Heiiii, hepiii redinggggg❤
*
"Oh gitu? Dia suka baca novel-novel sastra gitu?"
"Iya."
"Oh," Alwan mengangguk-angguk. Dia berusaha sebisa mungkin untuk tidak menciptakan keadaan hening dan canggung. Itu tidak asik!
"By the way, lo disini ikut ekskul apa?" Adrian membuka suara.
"Hmm... gue ga ikut ekskul. Soalnya ga tau ada ekskul apa aja."
"Loh? Pas lo masuk sini emang lo ga dikasih tau ada apa aja ekskul nya?"
"Nggak. Hahaha."
"Kalo mau, lo bisa ikut ekskul basket. Lo masuk tim gue yang di junior."
"Wah boleh tuh, hahaha."
Tidak lama dari itu, Karin menghampiri mereka berdua. Gadis itu memeluk beberapa buku tentang pengembangan diri. Ia melempar tatapan yang sedikit sinis ke Adrian, sebelum akhirnya mengajak Alwan untuk langsung pulang.
"Ayo, Wan." Lirih Karin berdiri di samping cowok yang disebutnya.
"Udah selesai?" Tanya dia.
"Udah nih, cuma ini doang kok." Karin menunjukan beberapa bukunya yang dipinjam.
"Oh yaudah, mau langsung pulang apa mau makan dulu? Belum makan kan?"
"Panas, panas. Tempat baca, tempat baca." Celoteh Adrian yang langsung bangkit dari duduknya, sekalian juga mengangkat novelnya yang tadi dibaca dengan kasar, di geser bangku yang tadi diduduknya dengan kasar. Mengucapkan seperti itu, mata dia tidak menatap ke arah mereka berdua. Seperti menutupi matanya yang terbakar cemburu. Cemburu? Mungkin saja.
Alwan dan Karin melihat tingkah laku cowok itu keder.
"Yaudah yuk pulang," ucap Karin selanjutnya.
"Mau pulang apa makan?"
"Pulang."
"Makan apa pulang?"
"Makan deh. Hehe."
"Ayuk."
*
Adrian keluar dari perpustakaan dan langsung menuju tempat parkir untuk mengendarai motornya, dia tidak langsung pulang. Cowok itu nongkrong dulu di TB (Tukang Bubur) yang jaraknya tidak jauh dari sekolah.
Untuk sekadar informasi, Tukang Bubur atau yang lebih dikenal dengan TB oleh anak-anak daerah situ, merupakan tempat makan semacam warteg, namanya Tukang Bubur, namun tidak hanya bubur aja yang dijual. Ada mie rebus, mie goreng, dan lain sebagainya. Tempat itu biasa menjadi tempat nongkrong para anak kelas X, XI ataupun XII SMA Dirgantara.
Adrian belum lama diajak gabung oleh perkumpulan senior-junior itu, yang paling terkenal senior nya adalah Fero. Lelaki yang tinggi tegap, karismatik, dan bagi mereka pengikutnya, dia bijaksana. Tapi itu belum bisa disimpulkan dengan jelas.
Adrian duduk disamping Agus, anak kelas 12 Fisika.
"Wehh, kenapa ini? Lemes gini anak baru." Celetuk Agung, duduk di paling pojok dan paling jauh dari peradaban.
"Belum makan lo, Rian?" Tanya Fero yang duduk di seberangnya. Adrian mengeluarkan ponsel untuk mengecek pesan Line yang masuk, Karin yang diharapkan mem-pc-nya. Namun malahan OA-OA Kicker ga guna yang memenuhi pesan masuk sampai 999+.
"Udah, sans. Gue mau pesen minum aja." Katanya dengan santai. "Bang! Gue pesen teh anget satu!" Pinta ke Adrian kepada Bang Dindo --karyawan disitu--.
KAMU SEDANG MEMBACA
Còrtalòvera
Teen FictionKeterlambatan yang membuat Karin menjadi sebangku dengan Adrian, yang merupakan salah satu cowok familiar disekolahnya. Padahal baru beberapa hari masuk, tapi langsung terkenal. Tidak disangka, seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling menyuka...