"... Tuhan, andai kehidupanku dan keluargaku tidak akan berubah seperti ini.. aku rela tidak mendapatkan kasih sayang Ayah, asalkan aku masih bisa mendapatkan kasih sayang Ibu. tidak seperti sekarang ini! tidak ada yang menyayangiku disini."
I hope tomorrow can be better than yesterday, Amin.
-Kenny Rutherford. :')
"Hufft... selesai sudah" gumam Kenny.
Ia pun turun dari ranjang tidurnya menuju meja belajar untuk menyimpan kembali diary nya. Kemudian ia berjalan menuju jendela kamar dan melihat keindahan kota London di malam hari, sambil berharap jika suatu saat orang tuanya bisa kembali. "Andai Ibu bisa melihat ini, London itu indah sekali loh bu! cahayanya.. anginnya.. sangat menyejukkan.." kemudian ia menutup jendela dan tirai kamarnya, tetapi dia sadar akan sesuatu, sesuatu berbentuk bulat, besar, dan sangat terang. Ia hanya mengabaikannya karena tidak kuat menahan kantuk. 'biar kucaritahu itu di esok hari' ucapnya dalam hati. Lalu ia berjalan kembali menuju ranjang dan mematikan lampu tidur disampingnya, dan memejamkan mata. Tak lama, ia pun terlelap dalam tidur.~~~
4.30 p.m.
Kenny membuka mata dengan sendirinya, ia memang terbiasa bangun pagi, jadi dia tidak memerlukan Alarm lagi untuk bangun. Walaupun sebenarnya dia malas untuk bangun, tetapi dia ingat kalau hari ini akan menjadi hari pertamanya di London University, Kampus barunya. Jadi dia sangat bersemangat. Sungguh anak yang rajin...
Kenny beranjak turun dari ranjang dan membuka tirai jendela kamarnya membiarkan sinar matahari masuk, kemudian ia melihat sesuatu, sesuatu yang semalam dia lihat membuatnya penasaran. Sontak, ia mengusap-usap matanya yang masih setengah terbuka.
"L.. O.. N.. ahh, aku yakin yang itu pasti huruf untuk London" ucapnya mencoba membaca tulisan besar yang terletak di dekat sesuatu yang dia lihat itu. Kemudian ia segera menyiapkan dirinya untuk berangkat ke Kampus.5.30 p.m.
"Aku akan usahakan untuk kesana sepulang dari Kampus" katanya sambil memakai tas dan melihat ke arah jam yang sedang ia pasang di tangan nya.
Lalu dia turun dari kamarnya yang terletak di lantai 3 rumahnya (mungkin tepatnya ini istana) menuju pintu keluar yang berada di depan ruang tamu. Saat melewati lantai 2 ia melihat ruang billiard yang terbuka, lalu dia berjalan kesana. Ia melihat kurang lebih 15 pria asing dengan sampah botol bir berserakan dimana-mana, kartu-kartu dan uang-uang pun juga bertebaran. Mereka sedang tidak sadar, termasuk Ayahnya. Tapi pemandangan ini sangatlah biasa bagi seorang Kenny.
"Ayah, hari ini adalah hari pertamaku untuk ke Kampus! aku senang sekali yah! Doakan aku ya yah, agar hari ini bisa menjadi hari yang lebih baik dari kemarin.. Aku pergi ya ayah, semoga di hari ini Ayah bisa menyayangiku seperti aku menyayangi Ayah.. Amin"
Kenny berjalan menuju letak Ayahnya yang sedang tergeletak tidak sadar, kemudian ia mencium kening sang Ayah sambil meneteskan air mata. Lalu dia kembali menuju pintu keluar, sambil menangis. 'Ya tuhan, aku berharap hal ini tidak terus berlanjut.. jujur aku tidak kuat' lirihnya dalam hati. Ya asal kalian tahu, Kenny sangat menyayangi kedua orang tuanya, termasuk Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
London Eye
Teen FictionLondon Eye? tidak, itu bukan hanya sekedar Kicir raksasa. Tapi, tempat itu mempertemukan cinta seorang Mahasiswi dan Mahasiswa dari London University. Maka tempat itu menjadi tempat yang paling istimewa bagi mereka berdua.