Bagian 3

10K 515 66
                                    

Happy Reading ^-^

Maaf kalau nemu typo yah😊

Setelah Caroline jatuh pingsan Harry langsung menggotong tubuhnya keluar ruangan. Wendy hanya berdiri diam melihat Caroline dalam gendongan Harry berjalan melewatinya memasuki lift. Wendy tidak bisa menolong ataupun bertanya banyak pada Harry karena sebelum dia mendobrak pintu ruangan Caroline, dia sudah menghubungi Jonathan dan meminta konfirmasi dari Jonathan kalau dirinya berhak melakukan apapun demi mengawasi dan menjaga Caroline, namun Harry yang sudah dibutakan oleh api emosi menyalah gunakan kesempatan itu untuk membawa Caroline secara paksa.

Dirinya sempat menjadi perhatian para karyawan yang ada dilantai dasar saat menggendong Caroline keluar ruangan. Namun karena para karyawan mengetahui Harry adalah rekan dekat Jonathan tak menaruh curiga apapun padanya. Bahkan salah satu karyawan ada yang berpikir kalau Caroline jatuh pingsan karena sakit ataupun karena kelelahan.

Harry memasukkan Caroline kedalam mobilnya dan membawanya kesuatu tempat. Sepanjang jalan dia selalu menoleh kearah Caroline yang masih terlelap dengan sesekali mengelus lembut wajahnya. Harry tidak ingin memikirkan apapun saat ini, yang dipikirkannya hanyalah Caroline, hanya gadis kecilnya yang mampu menyalakan api emosi dalam dirinya meskipun tak disengaja olehnya. Entahlah, semakin hari membuat dia semakin ingin memilikinya karena jika melihat dikenyataan, sangat sulit dirinya bisa memiliki seutuhnya. Dia sangat mencintainya, iya. Semenjak Caroline tumbuh dewasa menumbuhkan benih cinta didalam hati Harry, semenjak itu dia selalu berusaha mendekatinya dan terjawab setelah enam tahun terakhir ini.

Harry kembali menoleh saat mendengar Caroline meringis karena sadar dari pingsannya. Harry memarkirkan mobilnya ditepi jalan dan memusatkan perhatiannya pada Caroline.

"Kau tidak apa-apa?"

Caroline membuka matanya dan tersentak saat sadar dirinya sudah ada didalam mobil bersama dengan Harry. Harry yang menyadari raut wajah Caroline penuh dengan kecemasan membuatnya mendekatkan wajahnya dan berniat ingin memeluknya.

"Jangan mendekat!" Sentak Caroline. Suara gadis itu bergetar karena takut.

"Caroline."

Caroline mengabaikan suara Harry yang mulai melembut saat memanggil namanya. Dia berusaha membuka pintu mobilnya namun ternyata terkunci. Tiba-tiba saja dia kembali mendapat kenyataan sisi lain dari dalam diri Harry kembali lagi membuatnya semakin ketakutan. Tidak! Caroline tidak menganggap kalau lelaki yang didepannya ini adalah Harry, lelaki yang dicintainya.

"Kau tidak bisa lari dariku lagi, gadis kecilku." Gumam Harry dan disusul kekehannya yang khas, tawa lirih yang menakutkan yang membuat siapa saja tak berani menatapnya ataupun bertemu lagi dengannya. Kalau saja pintu mobil itu tidak terkunci mungkin Caroline akan lari terbirit-birit.

"Aku kan sudah bilang padamu, aku akan menghukummu dan kita akan bersenang-senang." Ujarnya dan kembali melajukan mobilnya tanpa mempedulikan Caroline yang masih mencoba membuka pintu mobilnya dan menggedor-gedor kaca jendela mobilnya. Tapi sayangnya, keberuntungan sedang tidak berpihak pada gadis itu karena kaca mobil Harry terlihat gelap dari luar sehingga tak ada seorangpun yang melihat keadaan Caroline saat ini.

"Aku akan memberikan keringanan hukumanmu nanti jika kau tidak melawanku gadis kecilku."

"Aku bukan gadis kecilmu! Persetan dengan ancamanmu! Dasar kau iblis!" Sentak Caroline dan menatap tajam pada Harry yang tidak menoleh padanya.

"Ah iya.... aku lupa kalau kau sudah mempunyai tubuh wanita dewasa yang selalu menggodaku saat aku melihatmu."

Caroline masih menatap Harry dengan tajam sedangkan Harry tidak mempedulikannya. Dia masih saja melajukan mobilnya menuju kesebuah apartemen. Apartemen yang sangat asing untuk Caroline karena memang Harry tidak pernah menunjukkan apartemen itu padanya. Setelah memarkirkan mobilnya, Harry turun dari mobil dan menyeret Caroline untuk mengikutinya.

The Dark Angel [TB#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang