Ketegangan terjadi didalam ruangan operasi tersebut, para Dokter mengerahkan tenaganya untuk menyelamatkan pasiennya, begitu pula dengan pasien yang terlelap dengan banyak alat di tubuhnya berjuang untuk hidup. Dua jam operasi itu berlangsung, keluarga pasien sudah sangat khawatir di luar sana, semua ini terjadi karena dua jam yang lalu ada sebuah mobil truck yang melaju sangat kencang mengarah pada mobil yang di dalamnya terdapat seorang lelaki, semua kejadian tersebut sangatlah cepat sehingga membuat mereka akhirnya tabrakan. Supir mobil truck tersebut hanya mengalami luka ringan, tapi lelaki itu sangatlah parah keadaannya sehingga sekarang dia harus berada diruang operasi. Lampu operasi di depan pintu telah mati, itu artinya operasi tersebut telah selesai, semua keluarga berdiri berharap Dokter di dalam sana keluar dan membawa kabar baik untuk mereka, Akhirnya Dokter itu pun keluar dari ruangan operasi.
"Anak saya bagaiman Dok?," tanya lelaki yang umurnya kisaran empat puluhan lebih, sepertinya dia adalah Ayah dari pasien yang ada di dalam.
"Anak saya tidak apa-apa kan Dok?," tanya perempuan itu histeris dengan muka khawatirnya, siapa yang tidak khawatir jika anaknya berjuang di dalam sana untuk hidup.
"Mari ikut saya Pak," ajak Dokter tersebut dengan senyum di wajahnya agar keluarga pasien tidak terlalu cemas.
Dua orang tua itu berjalan mengikuti Dokter tersebut, Ibu dari pasien itu masih terisak dan suaminya mencoba menenangkan istrinya dengan mengelus punggung istrinya dengan lembut. Mereka berdua duduk setelah di persilahkan oleh Dokter tadi, muka mereka sangatlah tegang menunggu apa yang akan di ucapkan oleh Dokter di depan mereka.
"Kami sudah berusaha dengan keras dan Alhamdulillah anak Bapak dan Ibu bisa di selamatkan, tapi karena benturan keras di kepala dan sekitar matanya anak Bapak dan Ibu mengalami kebutaan pada matanya." Jelas Dokter tersebut dengan muka bersalah dan kasihannya, tangis Ibu itu pecah dan suaminya memeluk istrinya agar kembali tenang, karena kagetnya membuat Ibu dari pasien tersebut pingsan dan harus di larikan ke ruang inap untuk istirahat.
Sudah dua minggu lelaki yang bernama Aron tersebut di rawat di ruangan serbah putih ini, tiga hari yang lalu dia baru saja bangun dari koma sementaranya dan sekarang dia menjadi lelaki pemurung karena mengetahui fakta bahwa dia tidak bisa lagi melihat.
"Kamu harus makan Aron, agar kamu bisa cepat sembuh." Khawatir Ibunya melihat anak yang sekarang menginjak tujuh belas tahun itu tidak mau makan dan berbicara pada siapa pun, dalam diam Ibunya menangis melihat anaknya yang masih muda tapi mendapat cobaan yang begitu keras dari penciptanya.
Aron mencoba menutup matanya yang hanya bisa melihat warna hitam saja, dia tahu bahwa Ibunya menangis karenanya dan dia sangat tidak suka hal itu, dia berharap lebih baik dia mati daripada harus menghadapi hidup yang sangat rumit ini.
Dua bulan kemudian Aron sudah masuk sekolah dengan tongkat di tangannya, dia berusaha untuk berjalan dan mengingat tempat-tempat dan setiap sudut sekolah ini. Dia tidak ingin sekolah di SLB karena sekarang dia sudah kelas tiga dan sebentar lagi dia akan menghadapi ujian, banyak pasang mata yang menatapnya saat dia berjalan di koridor sekolahnya. Bebarapa dari mereka menatap iba dan kasihan, tapi ada juga yang menatap dia dengan tatapan yang mengejek karena mengetahui bahwa Aron adalah salah satu siswa yang cerdas di sekolahnya dengan sejuta prestasi dan bakat yang dimilikinya.
"Eh.. ada anak buta, sekolah lo tuh di SLB bukannya disini." Ejek salah satu siswa di koridor tersebut dan Aron tidak memperdulikannya, dia terus berjalan walaupun banyak bisikan yang di dengarnya, mereka mungkin harus tahu bahwa Aron hanya buta, dia tidak tuli sehingga masih bisa mendengar apa yang mereka bicarakan.
Pelajaran berlangsung, sekarang Aron memakai buku khusus tunanetra dengan tulisan yang timbul di setiap hurufnya dan Aron pun sudah mempelajarinya sehingga tidak begitu sulit untuknya. Semua pelajaran mungkin dia bisa lewati, tapi tidak dengan pelajaran olah raga yang harus mengandalkan keadaan fisik dan dengan keadaan fisik Aron sekarang ini mustahil untuknya mengikuti pelajaran olah raga pada jam pelajaran kedua berikutnya setelah pelajaran PKN ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buat Aku Tersenyum
Teen FictionApakah takdir bisa di ubah? Apakah dia bisa kembali seperti dulu? Adakah yang percaya dengan keajaiban? Kalau bisa memilih, laki-laki yang bernama Aron itu lebih memilih untuk mati. Tapi, gadis kecil itu datang seperti malaikat tak bersayap... Men...