Pernikahan bukanlah akhir dari penantian dan perjuangan cinta. Uzumaki Hinata sangat mengetahui hal itu. Awal kehidupan bersama suaminya adalah bentuk petualangan baru yang mendebarkan. Bagai sebuah misi S rank yang diberikan kepada seorang chūnin yang polos dan tak berpengalaman. Terdapat berbagai macam jebakan perilaku, sesuatu yang berbeda dari yang terlihat, mungkin lebih membingungkan dari ilusi genjutsu, dan musuh berbahaya yang bernama ego.
Namun Hinata adalah pribadi yang sangat tangguh, tidak ada yang bisa mengukur seberapa dalam atau seberapa luas cinta yang dia miliki untuk seorang Uzumaki Naruto, mungkin hanya Kamisama yang tau mengapa Hinata menganggap semua yang ada pada diri suaminya, kekurangan dan kelebihannya adalah anugrah dari surga.
Pada awal kehidupan rumah tangga mereka, biasanya Naruto akan bangun sangat pagi, namun Hinata tau suaminya memaksakan diri, berjalan dengan mata setengah tertutup, dengan dua atau tiga kali menabrak tembok untuk sampai ke dapur menemani Hinata membuat sarapan yang selalu berakhir dengan Naruto tertidur di meja makan. Hinata mengaggap perjuangan Naruto untuk berpindah ruangan yang tidak lebih dari sepuluh langkah itu lebih hebat dari perpindahan dimensi menggunakan Rinnegan, dan sepatutnya mendapat penghargaan dengan menu sarapan special.
Setelah beberapa minggu berlalu Naruto yang sebenarnyapun akhirnya menampakkan diri. Bangun tidur menjelang siang, pakaiannya yang berserakan, dia bahkan tidak menutup pintu toilet saat sedang munggunakannya. Hinata hanya tersenyum lembut memaklumi tingkah kekanak-kanakan Naruto yang di matanya terlihat lucu dan menggemaskan.
Mencintai seseorang memunculkan kepribadian yang lain dari diri kita, seperti Hinata menjadi seorang pengamat yang betah memandangi wajah tidur Naruto meskipun mulutnya terbuka dan air liur menetes dari sudut bibirnya. Menjadi pendengar setia dengkuran keras suaminya yang bagi Hinata adalah lullaby.
Pesona apa yang dimiliki seorang Naruto hingga membuat Hinata selalu merindukannya, selalu ingin dia terlihat pandangan matanya. Membuatnya jatuh cinta berkali-kali hanya melihat caranya makan, kebiasaannya saat merasa gugup, dan semua ekspresi wajahnya saat menunjukkan suatu emosi. Satu hal yang pasti membuat hatinya bagai musim semi adalah sebuah senyum yang Naruto tunjukan hanya untuk dirinya, tindakan spontan dari maksud hatinya ketika satu sisi bibirnya melengkung, menampakkan senyum miring yang menawan.
...
Setiap bujangan naas tidak beruntung yang menjadi rekan mereka dalam sebuah misi akan merasa jengah melihat tingkah konyol keduanya. Misalnya saja Kiba dan Shino yang hanya menjadi penonton dari tayangan live komedi romantis adegan saling mencuri-curi pandang dengan tandu daimyo negara Api sebagai rintangan, saat misi pengawalan mereka.
Atau dilain waktu Naruto berubah jadi pahlawan super dengan mengalahkan semua musuh dalam sekali libasan tangan chakra Kyubi dalam misi penumpasan Ninja pemberontak, semua dia lakukan agar istrinya tidak perlu mengeluarkan setetes keringat. Membuat Sai dan Shikamaru terlihat bagai ninja kurang kerjaan yang datang terlambat setelah semua musuh tumbang.
Kesigapan Naruto bertambah saat dirinya menjadi seorang ayah, perhatian dan cinta yang tidak sempat dia rasakan dari ayah dan ibunya membuatnya mencurahkan begitu besar kasih sayang kepada pada anak-anaknya.
Menyaksikan anak-anak mereka tumbuh dengan baik adalah kebahagiaan terbesarnya. Menyaksikan versi lain dari diri mereka, gabungan hal-hal baik yang mereka wariskan, Boruto yang penyayang dan Himawari yang ceria. Bagai cahaya matahari akan selalu menerangi dan memberikan rasa hangat, kenangan-kenangan indah yang megantarkan mereka pada hari tua.
...
Disuatu sore yang indah merah saga menghiasi langit, dua insan berusia senja duduk berangkulan, tidak ada lagi kulit putih bersih, tangan kurus berbintik coklat wanita tua itu membelai wajah suaminya yang dipenuhi garis-garis usia. Di matanya yang berkabut kita bisa melihat sinar yang menunjukan kebahagiaan hidup yang sudah dilaluinya.
Bibir suaminya yang sudah berkerut mengecup keningnya, kemudian membelai kepalanya yang hanya tersisa sedikit rambut beruban. Dekapan tangannya tak lagi kokoh, tangannya yang berperban adalah bukti kepahlawanannya yang tertulis dengan tinta emas sejarah dunia Shinobi, dengan tangan itu juga dia melindungi semua yang dicintainya. Genggaman tangan mereka tak pernah terlepas seakan takut kehilangan satu sama lain.
"Aku mencintai mu, Naruto-kun."
Uzumaki Hinata menundukan wajah keriputnya yang merona. Tidak lama kemudian mereka tertidur dengan harapan bisa berjumpa esok hari untuk menghabiskan sisa waktu bersama lagi.
The End
KAMU SEDANG MEMBACA
E I E N
Fiksi PenggemarKisah tentang cinta Naruto dan Hinata. Naruhina Fanfiction for NaruhinaWeddingCelebration Naruto disclimer Masashi Kishimoto Warning Kemungkinan Ooc, Typo Genre Romance, family Rate T