Keira dan Kenan sudah tiba di bandara Orlando, Florida. Jane ikut mengantarkan mereka untuk mempersiapkan kebutuhan Keira dalam pesawat. Seperti saat terbang ke Florida, mereka kembali ke New York menggunakan jet pribadi Kenan lagi. Keira sudah duduk manis dibangku pesawat yang empuk. Jane mengatur bangku Keira agar gadis itu dapat beristirahat.
"Jangan lupa untuk meminum antibiotik mu hingga habis. Seluruh obat mu sudah aku taruh di dalam koper mu." Ujar Jane sambil menarik selimut sampai ke dada Keira.
"Terimakasih sudah merwat ku dengan baik Jane, senang bisa bertemu dengan mu."
"Ya terimakasih Jane kau telah bersabar merawat gadis seperti Keira." Ledek Kenan dan Keira hanya memutar matanya, "Ini sedikit hadiah untuk mu." Kenan memberikan kotak bludru persegi panjang pada Jane.
Jane menerimanya dengan bingung lalu membuka kotak bludru itu. Mata Jane hampir keluar dari tempatnya ketika melihat kilauan berlian di dalam kotak itu, "Mr. Clary apa ini? Ini hadiah yang berlebihan. Kau memberikan ku kalung berlian! Kau sudah menggaji ku, jadi ini tidak perlu, sir."
"Itu sebagai penghargaan untuk mu karena telah merawat gadis monster itu." Sepertinya Kenan tidak bisa berbicara tanpa meledek Keira.
"Terima saja Jane, uang pria itu sangat banyak jadi kau tidak perlu merasa tidak enak. Harga kalung mu itu baginya seharga sapu tangannya." Keira menyerang balik Kenan lalu ia menarik selimutnya dan pura-pura tertidur.
"Baiklah, terimakasih Mr. Clary. Ya sudah, aku harus segera turun karena pesawat mu akan segera lepas landas. Senang bertemu dengan anda Mr. Clary." Jane menunduk hormat, "Keira, sampai jumpa." Jane mengelus rambut Keira lalu turun dari jet pribadi Kenan.
Setelah Jane pergi Kenan duduk dibangkunya yang bersebrangan dengan bangku Keira. Tak lama pramugari datang memberi tahu, jika Kenan dan Keira harus memakai sabuk pengaman. Setengah jam kemudian jet pribadi milik Kenan lepas landas meninggalkan Orlando.
Dalam perjalanan, Kenan tidak beristirahat sama sekali. Ia terus menjaga Keira meski gadis itu nampak tertidur pulas. Setelah perjalanan berjam-jam, jet pribadi Kenan mendarat selamat di bandara Jhon F Kennedy, New York. Kebisingan New York langsung menyambut mereka ketika mereka keluar dari terminal tempat jet pribadi Kenan mendarat. Mobil Kenan beserta supirnya sudah siap menunggu Kenan dan Keira di luar terminal kedatangan.
"Selamat datang kembali Mr. Clary dan Ms. Equino." Ujar supir Kenan sambil membuka pintu untuk Kenan dan Keira.
Keira dan Kenan mengangguk sambil tersenyum. Saat mereka keluar dari bandara, mereka langsung dihadapkan dengan lalu lintas New York yang padat. Suara klakson saling bersautan.
"Astaga, ternyata aku merindukan kota ini juga." Ujar Keira sambil memandang ke jalanan New York.
"Ya, kita sudah terbiasa dengan suasana kota yang ramai ini. Kita lahir dan tumbuh di kota ini. Apakah Mr. Dan Mrs. Equino sudah sampai di New York?"
"Mom dan dad sudah tiba sejak kemarin. Aku sangat merindukan mereka."
"Kau sudah besar, berhentilah bersikap manja. Cepat atau lambat siap atau tidak siap waktu akan menarik kita dari pangkuan kedua orang tua kita. Kau tahu semakin aku beranjak dewasa, aku merasa surga dunia adalah tidur di pangkuan ibu." Terdapat kesedihan di mata Kenan saat membicarakan tentang ibunya.
"Apa maksud mu? Jangan membuat ku sedih." Keira cemberut, karena ia akan sangat emosional jika membicarakan tentang orang tua.
"Sudah ku bilang kau lebih cocok jika kau marah-marah dibandingkan kau sakit seperti kemarin atau pura-pura sedih seperti ini." Kenan mengacak rambut Keira.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Equino
Random-sequel of 'Mon Amour'- kau datang bagai hujan dikala kemarau kau sirami tanah tandus tak bertuan... kau datang bagai sinar di kegelapan mengusir seonggok bayangan yang menakutkan... kau datang dan mengingatkan jika masih ada hati yang ku kira suda...