dua

99 11 3
                                    

Tiga bulan kemudian...

Tatiana menatap pantulan dirinya dengan nanar. Sembab dimatanya sudah tertutupi dengan baik oleh riasan wajah.

Ia tidak menyangka akan secepat ini. Carlos melamarnya hanya dalam beberapa bulan sejak pertemuan pertama mereka.

Tatiana kembali menghela napas.

Bagaimana ini? Ia tidak pernah berpikir rencana ini akan berhasil, bahkan Darwinpun menegurnya berkali-kali karena sikap dinginnya selalu ikut terbawa dihadapan Carlos.

Sebenarnya apa yang disukai pria itu dari Tatiana? Ia begitu pendiam dan tertutup. Jika Nia yang berada di posisinya sekarang, Tatiana yakin Carlos pasti akan lebih senang. Adiknya itu begitu periang dan spontan.

Nia...

Sekelebat ingatan menyeruak masuk kedalam benak Tatiana.

Saat itu adalah tahun pertamanya dan Nia di sekolah menengah pertama. Ia bercerita tentang hendrick-kakak kelas yang selama beberapa pekan terakhir disukainya-kepada Nia.

Tatiana ingat bagaimana saat itu Nia langsung berteriak kencang memanggil Hendrick yang sedang mengobrol dengan teman-temannya.

Hendrick datang menghampiri mereka.

"Kau tahu? Tatiana kembaranku yang cantik ini, sudah lama menyukaimu. Kau harus merasa terhormat dan mau menjadi pacarnya, oke?" Sembur Nia langsung begitu hendrick sampai.

"Nia..." Tatiana menarik lengan baju Nia pelan sambil menunduk malu, ia tidak tahu lagi harus menaruh mukanya dimana setelah ini.

Diluar dugaan, Hendrick justru balas menembak Nia dengan santai, "tapi aku menyukaimu."

Hadirin yang menyaksikan kejadian itu bersorak, bertolak belakang dengan Nia yang langsung naik pitam. Ia berhambur menerjang Hendrick dengan jurus 5T-nya. Tolak, Tampar, Tendang, Tinju, Tamat deh... ternyata sedari tadi ada seorang guru yang mengamati mereka dari jauh.

Nia dan Hendrick digiring ke ruang guru, sedangkan Tatiana? Ia hanya bisa menuggu sambil berdo'a.

Nia kembali dari ruang guru sembari terisak pelan. Berkali - kali ia menyerukan permintaan maaf pada Tatiana.

"Aku tidak bermaksud... sungguh tidak bermaksud begitu. Maafkan aku, aku tidak tahu kenapa mendadak ia mengatakan hal konyol semacam itu dihadapanmu... maafkan aku."

Tatiana terkekeh pelan, tentu saja ia tahu Nia tidak bermaksud begitu. Ia yakin semua orang yang menyaksikan live perkelahian bruntal secara sepihak tadi juga akan berpikiran sama.

Tepukan singkat di bahu Tatiana membubarkan lamunannya. Ia menoleh, "semua sedang menunggumu." Kata katrin seraya tersenyum simpul.

Katrin mengecek kembali gaun putih yang membalut tubuh Tatiana, memastikan semua sudah sempurna untuk moment bersejarah ini.

Tatiana menghela napas panjang. Ya, ia harus bisa melewati semua ini. Demi Nia...

***

Titania menyeruput coklat hangatnya sembari menggonta - ganti channel TV. Pilihannya jatuh pada sebuah acara yang sedang menayangkan berita.

Pernikahan putra raja ya...

Titania terkikik geli membaca nama wanita yang akan dinikahi pangeran. Tatiana? Kenapa mirip sekali dengan namanya? Titania dan Tatiana, wau... salah sedikit saja bisa - bisa halaman panti sudah dipenuhi mobil mewah untuk melamarnya.

Tawa Titania meledak ketika ia membayangkan imajinasi liarnya itu.

namun tidak bertahan lama, Titania mendadak diam, ia mematung dan matanya tidak bisa berpaling begitu kamera menyorot wajah putri yang sekarang sudah sah menjadi istri pangeran.

Wajah itu...

Titania jatuh terduduk, sekelebat ingatan merasuk paksa kedalam benaknya, membuat kepala Titania sakit bukan kepalang.

Ia mendengar suara keras memekakkan telinga, lalu wanita itu jatuh. Terguling begitu saja di aspal jalanan.

Itu... ibu?

Titania menoleh, seorang gadis menangis histeris disampingnya. Ia tahu pasti gadis itu bukanlah orang asing, rasanya begitu familiar dan akrab.

Gadis itu berpaling padanya. Titania tersentak, bukankah itu wajahnya?

Samar-samar seberkas cahaya tertangkap oleh ekor mata Titania. Ia mengerjap. Sebuah sedan hitam melaju dengan kecepatan tinggi dari bahu kanan jalan.

"Tatiana awas!" Titania mendapati dirinya berteriak sambil mendorong gadis itu sekuat tenaga.

Mobil itu datang, menabrak Titania hingga tubuhnya terpental beberapa meter.

Lalu semuanya gelap.

Titania mengerjap kaget. Apa itu tadi?

Masih dengan sempoyongan, ia meraih jaketnya dari gantungan belakang pintu dan berjalan tertatih - tatih keluar kamar. Mencoba mengabaikan pusing di kepalanya yang teramat sangat.

Ada yang salah disini, ia yakin.

***
Jangan lupa vote dan comment ya...

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang