BAB 10

5.2K 314 34
                                    

Bel tanda pulang sekolah berbunyi.

"Naik angkot lagi deh".

Difa berjalan dengan santainya menuju halte dekat sekolah. Siang ini memang cukup sepi tak ada siswa lain yang pulang sekolah jalan seperti Difa saat ini.

Tittt..tiiittt suara klakson berbunyi membuat Difa sedikit minggir ke kiri.

Tiitt..tiitt.. Difa minggir sedikit lagi.

Tiittt...tiiittt.. kali ini Difa benar-benar kehilangan kesabaran.

"Mas, ini tuh jalan lebar-lebar bisa gak sih gak.."
Difa menggantungkan ucapannya.
"Kak Rifki".
Yappss yang sedari tadi meng-klaksoni Difa adalah Rifki.

"Haha. Sabar mba sabar". Ucap Rifki dengan tertawa geli.

"Ish apaan sih lo Kak."

"Hehe. Maaf deh abis jalannya cepet banget sih kayak orang dikejar-kejar hantu".

"Yee, kalo dikejar hantu mah jongkok bukannya jalan".

"Jongkok?! Teori dari mana tuh kalo dikejar hantu jongkok, kayak dikejar anjing ajah".

"Gak tau deh teori dari mana gue juga baru denger.hehe".

Rifki pun ikut tertawa mendengar jawaban Difa (padahal gak lucu ye kan?).

"Ehh tunggu. Katanya lo mau rapat Kak".

"Gak jadi, ditunda besok".

"Oh gitu".

"Iya. Yodah yukk balik".

"Iya".
   

                         ###

ESOK HARINYA.

Hari ini seperti biasa Difa sedang menunggu Rifki di halte.

"Assalamualaikum, yok berangkat", ucap Kak Rifki saat sampai di halte.

"Waalaikumsallam, yok atuh".

"Udah sarapan belom dek?".

"Hmm udah kok. Kalo lo Kak?".

"Udah juga".

SAMPAI DISEKOLAH.

"Yok, gue anterin sampe kelas".

"Gak usah. Katanya lo mau rapat".

"Tapi lo gak papa?".

"Gak papa kok, bye.
Good luck ya rapatnya".

"Makasih".

SKIP

Hari ini KBM sudah berjalan. Jam menunjukan pukul 11.15, seorang guru berkumis tebal serta pantas dipanggil guru killer masuk ke kelas X IPA 3.

"Assalamualaikum anak-anak".

"Waalakumsallam Pak".

Perkenalkan nama saya Bapak Andrean panggil saja Pak Andre, saya guru PKn disini, siapa sekertarisnya?".

"Saya Pak", Syifa mengangkat tangan kanannya lalu maju kedepan.

"Tulis ini, ini, ini, ini, ini, ini sampai sini". Ucap Pak Andre sambil membuka-buka buku tebal miliknya.

"Semuanya pak?" Tanya Syifa dengan wajah kaget.

"Iya, harus selesai hari ini juga. Bapak ada pertemuan, Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

Setelah Pak Andre menghilang dari balik pintu kelas yang tadinya hening berubah menjadi gaduh, seperti kuburan yang berubah menjadi pasar tradisional.

"Gila killer banget tuh guru".

"Gaje banget".

"Ih nyeremin".

"Bodo ah males nulis".

"Kayaknya tugasnya banyak banget deh".

Kira-kira begitulah ocehan-ocehan siswa-siswi kelas X IPA 3 yang membuat kelasnya ramai.

"Dieemmm", sang ketua kelas beraksi, ia berteriak sekenceng-kencengnya sontak membuat temen-temennya kicep.

"Syif, emang banyak banget yah?" Tanya Difa.

"Iya, banyak banget.. ngett.. ngett..ngett ada kali 10 lembar".

"Haahhh?!"

"Diemmmm"teriak seluruh siswa.

"Hehe. Sorry, sorry gue syok".

Saat sedang mulai menulis tiba-tiba ada seseorang yang menduduki kursi Syifa yang ada disebelah Difa.

"Wooyy Bal, ngapain lo disini?".

"Gue nulis lah".

"Emang kursi lo kenapa? Keropos?".

"Bukan, tapi mata gue nih burem kagak keliatan tulisannya dari belakang".

"Kenapa lo gak ngeliat sama temen semeja lo ajah?".

"Enak ajah. Gue bukan tipe cowok tukang nyontek yah".

"Dih, cuma nyontek catetan juga. Modus lo mah".

"Emang mata gue burem nih lo liat", Iqbal memelototkan matanya kearah Difa.

"Yaudah pake kacamata".

"Ogah banget".

"Ih lo mah cuma modus. lo duduk disini cuma pengin deket-deket sama gue kan, ngaku deh".

"Idih siapa juga yang mau deket-deket sama annabelle kurang makan kayak lo".

"Issh awass lo ya".

Mereka pun mulai menulis.
15 menit kemudian.

"Tipe X mana Tipe X. Dif gue pinjem tipe X".

"Ih ganggu ajah sih".

"Cepetan".

Difa pun mengobrak-abrik tas nya.
"Nihh".

Dan 15 menit kemudian.

"Duh pasti abis nih pulpen,.
Dif gue minjem pulpen dong".

Hening.

"Diff".

"Hemmm".

"Gue minjem pulpen, nanti kalo gak nulis gue bisa di marahin pak Ndrean".

"Ih, ganggu ajah sih lo.. nih, modal dong".

"Nah gitu kek dari tadi".

Bel istirahat berbunyi. Karena waktu sudah menunjukan pukul 12.00 Difa memutuskan untuk sholat dzuhur di mushola sekolah.

"Syif, sholat yuk".

"Nanti ah, mau selesai'in tugas dulu nanti Pak Andre marah lagi".

"Amel, sholat yok!".

"Gue lagi halangan".

"Oh. Yaudah sholat yu Ca".

"Males ah".

"Ish".

"Lo gak ngajak gue?". Tanya Iqbal.

"Ih mending gue pergi sendiri".

Karena teman-temannya tidak mau diajak sholat, Difa memutuskan untuk pergi ke mushola sendiri. Sampai di mushola Difa mengambil air wudhu dan bersiap-siap untuk sholat. Sambil menunggu imam, mata Difa melihat-lihat mushola ini mushola yang cukup besar. Iqamah dikumandangkan semua telah siap melaksanakan sholat. Begitupun dengan imam. Saat Difa melihat kearah imam tersebut ternyata sang imam adalah Kak Rifki Alfarizi.

------------------------------------------------------

Cuma DARE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang