"Aku bosan."
Jimin memandangi langit melalui jendela kamarnya, ini sudah satu hari setelah perginya Yoongi untuk menjalanan bisnisnya. Ia begitu bosan sendirian di apartemen yang sangat sunyi ini. Dari jendela kamarnya ia dapat melihat taman yang banyak di datangi oleh penghuni apartemen lainnya, ia sangat ingin pergi kesana untuk membunuh kejenuhannya.
'ting tong'
Bel apartemennya berbunyi, Jimin segera berlari dan membuka pintu. Sarapan dan baju barunya datang.
"Annyeonghaseyo." Ucap Jimin seraya membuka pintu. Ia melihat wanita paruh baya yang tersenyum menatapnya dan membawa bungkusan begitu banyak.
"Ah, kau pasti Jimin 'kan? Manis sekali. Tak salah Yoongi memilihmu untuk dijadikan pendamping."
Jimin menatap wanita itu dengan tatapan bingungnya, "P-pendamping?"
.
.
.
Flashback
.
.
.
Yoongi menatap kesal layar ponselnya, benda persegi itu selalu bergetar setiap waktu. Ibunya selalu menelponnya. Dengan berat hati akhirnya ia mengangkat panggilan itu.
"Ada apa lagi? Hari ini kau sudah menelpon ku sebanyak 30 kali bu."
"Mana sopan santunmu bocah, aku ini ibumu. Ibu hanya mengingatkan padamu untuk membawa kekasihmu saat acara pernikahan noona mu." Ucap ibu Yoongi dari ujung telepon.
"Berhentilah berkata seperti itu padaku, aku selalu mengingatnya."
"Baiklah, selamat malam bayiku." Ucap ibu Yoongi kemudian memutuskan panggilannya.
Yoongi melempar telponnya sembarangan, kemudian ia mengambil laptopnya dan mencari situs gelap untuk membeli manusia dan menjadikannya pendamping saat pernikahan noona nya.
.
.
.
Flashback end
.
.
.
"A-ah terima kasih, bibi Jung." Ujar Jimin seraya menutup pintu apartemen.
Jimin terdiam dan merenungkan perkataan bibi tadi, apa yang dimaksud dengan pedamping? Mungkinkah ia akan menjadi pendamping hidup hyungnya itu?
"Ah, mugkin maksud bibi Jung aku akan menemani Yoongi hyung saat pernikahan noonanya. Dan Yoongi hyung tidak akan kesepian saat acara itu dimulai." Ucap Jimin dengan pikiran polosnya.
Setelah itu ia menghabiskan makanan yang dibawakan bibi agar ia bisa pergi ke taman.
.
.
Jimin berlarian di sekitar taman, ia sangat senang. Lalu Jimin melihat ayunan yang kosong dan segera berlari agar ia bisa menaikinya.
"A-AKH!"
Jimin tak melihat jika ada tali yang menghalangi jalannya dan akhirnya ia terjatuh dan mendapati lututnya yang berdarah. Kemudian Jimin merasakan jika ada seseorang yang mendekatinya.
"Apa kau baik-baik saj- PARK JIMIN?!" ucap orang asing itu.
Jimin memandangi orang asing itu dengan heran, "Maaf? Aku Min Jimin."
Mata orang asing itu membulat, "Min Jimin?!" ucap orang asing itu dan hanya dibalas anggukan oleh Jimin.
"aku Taehyung, teman sekolahmu. Apa kau tidak mengingatku?"
"Aku tidak pernah sekolah sebelumnya."
Taehyung memandangi pria mungil di hadapannya, warna rambutnya memang beda sekali dengan Park Jimin temannya. Tetapi ia yakin jika Min Jimin itu adalah Park Jimin, temannya yang menghilang.
"Nama ku Kim Taehyung, salah satu penghuni apartemen ini." Ucap Taehyung.
"Namaku Min Jimin."
Lalu Taehyung mengulurkan tangannya untuk membantu Jimin berdiri. "Baiklah Jimin, aku akan mengobati lukamu. Aku akan membawamu ke apartemenku."
.
.
.
.
.
"A-akhh T-taehyung, mmhh s-sakit." Ucap Jimin seraya memejamkan matanya dan menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit yang ia rasakan.
Taehyung menyeka bulir-bulir keringat yang ada di dahinya, "S-sebentar lagi, Jimin. Kau harus menahannya."
.
.
Setelah satu jam lamanya, akhirnya kaki Jimin berhasil dibersihkan dan dibalut dengan perban.
.
.
"Buka matamu, Jimin. Luka mu sudah ku perban." Ucap Taehyung.
Dan Jimin membuka matanya perlahan, "A-ah terima kasih, Taehyung." Ucap Jimin dan dibalas anggukan oleh Taehyung.
"Tunggu sebentar, aku akan mandi lalu mengantarmu pulang ke apartemenmu." Ucap Taehyung lalu meninggalkan Jimin.
Jimin merasakan jika kerongkongannya kering dan ia tak bisa menunggu Taehyung yang sedang menyelesaikan ritual membersihkan badannya. Lalu Jimin menghampiri Taehyung yang ada di kamar mandi.
"Taehyung-ah aku haus." Ucap Jimin di depan pintu kamar mandi.
"Ambillah sesukamu." Ujar Taehyung dari dalam kamar mandi, dan Jimin segera mencari kulkas untuk mencari minuman.
.
.
.
.
.
"Jimin?"
Taehyung yang baru menyelesaikan mandinya, bingung tak melihat Jimin di kamarnya. Kemudian ia berinisiatif untuk mencari Jimin di ruang tamu atau dapurnya.
"JIMIN?!" mata Taehyung membulat melihat pemandangan di hadapannya.
.
.
"A-nnhhh Taehh, hick." Ucap Jimin dengan wajah yang memerah.
Mata Taehyung semakin melebar saat melihat apa yang ada di genggaman Jimin. Ia memegang sebotol alkohol.
.
.
.
"JIMIN, KAU MABUK."
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
APASI ORANG TBC BENERAN ;P
.
.
.
Prev next chap
.
.
Taehyung memandangi Jimin yang ada di hadapannya dengan wajah memerah, rambut berantakan dan kancing baju yang telah terlepas sebagian. Ayolah, Taehyung masih muda dan memiliki libido yang- ups, tinggi.
Kemudian ia membawa Jimin ke pangkuannya, dan membunuh jarak diantara mereka. Kini ia bisa merasakan napas Jimin yang tersengal-sengal karena pengaruh alkohol. Lalu ia memejamkan matanya, dan merasakan benda yang manis dan lembut menyentuh bibirnya. Ia mencium bibir Jimin.
.
.
.
.
TBC
YOU ARE READING
Black Market
FanficJimin lelaki ceroboh dan lugu tak menyadari jika dirinya telah di jual di Black Market, perlakuan kasar dari karyawan Black Market membuat mental Jimin menjadi anak berusia 10 tahun. Bisa kah ia kembali pada kehidupan pertamanya yang bahagia dan men...