Walk Out✔

20.5K 928 2
                                    

Aku menyesap teh hijau hangat yang Sam suguhkan di meja. Sekujur tubuhku basah, gigiku gemerutuk, mataku masih sembab dan rambutku tak beraturan semerawut seperti sarang burung.

Sam memegani tanganku yang masih bergetar. Dia belum bertanya apa-apa. Baguslah, karena aku bingung harus menjelaskan apa pada Sam dan ibunya

******

*Beberapa jam yang lalu*

Aku baru menapakkan kaki di rumah sepulangnya dari Bekasi. Hari sudah larut. Badanku rasanya lelah sekali karena terjebak macet di dalam mobil butut Arabella.

Di sudut halaman ada motor sport milik Aaron. Perasaan ku tidak enak. Dan seperti yang sudah kuduga, aku disuguhi petengkaran sengit antara ayahku dan Aaron. kali ini terdengar lebih menakutkan dari biasanya.

Di ujung dapur ada wanita berusia awal tigapuluhan sedang menagis tersedu-sedu. Make-up nya kacau. Rambutnya tidak karuan dan mini dress yang melekat ketat dibadan nya basah. itu pasti pacar baru ayah.

Aku berjalan melintasi dapur menuju tangga ke kamarku. Tercium bau alkohol dari arah bawah tangga. Itu bau Aaron. Dia pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. membuat ayahku semakin naik darah.

“Dasar tua bangka sialan!!” Aaron meneriaki ayahnya sendiri.

“Jangan kurang aja, kamu!!” Teriak ayahku. Matanya merah. Telunjuknya di acungkan ke arah Aaron.

"Lebih menjadi kurang ajar dari pada jadi laki-laki pemungut sampah sepertimu. Cuih. Dia itu wanita sampah. Sama sepertimu. Menjijikan."

Aku terhenyak. Aaron sering menyumpahi ayah dengan kata-kata makian. Tapi tidak pernah sekasar ini.

Mungkin ini tentang wanita berbaju basah itu. Kenapa dia bisa basah kuyup?

“Kamu yang sampah. Anak tidak berguna. Kamu dan ibumu sama-sama sampah!” Ayahku makin murka.

Tapi kata-kata nya membuatku ikut panas. Kenapa dia bawa-bawa ibuku?

Aku sudah di anak tangga paling atas. Dan kembali ke bawah setelah mendengar kaca pembatas antara ruang makan dan dapur pecah. Aroon melempar helm Fullface nya ke arah wanita yang di dapur itu.

Wanita itu berteriak ketakutan dan ayahku membentak Aaron dengan tingkat emosi yang sudah tidak bisa di kendalikan lagi.

Ayahku mengambil stik golf di sudut meja makan dan hendak memukul Aaron menggunakan stik golf itu. Spontan aku loncat melangkahi tiga anak tangga sekaligus. Bermaksud untuk meleraikan mereka.

“Ayah. Jangan pukul dia!" Seruku sambil memegangi tangan ayahku.

“Kamu jangan ikut campur. Dia anak tidak tau malu. Masih beruntung saya kuliahkan dia. Supaya bisa membanggakan orang tuanya. Sekarang liat kelakuan dia. Bukanya mencari kerja, malah mabuk-mabukan dan bikin onar.” Cerocos ayahku.

“Kamu yang tidak tau malu. Dasar tua bangka!” Aaron memaki lagi.

Kontan makian itu disambut dengan sebuah pukulan dari stik golf. Dia mengerang sambil memegangi pahanya yang terkena pukulan.

“Ayah!!! Ayah keterlaluan!” Aku memekik.

Ku tarik stik golf itu sekuat tenaga tapi ayahku malah menghempaskan tangannya sehinggaku aku jatuh terjerembab di dekat tangga.

“Kamu juga, kelakuan tidak jauh beda dengan kakakmu. Dua hari tidak pulang kemana saja kamu? Mau jadi pelacur!?” Ayah ganti membentaku.

“Dia yang pelacur. Bukan aku! Tega sekali ayah mengatakan anak sendiri pelacur!" Aku menujuk wanita tadi. Sumber dari pertengakaran ini.

Bad Love (Sudah di terbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang