Bagian 11: Awkward moment.

47 5 0
                                    

Happy Reading euy!

*

"WOY, LO NGAPAIN DISITU?" Karin berteriak, ponselnya yang masih terhubung dengan panggilan lelaki di bawah sana di jauhkan dulu.

"Gue nunggu lo turun!" Balas Adrian juga berteriak.

"Yaudah bentar gue turun."

Sebelum keluar kamar, Karin bercermin sebentar. Dia harus selalu tampil sempurna di depan Adrian. Entah mengapa hal demikian. Lalu, Karin cepat-cepat keluar kamar dan menuruni tangga serta membuka pintu.

Adrian sudah berdiri tegap saat Karin tepat membuka pintu rumahnya. Karin melempar senyum, namun tipis. Kedua tangan Adrian di kebelakangi tubuhnya. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan disana.

"Tutup mata lo sebentar deh. Sebentar ajaaa. Pliss." Adrian memohon. Karin pun melakukannya dengan perlahan, "lo mau ngapain sih? Jangan macem-macem di sini awas aja." Ucapnya sensi. Sebelum menyuruh Karin untuk membuka matanya, Adrian memberikan sebucket bunga warna-warni yang harum nan indah.

"Lo boleh buka mata." Ucap Adrian. Perempuan di depannya itu membuka mata.

"Ah apaan sih ini." Karin sedikit tertawa kecil. Sungguh didepannya adalah bunga yang benar-benar indah. Adrian mendekatkan bunga itu ke Karin. Membuat pacuan jantung gadis tersebut semakin bekerja lebih keras.

"Ini bunga yang lo mimpi-mimpiin kan dari someone? Nah, sekarang terwujud karena someone nya itu gue."

"Wusett, pede gila. Yaudah ayo masuk, btw makasih bunganya." Karin sudah memeluk erat sebucket bunga cantik itu. Bungkusannya sangat elegan.

"Lo cuma mau ngasih bunga doang kesini? Gue kan belum mati." Ujar Karin sedikit agak kecewa.

"Yah, berarti lo ga suka ya? Yaudah deh kapan-kapan kesini bawain yang lain." Balas Adrian menduduki sofa panjang berbalut cover putih yang lembut kalau disentuh.

"Suka sih. Iya terserah. Boneka juga boleh hahahaha."

"Siap deh bosque, btw lo mandi sono. Mau jalan sama gue masa ga mandi. Reputasi gue bakal hancur kalo kayak gini deh." Ujar Adrian.

Karin mengangkat kedua alisnya, "siapa juga yang mau jalan sama lo? Reputasi? Sok banget famous deh kaka." Balasnya.

"Oiya gue lupa ngasih tau. So, kedatangan gue kesini mau ngelamar anak pemilik rumah ini." Ucap Adrian bernada sedikit serius.

"Ha?"

"Ya ga lah. Hahaha yekali gue ngelamar cewek gila. Enggak enggak. Gini, gue kesini mau ngajak lo jalan. Soalnya kan tadi siang gue ga bisa nganter lo pulang."

"Yaelah santai aja kali. Tapi malah bagus sih lo ga bisa anter gue pulang, soalnya kan gue bisa bareng sama Alwan hahahaha." Karin tertawa, namun ada maksud tertentu di balik tertawaannya itu. Antara menyembunyikan luka yang tersimpan dan menunjukan kalau dia benar-benar tertawa.

"Yaudah lo mandi sono. Gue ga mau nunggu kelamaan ya disini."

"Bacot ya kamu mas."

"Istri mah kalo mau kemana-mana itu harus mandi dan dandan yang rapih. Biar mas nya puas."

Berbicara seperti itu, Adrian mendapatkan tatapan tajam dari Karin yang sebelum akhirnya pergi untuk membersihkan tubuh. Adrian menyunggingkan smirk nya, lalu menghantamkan tubuh bidang itu ke belakang sofa. Terdengar sedikit hentakan, lalu cowok itu sibuk berkutat dengan ponsel.

*

Masih menunggu balasan dari cewek tersebut, Alwan bersiap-siap untuk keluar rumah. Alasannya sih mau mencari angin malam yang segar. Sendirian juga tak masalah. Dia hanya sekedar ingin menikmati malam pertamanya di daerah sini.

CòrtalòveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang