh, tadi gue liat  Aghata turun dari mobilnya dan jadi pusat perhatian!"

"Ish! Beruntung banget yah tu anak!"

"Yah, karena dia sempurna sih, coba engga? Mana ada orang yang mau perhatiin dia tuh. Gue aja malas!"

Aku masih berdiam di ambang pintu dan mengangkat sebelah alisku. Sepertinya mereka gak sadar kalau aku disini.

Terus?

"Eh, biar gitu gitu kan pasti ada kekurangannya,"

"Apa?"

"Ya ada, sebenarnya dia itu tuh menang putih aja keles," ucap salah satu penggosip dengan mengibaskan tangannya.

"Ah, masa?"

"Yaiyalah, lo perhatiin aja tuh si Aghata!"

"Lo liat gak mejanya?" tanya salah satu penggosip lainya dan menunjuk mejaku. Mau apa mereka?

"Kenapa?"

"Banyak banget kan hadiahnya? Pagi pagi aja sudah segepok!"

"Ck! Dia itu—"

Brak!!

Kulihat Sabrina memukul meja penggosip dan menghamburnya.

"Sampe kapan lo mau ngegosip? HAH!!?" bentak Sabrina dengan gaya tomboy nya.

Aku tersenyum miring.

"Hallo Aghata!!" sapa Sabrina yang sudah sedari tadi sadar bahwa aku ada di ambang pintu. Hanya saja, dia pura pura tidak tau.

"Hallo Sabrina!" balasku dan tersenyum tipis dan berjalan memasuki kelas. Lalu Sabrina kembali ke tempatnya.

"Se-sejak kapan lo disitu... Aghata?" tanya Gena, yang paling candu gosipin gue tadi. Kita lihat.

"Kenapa Gena?" aku menaikan sebelah alisku dan tersenyum miring.

"A-aku—ah, maksudnya bukan gitu Agh—"

Aku tersenyum manis. "Gue gak denger. Mi-si."

Gena mendengus kesal dan memberi jalan. Aku menatap mejaku yang kini penuh dengan hadiah. Tidak, tidak penuh! Hanya saja segepok bunga yang penuh ini membuatnya nampak besar dan sangat memenuhi mejaku. Jika aku dirumah, aku akan menatapnya horor dan membuangnya atau memberikan ke tukang koran.

Gue berniat menyuruh Sabrina membawa bunga ini dan memaruh di mejanya atau di laci mejanya. Karna di laci mejaku juga penuh. Tapi aku malah melihat Sabrina keluar dari kelas, mungkin ke kantin. Yasudahlah!

"Agatha!!!!" aku berbalik dan mendapati Sabrina yang berjalan santai ke arahku.

"Bisa gak sih lo gak teriak Sabrina??" tanyaku dan hanya dibalas kekehan darinya.

"Nih, ada titipan buat elo!" aku melihat boneka pikachu yang dipegang oleh Sabrina. Aku melengos karena tidak ada lagi tempat untuk benda ini di mejaku. "Ah, banyak banget hadiah lo, Ta.."

"Iya tapi pusing gue mo naro dimana ni hadiah bego!"

"Kasih gue aja!" pinta Sabrina dengan senyum lebar.

"Lo mau?" tanya gue dengan menaikan sebelah alis dan dibalas anggukan semangat dari Sabrina. Lalu gue mengambil sekotak coklat yang ada di laci dan memberikannya. "Noh makan!"

Sabrina dengan semangat 45 mengambil dan memberikan bonekanya ke aku.

Tap tap tap

Aku masih memegang boneka itu dan melihat siapa yang berlari dan sepertinya ingin menghampiriku.

"Aghata!" panggil salah seorang cowok yang baru saja berlari dan menghampiriku "lo suka bonekanya?" terlihat dia tersenyum lebar.

Jadi dia?

"Gue suka kok. Makasih ya," gue tersenyum manis yang bisa membuat semua orang terpukau. Tanpa gue senyum juga mereka bakalan terpukau. Ck. "Ah, siapa namamu?"

"Namaku? Rey. Oh, ya, makasih juga ya Aghata!! Gue seneng lo suka," lalu dia melirik jam yang ada di dinding kelas. "Ah, sudah mau masukan! Ck. Dah, Aghata!" sekarang dia pergi keluar kelasku.

Aku memutar bola mata. Aku lelah! Lelah karna harus menjaga image menjadi the Most Wanted.

Aku duduk di kursi dan jengah menatap semua hadiah ini.

Ini cukup banyak.

------------

Hallo!

Bagi pembaca pertama, pliss! Vote+comment gimana ceritanya ya?! Plis! *maksa*

Makasih!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

crazy TWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang